SEJARAH KARATE
Asal
usul karate berasal dari seni beladiri tinju Cina diciptakan oleh Darma, guru
Budha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung,
Provinsi Henan, Cina Generasi Darma selanjutnya menyebut bela diri ini dengan
nama Shorinji Kempo yang berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada
medio abad ke-14. Lahirnya karate sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke
– 19 adalah Matsumara Shukon seorang prajurit samurai. Menurut sejarah sebelum
menjadi bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan
yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan
pulau – pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat
adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.
Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar
belakang yang berbeda-beda datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada
orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang Hijrah ke
Cina sekembalinya ke Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah didapatkan di Cina.
Pada tahun 1477 Raja Soshin Nagamine di Okinawa memberlakukan larangan
pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1608 kelompok Samurai Satsuma
di pimpin oleh Shimazu Lehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan
ini. Bahkan pengadilan Bakhucon juga menghukum bagi orang yang melanggar
larangan sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih
Okinawa te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryuku Kobudo (Seni senjata) secara
sembunyi-sembunyi mereka berlatih. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki
ciri khas yang namanya sesuai dengan daerah asalnya, yaitu : Tomori, Shuri, dan
Naha. Namun demikian pada akhirnya Okinawa te mulai diajarkan ke
sekolah-sekolah tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang,
membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi sebagai instruktur
pertama ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang
Jepang. Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate dunia dilahirkan di Shuri,
Okinawa, pada tahun 1868. Gichin Funakoshis belajar karate pada Azato dan
Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 Gitchin Funakoshi di
undang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat
dari seluruh bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada tahun 1921, Putra
Mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta
Gichin Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin Funakoshi undangan ini
sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri.
Setelah demonstrasinya yang kedua di Jepang, Gichin Funakoshi seterusnya
tinggal di Jepang selama di Jepang pula Gichin Funakoshi banyak menulis
buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan
“Karate Kyoan”. Sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di
sekolah dan Universitas. Gichin funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam
sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki
gunung Torao (yang berarti ekor harimai). Dimana dari sana terdapat banyak
pohon cemara tertiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah
dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Gichin funakoshi menulis sebuah nama
“Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah
gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat murid-muridnya
berlatih. Simbol harimau yang digunakan karate shotokan yang dilukis oleh Hoan
Kosugi (Salah satu murid pertama Gichin Funakoshi), mengarah kepada filosofi
tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa “Harimau tidak pernah tidur”.
Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang
sedang terjaga dan juga ketenangan diri pikiran yang damai yang dirasakan
Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari
atas Gunung Torao. Sekalipun Gichin Funakoshi tidak pernah memberi nama pada
aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang
didirikannya di Tokyo sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru.
Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik pukulan,
tendangan dan lompatan, gerakan yang ringan dan cepat. Gichin Funakoshi percaya
bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk berlatih menguasai untuk
penekanan fisik dan bela diri. Gichin Funakoshi mempertegas keyakinannya bahwa
karate adalah sebuah seni. Selanjutnya Gicin Funakoshi menjelaskan makna kata
“kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang.
Walaupun demikian sifat kesatria tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi
keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu.
Filosofi Karate Gichin Funakoshi, diantaranya :
- Karate diawali dengan pemberian hormat dan diakhiri dengan pemberian hormat pula.
- Kekuatan dipergunakan sebagai pilihan terakhir dimana kemanusiaan dan keadilan tidak dapat mengatasi, tetapi apabila kepalan dipergunakan dengan bebas tanpa pertimbangan, maka yang melakukan akan kehilangan harga diri dihadapan orang lain.
- Sekali gerakan dapat membunuh lawan (Ichigeki Hissatsu)
- Pertama-tama kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
- Karate merupakan alat pembantu dalam keadilan
- Semangat yang utama, teknik kemudian.
- Kecelakaan timbul lantaran kecerobohan
- Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu dari yang jahat
- Janganlah berpikir bahwa latihan karate Cuma bisa di dojo
- Masukan karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo
- Mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan.
- Karate seperti air yang mendidih. Jika kamu tak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin.
- Janganlah kamu berpikir kamu harus menang, tapi berpikirlah bahwa kamu tidak boleh kalah.
- Kemenangan tergantung pada keahlianmu membedakan titik-titik yang mudah diserang dan yang tidak.
- Pertarungan didasari oleh bagaimana kamu bergerak secara hati-hati dan waspada
- Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang
- Jika kamu meninggalkan rumah, berpikirlah bahwa kamu memiliki banyak lawan yang menanti. Tingkah lakumulah yang mengundang masalah bagi mereka.
- Pemula harus menguasai postur dan cara berdiri, posisi tubuh yang alami untuk yang lebih ahli.
- Berlatih kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal lain
- Jangan lupa secara tepat memperagakan kelebihan dan kekurangan dari kekuatan, peregangan dan konstraksi dari tubuh, serta cepat lambatnya teknik.
- Selalu berpikir dan berusahalah menemukan cara untuk hidup dengan aturan-aturan diatas setiap hari.
- Tak ada serangan pertama pada karate
Demikianlah
makna yang terkandung dalam karate. Karena itulah seseorang yang belajar karate
sepantasnya tidak hanya memperhatikan sisi tekhnik dan fisik, melainkan juga
memperhatikan sisi mental yang sama pentingnya. Seiring usia yang terus bertambah
kondisi fisik akan terus menurun. Namun kondisi mental seorang karate yang
diperoleh lewat latihan yang lama akan membentuk kesempurnaan karakter.
Akhirnya kata “Do” pada Karate do memiliki makna jalan atau arah. Suatu
filosofi yang diadopsi tidak hanya oleh karate tapi kebanyakan seni bela diri
Jepang dewasa ini.
KATA SHOTOKAN
Kata
yang berarti bentuk pola atau kembangan juga memiliki arti sebagai filsafat.
Kata memainkan peranan yang penting dalam latihan karate. Setiap kata memiliki
embusan pola dan arah dan bunkai praktik yang berbeda-beda tergantung dari kata
yang sedang diperagakan. Kata dalam karate memiliki makna dan arti yang
berbeda. Bahkan kata juga menggambarkan sesuatu. Inilah kata sebagai filsafat.
Oleh sebab itulah kata memiliki peranan yang penting sejak jaman dulu dan
menjadi latihan inti dalam karate. Gichin funakoshi mengambil kata dari
perguruan Shorei dan Shorin. Shotokan memiliki 26 kata yang terus dilatih
hingga kini. Masing-masing kata mempunyai tingkat kesulitan sendiri-sendiri.
Karena itu wajib bagi tiap praktisi Shotokan untuk mengulang berkali-kali
bahkan ratusan kali.
Kata
|
Nama
Asli
|
Arti
|
Heian shodan
|
Pinan Nidan
|
Pikiran tenang damai satu
|
Heian nidan
|
Pinan Shodan
|
Pikiran tenang damai dua
|
Heian sandan
|
Pinan Sandan
|
Pikiran tenang damai tiga
|
Heian Yondan
|
Pinan Yondan
|
Pikiran tenang damai empat
|
Heian Godan
|
Pinan Godan
|
Pikiran tenang damai lima
|
Tekki shodan
|
Naihanchin Shodan
|
Satria tunggang kuda satu
|
Tekki Nidan
|
Naihanchi Nidan
|
Satria tunggang kuda dua
|
Tekki Sandan
|
Naihanchi Sandan
|
Satria tunggang kuda tiga
|
Bassai dai
|
Passai
|
Menembus benteng
|
Kanku Dai
|
Kushanku
|
Memandang cakrawala
|
Enpi
|
Wanshu
|
Burung layang-layang terbang
|
Jion
|
Jion
|
Naba biksu budha
|
Jitte
|
Jitte
|
Bertarung 10 tangan
|
Gankaku
|
Chinto
|
Bangau diatas batu karang
|
Hangetsu
|
Seishan
|
Bulah separuh
|
Sochin
|
Sochin
|
Memberikedamaian bagi orang banyak
|
Nijushiho
|
Niseishi
|
24 Langkah
|
Chinte
|
Chinte
|
Tangan yang luar biasa
|
Meikyo
|
Rohai
|
Cermin jiwa
|
Wankan
|
Wankan
|
Mahkota raja
|
Gojushiho Dai
|
Useishi
|
54 langkah besar
|
Unsu
|
Hakko
|
Tangan menyibak awan di angkasa
|
Gojushiho Sho
|
54 langkah kecil
|
|
kankusho
|
Menatap Langit
|
Menurut
Japan Karatedo Federation (JKF) dan world karatedo federation (WKF), yang
dianggap sebagai aliran karate yang utama yaitu :
- Shotokan, 2. Goju Ryu, 3. Shito Ryu, 4.Wado Ryu
Keempat
aliran tersebut diakui sebagai aliran karate yang utama karena turut serta
dalam pembentukan Zen – Nippon Karatedo Renmei / Japan Karatedo Federation dan
world Karatedo Federation. Namun aliran karate yang terkenkan di dunia bukan
hanya empat aliran diatas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin,
shorin ryu dan Uechi Ryu Karate tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan
dikenal sebagai aliran karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam “4
besar WKF”. Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh
Jepang adalah Japan Karatedo Federation (JKF). Adapun organisasi yang mewadahi
Karate Seluruh dunia adalah WKF (World Karate Fedration) dahulu WUKO World
Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional
Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan
WKF adalah terutama untuk meneguhkan Sport Karate yang bersifat Non Contact,
berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang full body Contack. Adapun
ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “3
besar JKF” adalah sebagai berikut :
- Shotokan
Shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Gichin
Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari
Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupan akumulasi dan sandarisasi dari
berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Gichin
Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hisatsu, yaitu satu gerakan dapat
membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan
tangkisan yang keras. Gerakan shotokan cenderung/frontal, sehingga praktisi
Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
- Goju Ryu
Goju memiliki arti keras lembut. Aliran ini memadukan teknik
keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional
di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas
Karate di Jepang (Setelah masuknya Shotokan ke Jepang) Aliran Goju ini dibawa
ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Chojun Miyagi memperbaharui banyak teknik –
teknik aliran ini menjadi aliran Goju Ryu, sehingga banyak orang menganggap
Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju Ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam
pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”.
Sehingga Goju Ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar
para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan
dari lawan tanpa terluka. Goju Ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular
serta senang melakukan peraturan jarak rapat.
- Shito Ryu
Aliran Shito Ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti
dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito Ryu, yaitu adalah 43 Kata,
lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 26, Wado
memiliki 17, Goju Memiliki 12 Kata. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito – Ryu
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperi Shotokan
secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
- Wado – Ryu
Wado Ryu adalah aliran karate yang unik karena berakar pada
seni beladiri Sindro Yoshin Ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang
memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado Ryu selain
mengajarkan tekhnik Karate juga mengajarkan teknik kuncian dan / bantingan
Jujutsu. Didalam pertarangan, ahli Wado Ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu
tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan
yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan
teknik Jujutsui seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan
tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado Ryu juga mampu
menyelesaikan diri dengan peraturan yang ada dan berbanding tanpa menggunakan
jurus-jurus Jujutsu tersebut. Sedangkan aliran lain yang besar walaupun tidak
termasuk dalam 4” besar JKF” antara lain adalah :
- Kyokushin
Kyokushin termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation.
Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang,
serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun
1970an. Aliran ini didirikan oleh Sensai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin
mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate,
dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full body contact
kumite, yakni tanpa perlindungan, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari
seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran
ini juga menerapkan hyakunin kumite (Kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi,
dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut sensai Masutatsu
oyama sendiri telah melakukan kumite 200 orang. Adalah umum bagi praktisi
aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
- Shorin Ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari
Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsume Anko
Itoso, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin
Funakoshi, selain Azato. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin Ryu banyak
persamaannya dengan shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin Ryu
juga mengajarkan bermacam – macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku
Bo.
- Uechi Ryu
Aliran ini adalah aliran karate yang paling banyak menerima
pengaruh dari bela diri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi,
belajar beladiri langsng diprovinsi Fujian D China. Oleh karena itu, gerakan
dari aliran Uechi Ryu Karate sangat mirip dengan kungfu aliran Fujian, terutama
aliran Baihequen (Bangau putih).
Latihan Dasar Karate terbagi tiga
sebagai berikut
- Kihon, yaitu latihan teknik –teknik dasar karate seperti tehknik memukul, menendang, menangkis dan membalas
- Kumite yaitu latihan tanding atau sparing
- Kata yaitu latihan jurus memperagakan teknik kihon & komite
Pada
zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran
olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik
berkelahi sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik – teknik untuk
pertandingan olah raga. Pelatihan kihon dimulai dari mempelajari pukulan,
tendangan dan tangkisan. Pada tahap DAN atau sabuk hitam, karateka dianggap
sudah menguasai seluruh Kihon dengan baik dan untuk menggunakan senjata seperti
tongkat (bo) ruyung (nunchaku)
Kata
Kata
secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya
merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran
tentang prinsip bertarung. Setiap kata memiliki jumlah ritme gerak dan
pernapasan yang berbeda-beda. Dalam kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai
adalah aplikasi dari gerakan-gerakan kata yang dimainkan. Setiap aliran
memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap kata. Sebagai Contoh:
Kata Tekki aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito
Ryu.sebagai akibatnya Bungkai (aplikasikata) tiap aliran juga berbeda.
Kumite
Kumite
secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh karateka
tingkat lanjut (Sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang
mengajarkan kumite pada karateka tingkat pemula (sabuk hijau) sebelum melakukan
kumite bebas (jiyu kumite) praktisi memplajari kumite yang diatur(go hon
kumite) atau (Yakusoku kumite) untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal
dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan. Untuk aliran shotokan di Jepang,
kumite hanya dilakukan oleh karateka yang sudah mencapai tingkat tinggi (Sabuk
Hitam). Praktisi Kyokushin diperkanankan untuk melancarkan tendangan dan
pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding. Untuk aliran kombinasi
seperti Wado Ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu,
maka kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu kumite untuk persiapan Shiai,
dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan,
dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik
dipergunakan, termasuk teknik Jujutsu seperti bantingan, kuncingan dan
menyerang titik vital. Sejarah karate sampai saat ini tidak begitu
jelas, sehingga untuk mengetahuinya sedikit banyak harus mempercayai dari
cerita dan legenda.
Sejarah karate sampai saat ini tidak begitu jelas, sehingga untuk mengetahuinya sedikit banyak harus mempercayai dari cerita dan legenda.
Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari Jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.
Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina.
Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.
Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.
Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan “Karate-do Kyohan”. Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.
Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.
Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.
Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.
Sejarah karate sampai saat ini tidak begitu jelas, sehingga untuk mengetahuinya sedikit banyak harus mempercayai dari cerita dan legenda.
Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari Jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.
Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina.
Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.
Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.
Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan “Karate-do Kyohan”. Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.
Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.
Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.
Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.
Sejarah Karate di Indonesia
Masuknya
karate ke tanah air dipelopori oleh Mahasiswa Indonesia yang sudah
menyelesaikan studinya di Jepang. Baud Adikusumo, Muchtar dan Karyanto
mendirikan dojo yang memperkenalkan aliran Shotokan. Dojo ini didirikan di
Jakarta, tahun 1963. Tahun- berikutnya mereka membentuk suatu wadah yang saat
itu disebut PORKI (Persatuan Olahraga Karate Indonesia). Kemudian datang pula
mahasiswa Indonesia yang juga telah belajar di Jepang seperti Setyo Haryono.
Anton di Lesiangi, Chairul Taman dan Sabeth Muchsin, Marcus Basuki yang juga
mengembangkan karate tanah air. Perkembangan karate tanah air juga mencatat
kedatangan ahli-ahli karate Jepang yang datang ke tanah air, antara lain
Masatoshi Nakayama Shotokan , Oishi Shotokan, Nakamura Shotokan, Kawawada
shotokan, Matsusaki Kushinryu, Masutatsu Oyama Kyokushinryu, Ishilshi Gojuryu
dan Hayashi Shitoryu. Melihat dan antusiasme menyebabkan karate tumbuh pesat di
tanah air yang dapat dilihat dari banyaknya organisasi karate. Namun demikian
karena ketidakcocokan para tokoh, akhirnya PORKI mengalami perpecahan. Pada
akhirnya, dilandasi dengan itikad baik untuk bersatu dan keinginan bersama
untuk mengembangkan karate, para tokoh karate sepakat untuk membentuk wadah
baru yang brnama FORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) tahun 1972.
Karena semakin dikenal diseluruh Indonesia. Mereka mengembangkan karate dengan
mendirikan perguruan. Dengan semakin besarnya pengaruh karate di Indonesia
akhirnya diubahlah nama PORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) menjadi
FORKI (Federasi Olahraga Karae Indonesia) yang merupakan induk organisasi semua
perguruan karate di Indonesia. FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia)
yang sekarang menjadi perwakilan WKF (Wordl Karate Federation) untuk Indonesia.
Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum
Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.
FORKI
(Federasi Olah Raga Karate – do
Indonesia)
Arti
lambang lambang FORKI segi lima dengan garis bawah membentuk sudut melambangkan
olah raga karate yang dibina oleh FORKI, berdiri atas dasar semangat revolusi
17 Agustus 1945, berazaskan Pancasila dan Sumpah Karate. Tujuh buah lingkaran
melambangkan keolahragaan karate dan Sapta Prasetia FORKI. Gambar huruf K
menggambarkan seorang karateka yang sedang siap sedia. Warna Kuning
melambangkan keagungan warna hitam melambangkan keteguhan tekad. Warna merah
melambangkan keberanian warna putih melambangkan kesucian.
INKAI
(INSTITUT KARATE DO INDONESIA )
Arti
Lambang bulatan bumi berwarna Merah Putih yang diikat Sabuk Hitam didalam
sebuah lingkaran yang berwarna dasarnya kuning, melambangkan anggota INKAI yang
bersatu pada ikatan kekeluargaan berdasarkan prinsip-prinsip karate-do
Falsafah Karate
1. Rakka (Bunga yang berguguran) Ia adalah
konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik
pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan
menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan
jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut
akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka,
si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan
atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu.
Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk
membela diri.
2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air) Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danauitu akan kabur.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:
1. Kyokushin
tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
2. Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
3. Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).
2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air) Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danauitu akan kabur.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:
1. Kyokushin
tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
2. Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
3. Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).
Ketua
Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 sbb :
Periode/Masa
Bakti
|
Ketua
Umum
|
Sekretaris
Jenderal/Umum
|
Keterangan
|
1972
- 1977
|
Widjojo Suyono
|
Otoman Nuh
|
Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di
Jakarta
|
1977
- 1980
|
S u m a d i
|
Rustam Ibrahim
|
Kongres V FORKI 1977 di Jakarta
|
1980
- 1984
|
Subhan Djajaatmadja
|
G.A. Pesik
|
Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta
|
1984
- 1988
|
R u d i n i
|
Adam Saleh
|
Kongres VII FORKI 1984 di Bandar
Lampung
|
1988
- 1992
|
R u d i n i
|
G.A. Pesik
|
Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
|
1992
- 1996
|
R u d i n i
|
G.A. Pesik
|
Kongres IX 1992 di Jakarta
(Diperpanjang sd 1997)
|
1997
- 2001
|
W i r a n t o
|
Drs. Hendardji -S,SH.
|
Kongres X FORKI 1997 di Caringin
Bogor Jawa Barat
|
2001
- 2005
|
Luhut B. Pandjaitan, MPA.
|
Drs. Hendardji -S,SH.
|
Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
|
2005
- 2009
|
Luhut B. Pandjaitan, MPA.
|
Drs. Hendardji -S,SH.
|
Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta
|
2010
- 2014
|
Drs. H. Hendardji Soepandji, SH
|
Lumban Sianipar, SIP., MSc
|
Kongre XIII FORKI 2010 di Jakarta
|
PB. FORKI menyelenggarakan even Internasional diantaranya :
1. Menjadi tuan rumah APUKO II tahun 1976 dilaksanakan di Jakarta.2. Menjadi tuan rumah APUKO VII tahun 1987 dilaksanakan di Jakarta.
3. Menjadi tuan rumah APUKO Junior tahun 1991 dilaksanakan di Jakarta.
Di samping even-even tersebut PB. FORKI dipercayakan juga oleh KONI Pusat sebagai penyelenggara pertandingan karate pada even Sea Games dimana Indonesia menjadi tuan rumah yaitu masing-masing :
1. SEA Games XIV tahun 1987 di Jakarta.
2. SEA Games XIX tahun 1997 di Jakarta.
3. SEA Games XXVI tahun 2011 di Jakarta.
PB. FORKI pernah menggelar even Internasional di luar agenda resmi dari WKF dan AKF sebagai inisiatif PB. FORKI yaitu “Indonesia Open Karate Tournamen“ yang dilaksanakan di Jakarta tahun 2002, The 2nd Indonesia Open Karate Championship 2010 di Denpasar, Bali, dan The 3rd Indonesia Open Karate Championship 2011 di Jakarta.