MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA
SEJARAH
PERKEMBANGAN FILSAFAT ASIA, EROPA, DAN MASA DEPAN
KELOMPOK 2 :
ADEPA EKA PUTRA
PERI FEBRIANSYAH
VERA HERTINA
RETNONING RATNASARI
DOSEN PEMBIMBING :
ADHE SAPUTRA,
S.pd.Mpd.
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah:
Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja, Berfilsafat di dalam lingkungan
ajaran Aristoteles, Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Filsafat Timur
memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat, yang mana ciri-ciri
agama terdapat juga di dalam filsafat Timur, sehingga banyak ahli berdebat
mengenai dapat atau tidaknya pemikiran Timur dikatakan sebagai filsafat.
Abad
modern merupakan era pembalasan terhadap zaman skolastik yang di dominasi
gereja. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern didasarkan pada
suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkrit.
1.2.
Rumusan
masalah
1. Menyelesaikan
tugas makalah filsafat
2. Menjelaskan
perkembangan sejarah filsafat eropa
3. Menjelaskan
perkembangan sejarah filsafat timu
4. Menjelaskan
perkembangan sejarah filsafat masa depan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
SEJARAH FILSAFAT EROPA
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa
(kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli fikir (filosof), akan tetapi
setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan
penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa lah yang mengawali kelahiran
filsafat pada barat abad pertengahan.
Filsafat
Barat Abad Pertengahan (476 – 1492) dapat dikatakan juga sebagai “abad gelap”.
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah:
- Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
- Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
- Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa abad
pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Patristik dan masa
Skolastik. Masa Skolastik terbagi lagi menjadi Skolastik Awal, Skolastik
Puncak, dan Skolastik Akhir.
A.
Masa
Patristik
1. Gambaran
Umum
Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater)
yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan
tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual
kekristenan. Mereka fokus pada pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari
wilayah kefilsafatan.
2. Tokoh-tokoh
terpenting
Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain
Tertullianus (160-222), Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes
(185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilus Agung (330-379),
Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes Damascenus,
Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430). Tertullianus, Justinus, Clemens
dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa awal patristik.
Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius
Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik
Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir
yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa
keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar
Constatinus Agung tahun 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen.
Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati
kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen
dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada
abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones
(pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah). Agustinus
menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut
Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-ragu itu sebenarnya
bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu bahwa ia ragu-ragu.
Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus berpikir
harus ada. Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir maka aku berada.
Menurut Agustinus, Allah menciptakan
dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos).
Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan.
Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar
atau materi segala sesuatu.
Filsafat patristik mengalami
kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur tokoh-tokoh dan
pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.
B.
Masa
Skolastik ( skolastik barat )
Istilah Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata
school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berati aliran atau yang berkaitan
dengan sekolah.
Terdapat
beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut :
- Filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
- Filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional.
- Suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat.
- Filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Dalam perkembangannya, periode skolastik Kristen terbagi
menjadi tiga masa. Yaitu, Skolastik Awal (abad 9 – 12 M), Skolastik Keemasan
(abad 13–14 M), dan Skolastik Akhir (abad 14–15 M). Setiap masa memiliki
cirinya masing-masing. Skolastik awal ditandai dengan kebangkitan pemikiran
dari kungkungan gerejawan yang telah membatasi filsafat. Atau, setidaknya
mengarahkan filsafat agar sesuai dengan doktrin-doktrin agama. Walaupun
filsafat belum sepenuhnya lepas dari pemikiran teologi kristiani.
Masa keemasan skolastik, kajian pemikiran Aristoteles jadi
ciri utama. Seiring dengan menjamurnya kajian pemikiran para filosof klasik
(Yunani) di dunia Islam, filosof di Eropa juga ikut terpengaruh. Mereka turut
serta memperdalam filsafat dan ilmu pengetahuan. Tampak dari semakin banyaknya
universitas pendidikan ilmu pengetahuan yang dibuka.
Tokoh-tokoh terpenting pada masa skolastik adalah Boethius
(480-524), Johanes Scotus Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury
(1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142), Albertus Agung (1205-1280), Thomas
Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308), Guliemus dari Ockham
(1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).Johanes Scotus Eurigena mengajar
di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung. Anselmus adalah seorang
uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam (saya percaya agar saya
mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan mendapatkan pemahaman lebih dalam
tentang Allah.
Thomas Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah
seorang biarawan ordo dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas
Aquinos berpendapat bahwa filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal
ungkapan Philosophia Est Ancilla Theologiae.
Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan rasio.
Tetapi, pengenalan itu hanya melalui ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan adanya
Allah melalui rangkaian argumentasi yang dikenal dengan Quinqae Viae (Lima
Jalan) yaitu:
- Gejala adanya perubahan atau gerak
- Gejala sebab dan akibat
- Gejala kontingensi
-
Pengaruh
Filsafat Abad Pertengahan terhadap Pemikiran Islam
Latar belakang dimulainya filsafat abad pertengahan adalah
sikap ekstrem para pemuka agama Nasrani di dunia Barat (Eropa) pada 476-1492 M.
Pada masa ini, para pemuka agama Nasrani (pihak gereja) membatasi aktivitas
berpikir para filosof. Berdalih keimanan, segala potensi akal yang bertentangan
dengan keyakinan para gerejawan, dibabat habis. Para filosof dianggap murtad,
dihukum berat (dikucilkan) hingga hukuman mati.
Akibatnya,
ilmu pengetahuan terhambat dan nyaris tidak berkembang. Semuanya diatur oleh
doktrin-doktrin gereja yang berdasarkan keyakinan buta (fanatik). Sehingga,
filsafat abad pertengahan disebut juga dengan nama abad kegelapan. Masa saat
peradaban manusia dikungkung oleh banyak ketidaktahuan. Namun, fakta sejarah
ini tidak berlaku di dunia Islam (Timur Tengah). Islam mulai disiarkan oleh
Nabi Muhammad SAW ( lahir pada 20 April tahun 571 M ) sekitar tahun 612 di
Mekkah. Setelah ia mendapatkan wahyu ketika ia berusia 40 tahun ( 611 M ).
Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya,
Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam
berkembang ke seluruh dunia. Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi
Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir, Sisilia,
Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah di Asia Tengah. Pada
masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu kota Damaskus. Islam
dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para
pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.Berpusat di Bagdad, peradaban manusia
tumbuh subur seiring dengan perkembangan filsafat yang pesat. Di sini, filsafat
tidak dianggap sebagai ancaman. Bahkan, filsafat jadi sumbu utama maju dan
berkembangnya ilmu pengetahuan (science) dan teknologi. Bermitra harmonis
dengan nilai-nilai agama.
Bagdad sebagai pusat peradaban Islam, dikenal sebagai negeri
1.001 malam karena tingginya perababan yang dimiliki. Bagdad pun dikenal
memiliki perpustakaan terbesar di dunia pada saat itu. Lebih dari satu juta
buku tersimpan.
Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya
adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan
filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali
kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian
menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka,
bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru
Tuhan 'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dbahas
lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam,
karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah
pembahasan yang tak pernah ada finalnya.
-
Skolastik
Islam ( Skolastik Timur )
Ciri utama dari skolastik Islam adalah dikajinya kembali
pemikiran para filosof klasik, seperti Socrates, Plato, dan terutama
Aristoteles. Telaah-telaah pemikiran mereka, kemudian dikembangkan dan
disesuaikan untuk menjawab tantangan pada masa itu.
Para ahli fikir skolastik Islam di antaranya Al-Kindi,
Al-Farabi, Ar-Razi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd, dan
lain-lain. Di tangan para filosof skolastik Islam ini, sumbangan pemikiran dari
para filosof sebelumnya (filosof klasik), dapat dipahami dan dikaji lebih
mendalam. Termasuk jadi bahan utama perkembangan filsafat di Eropa, yaitu
berkontribusi dalam periode skolastik Kristen. Dan, memberikan spirit kebebasan
berpikir para filosof. Diwarnai situasi dalam komunitas Islam di Timur Tengah,
abad 8 s/d 12 M. Abad ke-5 s/d abad ke-9 Eropa penuh kericuhan oleh perpindahan
suku-suku bangsa dari utara. Pemikiran filsafat praktis tidak ada. Sebaliknya
di Timur Tengah. Sejak hadirnya agama Islam dan munculnya peradaban baru yang
bercorak Islam, ada perhatian besar kepada karya-karya filsuf Yunani. Itu bukan
tanpa alasan. Pada awal abad 8 krisis kepemimpinan melanda Timur Tengah; amanat
Nabi seperti terancam untuk menjadi pudar dan dalam situasi tak menentu itu
dikalangan pada mukmin muncullah deretan panjang ahli pikir yang ingin berbuat
sesuatu, berpangkal pada penggunaan akal dan azas-azas rasional, dan
menyelamatkan Islam.
-
Pengaruh
Filsafat Abad Pertengahan terhadap Filsafat Modern
Pada abad pertengahan, perkembangan alam pikiran di Barat
amat terkekang oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama (doktrin
gereja). Perkembangan penalaran tidak dilarang, tetapi harus disesuaikan dan
diabdikan pada keyakinan agama.
Masa filsafat modern diawali dengan munculnya renaissance
sekitar abad XV dan XVI M, yang bermaksud melahirkan kembali kebudayaan klasik
Yunani-Romawi. Problem utama masa renaissance, sebagaimana periode skolastik,
adalah sintesa agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Era renaissance
ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai bidang kemanusiaan, baik
sebagai individu maupun sosial.
Di antara filosof masa renaissance adalah Francis Bacon
(1561-1626). Ia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi.
Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan, tetapi ia
menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi hanya dapat
diketahui dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya bergantung pada penalaran.
Hal ini menunjukkan bahwa Bacon termasuk orang yang membenarkan konsep
kebenaran ganda (double truth), yaitu kebenaran akal dan wahyu. Puncak masa
renaissance muncul pada era Rene Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai
Bapak Filsafat Modern dan pelopor aliran Rasionalisme. Argumentasi yang
dimajukan bertujuan untuk melepaskan diri dari kungkungan gereja. Hal ini
tampak dalam semboyannya “cogito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada).
Pernyataan ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran modern, karena
mengangkat kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi eksistensi
setiap individu. Dalam hal ini, filsafat kembali mendapatkan kejayaannya dan
mengalahkan peran agama, karena dengan rasio manusia dapat memperoleh
kebenaran.
Kemudian muncul aliran Empirisme, dengan pelopor utamanya,
Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-1704). Aliran Empirisme
berpendapat bahwa pengetahuan dan pengenalan berasal dari pengalaman, baik
pengalaman batiniah maupun lahiriah. Aliran ini juga menekankan pengenalan
inderawi sebagai bentuk pengenalan yang sempurna.
Di
tengah gegap gempitanya pemikiran rasionalisme dan empirisme, muncul gagasan
baru di Inggris, yang kemudian berkembang ke Perancis dan akhirnya ke Jerman.
Masa ini dikenal dengan Aufklarung atau Enlightenment atau masa pencerahan
sekitar abad XVIII M.
Pada abad ini dirumuskan adanya keterpisahan rasio dari
agama, akal terlepas dari kungkungan gereja, sehingga Voltaire (1694-1778)
menyebutnya sebagai the age of reason (zaman penalaran). Sebagai salah satu
konsekwensinya adalah supremasi rasio berkembang pesat yang pada gilirannya
mendorong berkembangnya filsafat dan sains.
Meskipun demikian, di antara pemikir zaman aufklarung ada
yang memperhatikan masalah agama, yaitu David Hume (1711-1776). Menurutnya,
agama lahir dari hopes and fears (harapan dan penderitaan manusia). Agama
berkembang melalui proses dari yang asli, yang bersifat politeis, kepada agama
yang bersifat monoteis. Kemudian Jean Jacques Rousseau (1712-1778) berjuang
melawan dominasi abad pencerahan yang materialistis dan atheis. Ia menentang
rasionalisme yang membuat kehidupan menjadi gersang. Ia dikenal dengan
semboyannya retournous a la nature (kembali ke keadaan asal), yakni kembali
menjalin keakraban dengan alam.
Tokoh lainnya adalah Imanuel Kant (1724-1804). Filsafatnya
dikenal dengan Idealisme Transendental atau Filsafat Kritisisme. Menurutnya,
pengetahuan manusia merupakan sintesa antara apa yang secara apriori sudah ada
dalam kesadaran dan pikiran dengan impresi yang diperoleh dari pengalaman
(aposteriori). Ia berusaha meneliti kemampuan dan batas-batas rasio. Ia
memposisikan akal dan rasa pada tempatnya, menyelamatkan sains dan agama dari
gangguan skeptisisme.
Tokoh idealisme lainnya adalah George Wilhelm Friedrich
Hegel (1770-1831). Filsafatnya dikenal dengan idealisme absolut yang bersifat
monistik, yaitu seluruh yang ada merupakan bentuk dari akal yang satu, yakni
akal yang absolut (absolut mind). Ia memandang agama Kristen yang dipahaminya
secara panteistik sebagai bentuk terindah dan tertinggi dari segala agama.
Sementara di Inggris, Jeremy Benthem (1748-1832) dengan
pemikiran-pemikirannya mengawali tumbuhnya aliran Utilitarianisme. Utility
dalam bahasa Inggris berarti kegunaan dan manfaat. Makna semacam inilah yang
menjadi dasar aliran Utilitarianisme. Tokoh lain aliran ini adalah John Stuart
Mill (1806-1873) dan Henry Sidgwick (1838-1900). Menurut aliran utilitarianis
bahwa pilihan terbaik dari berbagai kemungkinan tindakan perorangan maupun
kolektif adalah yang paling banyak memberikan kebahagiaan pada banyak orang.
Kebahagiaan diartikan sebagai terwujudnya rasa senang dan selamat atau
hilangnya rasa sakit dan was-was. Hal ini bukan saja menjadi ukuran moral dan
kebenaran, tetapi juga menjadi tujuan individu, masyarakat, dan negara.
Aliran filsafat yang lain adalah Positivisme. Dasar-dasar
filsafat ini dibangun oleh Saint Simon dan dikembangkan oleh Auguste Comte
(1798-1857). Ia menyatakan bahwa pengetahuan manusia berkembang secara evolusi
dalam tiga tahap, yaitu teologis, metafisik, dan positif. Pengetahuan positif
merupakan puncak pengetahuan manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan
ilmiah. Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang diperoleh
dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam kenyataan.
Auguste Comte mencoba mengembangkan Positivisme ke dalam
agama atau sebagai pengganti agama. Hal ini terbukti dengan didirikannya
Positive Societies di berbagai tempat yang memuja kemanusiaan sebagai ganti
memuja Tuhan. Perkembangan selanjutnya dari aliran ini melahirkan aliran yang
bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi, yang dikenal dengan
Materialisme.
Tokoh aliran Materialisme adalah Feurbach (1804-1872). Ia
menyatakan bahwa kepercayaan manusia kepada Allah sebenarnya berasal dari
keinginan manusia yang merasa tidak bahagia. Lalu, manusia mencipta Wujud yang
dapat dijadikan tumpuan harapan yaitu Tuhan, sehingga Feurbach menyatakan
teologi harus diganti dengan antropologi. Tokoh lain aliran Materialisme adalah
Karl Marx (1820-1883) yang menentang segala bentuk spiritualisme. Ia bersama
Friederich Engels (1820-1895) membangun pemikiran komunisme pada tahun 1848
dengan manifesto komunisme. Karl Marx memandang bahwa manusia itu bebas, tidak
terikat dengan yang transendental. Kehidupan manusia ditentukan oleh materi.
Agama sebagai proyeksi kehendak manusia, bukan berasal dari dunia ghaib.
Periode filsafat modern di Barat menunjukkan adanya
pergeseran, segala bentuk dominasi gereja, kependetaan dan anggapan bahwa kitab
suci sebagai satu-satunya sumber pengetahuan diporak-porandakan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa abad modern merupakan era pembalasan terhadap
zaman skolastik yang didominasi gereja.
2.2
SEJARAH FILSAFAT
TIMUR
Sejarah filsafat timur merupakan sebutan
bagi pemikiran-pemikiran filosofis yang berasal dari dunia asia, seperti filsafat
cina, filsafat india, filsafat jepang, filsafat jepang, filsafat buddhisme, dan sebagainya.
Masing-masing jenis filsafat merupakan suatu sistem-sistem pemikiran yang luas
dan plural. Misalnya saja, filsafat India dapat terbagi menjadi
filsafat hindu dan filsafat buddhisme, sedangkan filsafat Cina dapat terbagi
menjadi konfusianisme
dan teoisme. Belum lagi,
banyak terjadi pertemuan dan percampuran antara sistem filsafat yang satu
dengan yang lain, misalnya Buddhisme berakar dari Hinduisme, namun kemudian
menjadi lebih berpengaruh di Tiongkok ketimbang di India. Di sisi lain, filsafat islam malah lebih
banyak bertemu dengan
filsafat
barat. Akan tetapi,
secara umum dikenal empat jenis filsafat Timur yang terkenal dengan sebutan
"Empat Tradisi Besar" yaitu Hinduisme, Buddhisme, Taoisme, dan
Konfusianisme.
Filsafat Timur
memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat, yang mana ciri-ciri
agama terdapat juga di dalam filsafat Timur, sehingga banyak ahli berdebat
mengenai dapat atau tidaknya pemikiran Timur dikatakan sebagai filsafat. Di
dalam studi post-kolonial bahkan
ditemukan bahwa filsafat Timur dianggap lebih rendah ketimbang sistem pemikiran
Barat karena tidak memenuhi kriteria filsafat menurut filsafat Barat, misalnya
karena dianggap memiliki unsur keagamaan atau mistik. Akan tetapi,
sekalipun di antara filsafat Timur dan filsafat Barat terdapat
perbedaan-perbedaan, namun tidak dapat dinilai mana yang lebih baik, sebab
masing-masing memiliki keunikannya sendiri. Selain itu, keduanya diharapkan
dapat saling melengkapi khazanah filsafat secara luas.
2.3
SEJARAH FILSAFAT MASA DEPAN
Masa filsafat modern diawali dengan
munculnya renaissance sekitar abad XV dan XVI M, yang bermaksud melahirkan
kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Problem utama masa renaissance,
sebagaimana periode skolastik, adalah sintesa agama dan filsafat dengan arah
yang berbeda. Era renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai
bidang kemanusiaan, baik sebagai individu maupun sosial.
Di antara filosof masa renaissance adalah Francis Bacon
(1561-1626). Ia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi.
Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan, tetapi ia
menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi hanya dapat
diketahui dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya bergantung pada penalaran.
Hal ini menunjukkan bahwa Bacon termasuk orang yang membenarkan konsep
kebenaran ganda (double truth), yaitu kebenaran akal dan wahyu. Puncak masa
renaissance muncul pada era Rene Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai
Bapak Filsafat Modern dan pelopor aliran Rasionalisme.
Argumentasi yang
dimajukan bertujuan untuk melepaskan diri dari kungkungan gereja. Hal ini
tampak dalam semboyannya “cogito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada).
Pernyataan ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran modern, karena
mengangkat kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi eksistensi
setiap individu. Dalam hal ini, filsafat kembali mendapatkan kejayaannya dan
mengalahkan peran agama, karena dengan rasio manusia dapat memperoleh
kebenaran.
Abad
modern merupakan era pembalasan terhadap zaman skolastik yang didominasi
gereja. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern didasarkan pada
suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkrit. Dalam era filsafat
modern yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20.
Beberapa filosof abad ke-20
1. Rasionalisme
2. Emperisme
3. Kritisme
4. Idealism
5. Positifme
6. Evolusionisme
7. Metarilisme
8. Neo-kantianisme
9. Pragmatism
10. Filsafat
hidup
11. Fenomenologi
12. Eksistensialisme
13. Ne-thomisme
-Ciri khas pemikiran filsafat zaman
modern
Ada
dua hal yang menandai sejarah modern yaitu runtuhnya otoritas gereja dan
menguat otoritas sains. Dua hal itu yang
dasarnya menjelaskan lain-lain. Kebudayaan modern kurang bernuansa gerejawi Negara-negara
semakin menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol
kebudayaan. Mula-mula kekuasaan bangsa-bangsa utamanya berada ditangan raja
kemudian sebagaimana di Yunani kuno. Raja-raja secara perlahan digantikan oleh
demokrasi atau tran.
Penolakan
terhadap otoritas gereja yang merupakan
cirri negative dari abad modern. Muncul lebih awal dari pada cirri positifnya
yakni penerimaan terhadap otoritas sains. Dalam penasonse italia, sains
memainkan peran yang sangat kecil, perlawanan terhadap gereja oleh orang-orang
yang dihubungkan dangan zaman kuno jauh sebelum tumbuhnya otoritas gereja dan
abad pertengahan serbuan sains pertama kali datang secara serius melalui
publikasi teori Copernican pada tahun 1543.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahwa
perkembangan sejarah eropa lahir karena sejarah islam dari timur tengah yang
kemudian dibawa keeropa dan diulas kembali oleh pada filosof dan kemudian
menyimpulkan agama Kristen lah yang berhak pada masa kekuasaan saat itu. Segala
sendi kehidupan pun harus mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh petinggi
gereja sedangkan filosof mulai dihilangkan karena menurut mereka yang ada
dimasa tersebut para filosof hanya dianggap murtad dan harus mendapat hukuman
seberat mungkin.
Kemudian
pada masa filsafat timur lah mengkaji kembali pemikiran islam yang telah
hilang. Dikaji kembali sehingga timbul pendapat bahwa sejarah filsafat timur
belum bisa dikatakan filsafat.
3.2
saran
Demikianlah
makalah ini kami susun dan kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
harus kami benahi baik dalam kerapian maupun tulisan. Demi kesempurnaan makalah
ini penulis berharap kritik dan saran dari pembaca.
setiap tulisan ada bainya disertai daftar rujukan. biar tidak ngambang.
BalasHapus