Rabu, 15 Oktober 2014

SEJARAH KARATE



SEJARAH KARATE



Asal usul karate berasal dari seni beladiri tinju Cina diciptakan oleh Darma, guru Budha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina Generasi Darma selanjutnya menyebut bela diri ini dengan nama Shorinji Kempo yang berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada medio abad ke-14. Lahirnya karate sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke – 19 adalah Matsumara Shukon seorang prajurit samurai. Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau – pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina. Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang berbeda-beda datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang Hijrah ke Cina sekembalinya ke Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah didapatkan di Cina. Pada tahun 1477 Raja Soshin Nagamine di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1608 kelompok Samurai Satsuma di pimpin oleh Shimazu Lehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan pengadilan Bakhucon juga menghukum bagi orang yang melanggar larangan sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryuku Kobudo (Seni senjata) secara sembunyi-sembunyi mereka berlatih. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan daerah asalnya, yaitu : Tomori, Shuri, dan Naha. Namun demikian pada akhirnya Okinawa te mulai diajarkan ke sekolah-sekolah tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi sebagai instruktur pertama ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang. Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate dunia dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868. Gichin Funakoshis belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 Gitchin Funakoshi di undang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada tahun 1921, Putra Mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Gichin Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri. Setelah demonstrasinya yang kedua di Jepang, Gichin Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang selama di Jepang pula Gichin Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan “Karate Kyoan”. Sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan Universitas. Gichin funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang berarti ekor harimai). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara tertiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Gichin funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat murid-muridnya berlatih. Simbol harimau yang digunakan karate shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (Salah satu murid pertama Gichin Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa “Harimau tidak pernah tidur”. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan diri pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao. Sekalipun Gichin Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik pukulan, tendangan dan lompatan, gerakan yang ringan dan cepat. Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk berlatih menguasai untuk penekanan fisik dan bela diri. Gichin Funakoshi mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni. Selanjutnya Gicin Funakoshi menjelaskan makna kata “kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang. Walaupun demikian sifat kesatria tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu. 

Filosofi Karate Gichin Funakoshi, diantaranya :
  1. Karate diawali dengan pemberian hormat dan diakhiri dengan pemberian hormat pula.
  2. Kekuatan dipergunakan sebagai pilihan terakhir dimana kemanusiaan dan keadilan tidak dapat mengatasi, tetapi apabila kepalan dipergunakan dengan bebas tanpa pertimbangan, maka yang melakukan akan kehilangan harga diri dihadapan orang lain.
  3. Sekali gerakan dapat membunuh lawan (Ichigeki Hissatsu)
  4. Pertama-tama kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
  5. Karate merupakan alat pembantu dalam keadilan
  6. Semangat yang utama, teknik kemudian.
  7. Kecelakaan timbul lantaran kecerobohan
  8. Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu dari yang jahat
  9. Janganlah berpikir bahwa latihan karate Cuma bisa di dojo
  10. Masukan karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo
  11. Mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan.
  12. Karate seperti air yang mendidih. Jika kamu tak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin.
  13. Janganlah kamu berpikir kamu harus menang, tapi berpikirlah bahwa kamu tidak boleh kalah.
  14. Kemenangan tergantung pada keahlianmu membedakan titik-titik yang mudah diserang dan yang tidak.
  15. Pertarungan didasari oleh bagaimana kamu bergerak secara hati-hati dan waspada
  16. Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang
  17. Jika kamu meninggalkan rumah, berpikirlah bahwa kamu memiliki banyak lawan yang menanti. Tingkah lakumulah yang mengundang masalah bagi mereka.
  18. Pemula harus menguasai postur dan cara berdiri, posisi tubuh yang alami untuk yang lebih ahli.
  19. Berlatih kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal lain
  20. Jangan lupa secara tepat memperagakan kelebihan dan kekurangan dari kekuatan, peregangan dan konstraksi dari tubuh, serta cepat lambatnya teknik.
  21. Selalu berpikir dan berusahalah menemukan cara untuk hidup dengan aturan-aturan diatas setiap hari.
  22. Tak ada serangan pertama pada karate

Demikianlah makna yang terkandung dalam karate. Karena itulah seseorang yang belajar karate sepantasnya tidak hanya memperhatikan sisi tekhnik dan fisik, melainkan juga memperhatikan sisi mental yang sama pentingnya. Seiring usia yang terus bertambah kondisi fisik akan terus menurun. Namun kondisi mental seorang karate yang diperoleh lewat latihan yang lama akan membentuk kesempurnaan karakter. Akhirnya kata “Do” pada Karate do memiliki makna jalan atau arah. Suatu filosofi yang diadopsi tidak hanya oleh karate tapi kebanyakan seni bela diri Jepang dewasa ini.



KATA SHOTOKAN

Kata yang berarti bentuk pola atau kembangan juga memiliki arti sebagai filsafat. Kata memainkan peranan yang penting dalam latihan karate. Setiap kata memiliki embusan pola dan arah dan bunkai praktik yang berbeda-beda tergantung dari kata yang sedang diperagakan. Kata dalam karate memiliki makna dan arti yang berbeda. Bahkan kata juga menggambarkan sesuatu. Inilah kata sebagai filsafat. Oleh sebab itulah kata memiliki peranan yang penting sejak jaman dulu dan menjadi latihan inti dalam karate. Gichin funakoshi mengambil kata dari perguruan Shorei dan Shorin. Shotokan memiliki 26 kata yang terus dilatih hingga kini. Masing-masing kata mempunyai tingkat kesulitan sendiri-sendiri. Karena itu wajib bagi tiap praktisi Shotokan untuk mengulang berkali-kali bahkan ratusan kali.


Kata
Nama Asli
Arti
Heian shodan
Pinan Nidan
Pikiran tenang damai satu
Heian nidan
Pinan Shodan
Pikiran tenang damai dua
Heian sandan
Pinan Sandan
Pikiran tenang damai tiga
Heian Yondan
Pinan Yondan
Pikiran tenang damai empat
Heian Godan
Pinan Godan
Pikiran tenang damai lima
Tekki shodan
Naihanchin Shodan
Satria tunggang kuda satu
Tekki Nidan
Naihanchi Nidan
Satria tunggang kuda dua
Tekki Sandan
Naihanchi Sandan
Satria tunggang kuda tiga
Bassai dai
Passai
Menembus benteng
Kanku Dai
Kushanku
Memandang cakrawala
Enpi
Wanshu
Burung layang-layang terbang
Jion
Jion
Naba biksu budha
Jitte
Jitte
Bertarung 10 tangan
Gankaku
Chinto
Bangau diatas batu karang
Hangetsu
Seishan
Bulah separuh
Sochin
Sochin
Memberikedamaian bagi orang banyak
Nijushiho
Niseishi
24 Langkah
Chinte
Chinte
Tangan yang luar biasa
Meikyo
Rohai
Cermin jiwa
Wankan
Wankan
Mahkota raja
Gojushiho Dai
Useishi
54 langkah besar
Unsu
Hakko
Tangan menyibak awan di angkasa
Gojushiho Sho

54 langkah kecil
kankusho

Menatap Langit
Menurut Japan Karatedo Federation (JKF) dan world karatedo federation (WKF), yang dianggap sebagai aliran karate yang utama yaitu :
  1. Shotokan, 2. Goju Ryu, 3. Shito Ryu, 4.Wado Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai aliran karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan Zen – Nippon Karatedo Renmei / Japan Karatedo Federation dan world Karatedo Federation. Namun aliran karate yang terkenkan di dunia bukan hanya empat aliran diatas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin, shorin ryu dan Uechi Ryu Karate tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam “4 besar WKF”. Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah Japan Karatedo Federation (JKF). Adapun organisasi yang mewadahi Karate Seluruh dunia adalah WKF (World Karate Fedration) dahulu WUKO World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Sport Karate yang bersifat Non Contact, berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang full body Contack. Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “3 besar JKF” adalah sebagai berikut :
  1. Shotokan
Shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Gichin Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupan akumulasi dan sandarisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Gichin Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hisatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan shotokan cenderung/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
  1. Goju Ryu
Goju memiliki arti keras lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (Setelah masuknya Shotokan ke Jepang) Aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Chojun Miyagi memperbaharui banyak teknik – teknik aliran ini menjadi aliran Goju Ryu, sehingga banyak orang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju Ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehingga Goju Ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju Ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan peraturan jarak rapat.
  1. Shito Ryu
Aliran Shito Ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito Ryu, yaitu adalah 43 Kata, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 26, Wado memiliki 17, Goju Memiliki 12 Kata. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito – Ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperi Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
  1. Wado – Ryu
Wado Ryu adalah aliran karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Sindro Yoshin Ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado Ryu selain mengajarkan tekhnik Karate juga mengajarkan teknik kuncian dan / bantingan Jujutsu. Didalam pertarangan, ahli Wado Ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsui seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado Ryu juga mampu menyelesaikan diri dengan peraturan yang ada dan berbanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut. Sedangkan aliran lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam 4” besar JKF” antara lain adalah :



    1. Kyokushin
Kyokushin termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sensai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full body contact kumite, yakni tanpa perlindungan, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (Kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut sensai Masutatsu oyama sendiri telah melakukan kumite 200 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
    1. Shorin Ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsume Anko Itoso, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, selain Azato. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin Ryu banyak persamaannya dengan shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin Ryu juga mengajarkan bermacam – macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
    1. Uechi Ryu
Aliran ini adalah aliran karate yang paling banyak menerima pengaruh dari bela diri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsng diprovinsi Fujian D China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi Ryu Karate sangat mirip dengan kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequen (Bangau putih).

Latihan Dasar Karate terbagi tiga sebagai berikut
  1. Kihon, yaitu latihan teknik –teknik dasar karate seperti tehknik memukul, menendang, menangkis dan membalas
  2. Kumite yaitu latihan tanding atau sparing
  3. Kata yaitu latihan jurus memperagakan teknik kihon & komite

Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik berkelahi sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik – teknik untuk pertandingan olah raga. Pelatihan kihon dimulai dari mempelajari pukulan, tendangan dan tangkisan. Pada tahap DAN atau sabuk hitam, karateka dianggap sudah menguasai seluruh Kihon dengan baik dan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) ruyung (nunchaku)
Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap kata memiliki jumlah ritme gerak dan pernapasan yang berbeda-beda. Dalam kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi dari gerakan-gerakan kata yang dimainkan. Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap kata. Sebagai Contoh: Kata Tekki aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu.sebagai akibatnya Bungkai (aplikasikata) tiap aliran juga berbeda.

Kumite
Kumite secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh karateka tingkat lanjut (Sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada karateka tingkat pemula (sabuk hijau) sebelum melakukan kumite bebas (jiyu kumite) praktisi memplajari kumite yang diatur(go hon kumite) atau (Yakusoku kumite) untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan. Untuk aliran shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh karateka yang sudah mencapai tingkat tinggi (Sabuk Hitam). Praktisi Kyokushin diperkanankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding. Untuk aliran kombinasi seperti Wado Ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk teknik Jujutsu seperti bantingan, kuncingan dan menyerang titik vital. Sejarah karate sampai saat ini tidak begitu jelas, sehingga untuk mengetahuinya sedikit banyak harus mempercayai dari cerita dan legenda.
Sejarah karate sampai saat ini tidak begitu jelas, sehingga untuk mengetahuinya sedikit banyak harus mempercayai dari cerita dan legenda.
Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari Jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.
Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina.
Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.
Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.
Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan “Karate-do Kyohan”. Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.
Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.
Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.
Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.









  

Sejarah Karate di Indonesia
Masuknya karate ke tanah air dipelopori oleh Mahasiswa Indonesia yang sudah menyelesaikan studinya di Jepang. Baud Adikusumo, Muchtar dan Karyanto mendirikan dojo yang memperkenalkan aliran Shotokan. Dojo ini didirikan di Jakarta, tahun 1963. Tahun- berikutnya mereka membentuk suatu wadah yang saat itu disebut PORKI (Persatuan Olahraga Karate Indonesia). Kemudian datang pula mahasiswa Indonesia yang juga telah belajar di Jepang seperti Setyo Haryono. Anton di Lesiangi, Chairul Taman dan Sabeth Muchsin, Marcus Basuki yang juga mengembangkan karate tanah air. Perkembangan karate tanah air juga mencatat kedatangan ahli-ahli karate Jepang yang datang ke tanah air, antara lain Masatoshi Nakayama Shotokan , Oishi Shotokan, Nakamura Shotokan, Kawawada shotokan, Matsusaki Kushinryu, Masutatsu Oyama Kyokushinryu, Ishilshi Gojuryu dan Hayashi Shitoryu. Melihat dan antusiasme menyebabkan karate tumbuh pesat di tanah air yang dapat dilihat dari banyaknya organisasi karate. Namun demikian karena ketidakcocokan para tokoh, akhirnya PORKI mengalami perpecahan. Pada akhirnya, dilandasi dengan itikad baik untuk bersatu dan keinginan bersama untuk mengembangkan karate, para tokoh karate sepakat untuk membentuk wadah baru yang brnama FORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) tahun 1972. Karena semakin dikenal diseluruh Indonesia. Mereka mengembangkan karate dengan mendirikan perguruan. Dengan semakin besarnya pengaruh karate di Indonesia akhirnya diubahlah nama PORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) menjadi FORKI (Federasi Olahraga Karae Indonesia) yang merupakan induk organisasi semua perguruan karate di Indonesia. FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia) yang sekarang menjadi perwakilan WKF (Wordl Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.




FORKI
(Federasi Olah Raga Karate – do Indonesia)

Arti lambang lambang FORKI segi lima dengan garis bawah membentuk sudut melambangkan olah raga karate yang dibina oleh FORKI, berdiri atas dasar semangat revolusi 17 Agustus 1945, berazaskan Pancasila dan Sumpah Karate. Tujuh buah lingkaran melambangkan keolahragaan karate dan Sapta Prasetia FORKI. Gambar huruf K menggambarkan seorang karateka yang sedang siap sedia. Warna Kuning melambangkan keagungan warna hitam melambangkan keteguhan tekad. Warna merah melambangkan keberanian warna putih melambangkan kesucian.

INKAI
(INSTITUT KARATE DO INDONESIA )

Arti Lambang bulatan bumi berwarna Merah Putih yang diikat Sabuk Hitam didalam sebuah lingkaran yang berwarna dasarnya kuning, melambangkan anggota INKAI yang bersatu pada ikatan kekeluargaan berdasarkan prinsip-prinsip karate-do

 Falsafah Karate

1. Rakka (Bunga yang berguguran) Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.
2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air) Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danauitu akan kabur.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:
1. Kyokushin
tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
2. Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
3. Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).

















Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 sbb :
Periode/Masa Bakti
Ketua Umum
Sekretaris Jenderal/Umum
Keterangan
1972 - 1977
Widjojo Suyono
Otoman Nuh
Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di Jakarta
1977 - 1980
S u m a d i
Rustam Ibrahim
Kongres V FORKI 1977 di Jakarta
1980 - 1984
Subhan Djajaatmadja
G.A. Pesik
Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta
1984 - 1988
R u d i n i
Adam Saleh
Kongres VII FORKI 1984 di Bandar Lampung
1988 - 1992
R u d i n i
G.A. Pesik
Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
1992 - 1996
R u d i n i
G.A. Pesik
Kongres IX 1992 di Jakarta (Diperpanjang sd 1997)
1997 - 2001
W i r a n t o
Drs. Hendardji -S,SH.
Kongres X FORKI 1997 di Caringin Bogor Jawa Barat
2001 - 2005
Luhut B. Pandjaitan, MPA.
Drs. Hendardji -S,SH.
Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
2005 - 2009
Luhut B. Pandjaitan, MPA.
Drs. Hendardji -S,SH.
Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta

2010 - 2014
Drs. H. Hendardji Soepandji, SH
Lumban Sianipar, SIP., MSc
Kongre XIII FORKI 2010 di Jakarta

PB. FORKI menyelenggarakan even Internasional diantaranya :

1. Menjadi tuan rumah APUKO II tahun 1976 dilaksanakan di Jakarta.
2. Menjadi tuan rumah APUKO VII tahun 1987 dilaksanakan di Jakarta.
3. Menjadi tuan rumah APUKO Junior tahun 1991 dilaksanakan di Jakarta.
Di samping even-even tersebut PB. FORKI dipercayakan juga oleh KONI Pusat sebagai penyelenggara pertandingan karate pada even Sea Games dimana Indonesia menjadi tuan rumah yaitu masing-masing :
1. SEA Games XIV tahun 1987 di Jakarta.
2. SEA Games XIX tahun 1997 di Jakarta.
3. SEA Games XXVI tahun 2011 di Jakarta.
PB. FORKI pernah menggelar even Internasional di luar agenda resmi dari WKF dan AKF sebagai inisiatif PB. FORKI yaitu “Indonesia Open Karate Tournamen“ yang dilaksanakan di Jakarta tahun 2002, The 2nd Indonesia Open Karate Championship 2010 di Denpasar, Bali, dan The 3rd Indonesia Open Karate Championship 2011 di Jakarta.