Rabu, 11 Februari 2015

MENGETAHUI DAN MEMAHAMI HUBUNGAN PLAY SPORT



MAKALAH
MENGETAHUI DAN MEMAHAMI HUBUNGAN PLAY SPORT

KELOMPOK 6
PINDO WAFI HUDAYA
ARIF ROHMAN
ARIF MAHFUD
M. BAKHRUM

DOSEN PEMBIMBING:
ADHE SAPUTRA, S.Pd, M.Pd


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS JAMBI: 2014/2015



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahNya sehingga kami sebagai penulis dapat membuat makalah ini.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Adhe saputra, S.Pd, M.Pd sebagai Dosen pembimbing kami, yang telah memberikan kami tugas yang berbentuk makalah seperti ini, dari sinilah kami termotivasi untuk membuat dan menyusun makalah dengan judul “Mengetahui dan memahami hubungan play sport”. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca, kami sangat mengharapkan masukan, saran maupun kritikan dari pembaca karena kami sangat sadar bahwa apa yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan.


















DAFTAR ISI
                                                                                        hal
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
     BAB I  PENDAHULUAN
A.  Latar belakang..................................................................... 1
B.     Tujuan dan manfaat............................................................. 1

     BAB II  PEMBAHASAN
A.     Pengertan Play.................................................................... 2
B.      Pengertian Games .............................................................. 5
C.      Pengertian Sport .............................................................. 10
D.    Relasi Play, sport, games

BAB III  PENUTUP................................................................................. 16
A.  Kesimpulan........................................................................ 18
B.  Saran.................................................................................. 18








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kajian filsafat olahraga didasarkan pada tiga konsep bermain (play), permainan (games), dan olahraga (sport). Ketiganya memiliki arti dan aktivitas yang berbeda. Bermain (play) adalah bentuk kegiatan yang tidak produktif yang tujuannya adalah memberikan kesenangasn pada diri sendiri. Permainan yang diorganisir disebut games. Olahraga (sport) sebagai bentuk aktivitas bermain yang di organisasikan sedemikian rupa dengan seperangkat peraturan dan pertandingan dengan menggunakan tolak ukur keterampilan fisik pelakunya. Prestasi olahraga adalah keterampilan tertinggi olahragawan dalam berkompetitif baik melawan alam, diri sendiri, orang lain yang dilakukan dalam latihan dan mengikuti perlombaan atau pertandingan (event) yang didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga yaitu kejujuran, keadilan, persahabatan, serta kesatria yang rendah diri dalam bingkai fair play. Ukuran keberhasilan olahragawan dapat ditunjukkan pada hasil perolehan juara dalam kompetisi yang di ikuti baik local, regional, nasional maupun internasional.

B.     Tujuan dan manfaat
1.      mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti mata kuliah Filsafat olahraga.
2.      memperoleh keterampilan dari hasil penyusunan makalah yang telah diselesaikan.
3.      Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang hubungan play, games, sport.
4.      Sebagai bukti bahwa penulis yang bersangkutan telah menyelesaikan makalah ini.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Play
Bermain (play) merupakan suatu perbuatan atau kegiatan sukarela, yang dlakukan dalam batas-batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut aturan yang telah diterima secara sukarela, tapi mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam dirinya, disertai oleh perasaan tegang dan gembira, dan kesadaran. Bermain (play) mempunyai sifat esensial adalah aktivitas untuk hiburan tidak dipertandingkan.
Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain. Yang harus diperhatikan adalah bahwa bermain haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan. Tidak boleh ada paksaan untuk melakukan kegiatan bermain. Walaupun kegiatan tersebut dapat menunjang perkembangan aspek tertentu. Kegiatan bermain yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari pemain sendiri. Seorang pemain harus diberi kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya.
Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain (homo luden), bermain suatu kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat belum tercemar. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat menyenangkan dan gembira ini merupakan bentuk permainan yang belum tercemar.
Dalam bermain pendidikan etika yang ada tidak mengenal pada suatu ajaran tertentu, karena anak bermain tidak melihat sisi religius teman dan bentuk permainan, karena tidak ada aturan dalam hal religus dalam bentuk permainan, pendidikan etika disini yang membetuk manusia yang baik dan kritis, sehingga proses pemberian pembelajarannya lebih bersifat mengembangkan daya pikir kritis dengan mengamati realitas kehidupan. Seperti melihat harimau, maka anak akan meniru gaya harimau yang menerkam mangsa, simangsa sudah tentu adalah teman sepermainnya. Temannya akan berjuang mempertahankan dengan bergelut. Bermain dalam alam anak memberikan konsep anak bertanggung jawab terhadap permainan tersebut. Ketika terjadi “perselisihan” maka tanggung jawab anak terhadap permainan ini membantu dalam pengembangan moralnya.
Dalam hal ini terdapat tujuh cirri yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah sesuatu itu bermain atau bukan, yakni:
a.       Bermain dilakukan secara voluntir. Bermain yang dilakukan secara sukarela tanpa paksaan atau tekanan dari orang lain.
b.      Bermain itu spontan. Bermain kapanpun mereka mau.
c.       Kegiatan bermain lebih berorientasi pada proses dari pada terhadap hasil atau akhir kegiatan. Fokus dalam bermain adalah melakukan aktivitas bermain itu sendiri.
d.       Bermain didorong oleh motivasi intrinsik. Maksudnya, yang mendorong orang untuk melakukan kegiatan bermain tersebut adalah kegiatannya itu sendiri, bukan faktor-faktor luar yang bersifat ekstrinsik.
e.       Bermain itu pada dasarnya menyenangkan.
f.       Bermain itu bersifat aktif. Bermain memerlukan keterlibatan aktif dari para pelakunya.
g.      Bermain fleksibel. Dengan cirri berarti orang yang bermain memilki kebebasan untuk memilih jenis kegiatan yang ingin dilakukannya.

Karakteristik Bermain (play):
1.      Bebas, sukarela, dan tanpa paksaan dalam berpartisipasi.
2.      Aktivitas bermain terpisah dari pembatasan ruang dan waktu
3.      Hasil dari aktivitas bermain  adalah sesuatu yang tidak diketahui atau direncanakan
4.      Aktivitas murni bermain tidak produktif, tidak menghasilkan nilai yang permanen.
5.      Peraturan bermain bergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional.
6.      Kualitas bermain merupakan bagian dari kehidupan nyata.

Macam-macam permainan (play) dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu:
1.      Permainan fungsi yaitu permainan dengan menggunakan gerakan-gerakan tubuh atau anggota tubuh
2.      Permainan konstruktif yaitu membuat suatu permainan.
3.      Permainan reseptif yaitu sambil mendengarkan cerita atau membaca buku cerita berfantasi dan menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya aktif.
4.      Permainan peranan yaitu dalam permainan ini akan bermain peran sebagai guru.
5.      Permainan sukses yaitu diutamakan dalam permainan ini adalah prestasi sehingga diperlukan keberanian.
.
Tujuan permainan:
Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi, merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura, membedakan benda dengan perabaan, menumbuhkan sportivitas, mengembangkan kepercayaan diri, mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang dirumahnya.

Pengertian bermain (play) menurut para ahli;
·         Menurut soetjiningsih,
bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak, seperti halnya makan.

·         Menurut Hurlock
bermain menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang di timbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

·         Menurut Huizinga
Johan Huizinga melihat permainan sebagai sumber dari bentuk-bentuk kultural paling penting, yang merentang sejak dari hal-hal yang menyenangkan, seperti seni, sampai ke hal-hal yang kurang menyenangkan dan kontroversial, seperti perang. Huizinga memaparkan karakteristik bermain sebagai dorongan naluri, aktivitas bebas, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Namun patut diingat bahwa sebenarnya Huizinga menegaskan permainan sebagai keberadaan yang “tak serius”, tetapi di saat yang sama menyeret pemainnya untuk bermain intens atau habis-habisan (Huizinga, 1950: 21).
Huizinga melihat bahwa bermain dan berolahraga merupakan kegiatan yang senantiasa ada dalam inti kebudayaan masyarakat, sejak primitif sampai modern. Meskipun “tak serius”, di dalam permainan terdapat nilai pendidikan, sehingga perlu dimanfaatkan sebagai upaya menuju pendewasaan melalui pemberian rangsangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental sosial, dan moral yang berguna pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan secara normal dan wajar. Tujuan yang ingin dicapai tersirat di dalam kegiatan itu, suatu ciri yang membedakannya dengan aktivitas ‘bekerja’ (KDI Keolahragaan, 2000: 9-10).
B.     Pengertian Games
Game berasal dari kata bahasa inggris yang memiliki arti dasar permainan. Permainan dalam hal ini merujuk pada pengertian kelincahan intelektual (intellectual playbility). Game juga bisa diartikan sebagai arena keputusan dan aksi pemainnya. Ada target-target yang ingin dicapai pemainnya. Kelincahan intelektual pada tingkat tertentu merupakan ukuran sejauh mana game itu menarik untuk dimainkan secara maksimal. Pada awalnya, game identik dengan permainan anak-anak. Kita selalu berpikir game merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak yang dapat menyenangkan hati mereka. Dengan kata lain segala bentuk kegiatan yang memerlukan pemikiran, kelincahan intelektual dan pencapaian terhadap target tertentu dapat dikatakan sebagai game.
Dalam kamus bahasa Indonesia “Game”diartikan sebagai permainan. Permainan merupakan bagian dari bermain dan bermain juga bagian dari permainan keduanya saling berhubungan. Permainan adalah kegiatan yang kompleks yang didalamnya terdapat peraturan, play dan budaya. Sebuah permainan adalah sebuah sistem dimana pemain terlibat dalam konflik buatan, disini pemain berinteraksi dengan sistem dan konflik dalam permainan merupakan rekayasa atau buatan, dalam permainan terdapat peraturan yang bertujuan untuk membatasi perilaku pemain dan menentukan permainan. Game bertujuan untuk menghibur, biasanya game banyak disukai oleh anak – anak hingga orang dewasa. Games sebenarnya penting untuk perkembangan otak, untuk meningkatkan konsentrasi dan melatih untuk memecahkan masalah dengan tepat dan cepat karena dalam game terdapat berbagai konflik atau masalah yang menuntut kita untuk menyelesaikannya dengan cepat dan tepat. Tetapi game juga bisa merugikan karena apabila kita sudah kecanduan game kita akan lupa waktu dan akan mengganggu kegiatan atau aktifitas yang sedang kita lakukan

Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik antara lain ;
a. Ada kompetisi
b. Hasil ditentukan oleh ketrampilan fisik, strategi, kesempatan






Sebuah game bisa dikarakteristikan dari apa yang pemain lakukan dalam sebuah game misalnya :
·          Peralatan
  Misal : bola, kartu, papan, atau sebuah Komputer.
·         Peraturan
 Peraturan digunakan untuk menentukan giliran pemain, hak dan keharusan masing-masing pemain, dan tujuan permainan.
·         Skill, Strategi dan Keberuntungan
Game dengan dengan skill, contohnya dengan kekuatan fisik, misal gulat, menembak dan kekuatan mental seperti catur.
·         Single Player Game (pemain satu orang) dan Double Player (lebih dari satu pemain)  Jika pemain tunggal, pemain harus bermain dengan keahlian, berpacu dengan waktu dan keberuntungan sedangkan pemain double, pemain diharuskan untuk menggunakan suatu strategi dan kekompakan sesama pemain, untuk mencapai tujuan tertentu atau sebaliknya pemain harus berlomba dengan pemain lainnnya untuk mencapai sesuatu tujuan.

Roger Cailluis (1955) membagi permainan (Game) menjadi empat, yaitu :
·         Agon-permainan bersifat pertandingan untuk memperoleh kemenangan sehingga butuh perjuangan fisik yang keras.
·         Alea-permainan bersifat untung-untungan seperti main dadu sehingga ketrampilan tubuh tidak diperlukan
·         Mimikri-permainan fantasi yang membutuhkan kebebasan, dan bukan sungguhan.
·         Illinx-permainan untuk mencerminkan keinginan melampiaskan gerak seperti mendaki gunung.

Adapun hal yang harus diperhatikan saat dalam permainan menurut Soetjiningsih (1995) adalah yaitu :
a. Ekstra energi
            Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Bemain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau jenih. (Nursalam, dkk,2005).
b. Waktu
            Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya. (Nursalam, dkk, 2005).

c. Alat permainan
            Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan perkembangann anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut harus aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak. (Nursalam, dkk, 2005)

d. Ruangan untuk bermain
            Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di ruang tidurnya.

e. Pengetahuan cara bermain
            Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru temantemannya atau diberitahu caranya oleh orang tuanya . cara yang terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan anak-anak akan mendapat keuntungan lebih banyak.

f. Teman bermain
            Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuannya atau temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak menjadi akrab, dan ibu/ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.



            Adapun hal-hal yang mempengaruhi permainan menurut Hurlock(1999) adalah :
a. Kesehatan
            Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.

b. Perkembangan motorik
            Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.

c. Intelegensi
            Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar., termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.

d. Jenis kelamin
            Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-;aki menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.

e. Lingkungan
            Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan memfasilitasi anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya (Suherman, 2000).

f. Status sosioekonomi
            Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal sepertu bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.

g. Jumlah waktu bebas
            Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih.

h. Peralatan
            Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan purapura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.

















C.     Pengertian Sport
Olahraga telah ada sejak zaman nenek moyang kita dulu. Seiring dengan pertumbuhan usia bumi ini olahraga juga mencatat sejarah yang cukup panjang. Hadirnya berbagai olahraga baru turut mewarnai kehidupan manusia dimuka bumi. Dari sejarah itulah muncul macam-macam olahraga yang hingga saat ini dilakukan oleh umat manusia.
Olaharaga, merupakan aktivitas yang melibatkan otot-otot besar dalam tubuh kita, setidaknya kita menggunakan 40% dari otot-otot besar tersebut dalam melakukan suatu permainan, pertandingan ataupun aktivitas olahraga. Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan kebugaran seseorang. Olahraga juga merupakan salah satu metode penting untuk mereduksi stress. Olahraga juga merupakan suatu perilaku aktif yang menggiatkan metabolisme dan mempengaruhi fungsi kelenjar di dalam tubuh untuk memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam upaya mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit serta stress. Oleh karena itu, sangat dianjurkan kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan olahraga secara rutin dan tersetruktur dengan baik.
Beberapa ahli dan tokoh penting di dunia ini pernah mengemukakan pendapatnya mengenai pandangannya terhadapa olahraga, seperti  presden RI pertama Ir. Soekarno pernah berbicara tentang pengertian dari olahraga, “Olahraga adalah alat untuk melaksanakan tiga tujuan revolusi Indonesia, yaiut: Negara Kesatuan RI yang kuat, masyarakat adil dan makmur, dan tata dunia baru. Dengan kata lain, Olahraga adalah alat untuk melaksanakan ampera (amanat penderitaan rakyat)”, kata-kata tersebut keluar dalam pidatonya pada saat dulu yang bertujuan untuk meperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Adapula yang lebih singkat dengan mendefinisikan olahraga sebagai sarana kompetisi untuk menjadi nomor satu, ada yang berbicara olahraga sebagai cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh, olahraga juga sebagai pengusir stress yang terbaik yang pernah ditemukan, secara akibatnya dari olahraga itu sendiri adalah olahraga adalah minyak yang akan menbuat badan dan seluruh tubuh kita menjadi lentur,yang akan mempermudah kita dalam beraktivitas. lembaga UNESCO juga pernah mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri”. Sedangkan Dewan Eropa merumuskan olahraga sebagai “aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan dalam waktu luang”. Definisi terakhir ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia “Sport for All” dan di Indonesia tahun 1983, “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” (Rusli dan Sumardianto,2000: 6). Berbeda lagi dengan definisi menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan di bidang keilmuan yang sangat pesat serta global, menjadikan olahraga sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat popular dan banyak dipelajari oleh setiap orang di dunia dan merupakan suatu disiplin ilmu yang bisa diperhitungkan layaknya matematika, bisa dikatakan ilmu yang eksak. Dalam beberapa decade ini olahraga berkembang begitu pesat, selain ditandai dengan kekayaan cabang dan jenis olahraga yang berupa perlombaan, pertandingan, atau pun olahraga sebagai aktivitas jasmani yang bertujuan untuk memberi kesehatan. Selain dari keragaman cabang dan jenis olahraga itu aspek  pendukung dari olahraga itu sendiri seperti, fasilitas olahraga, kebutuhan atau produk olahraga, dan lain-lainnya juga mengalami perkembangan apalagi di zaman yang canggih ini dengan teknologi mutahir apapun bisa dilakukan untuk mendukung untuk kita berolahraga dan mendukung juga untu pembentukan tubuh lebih baik juga yang diperoleh dari manfaat berolahraga yang telah didukung dengan fasilitas terbaik tersebut.
Dalam prospektif pengembangan ilmu keolahragaan masa kini dan masa depan yang pada hakekatnya olahraga merupakan bagian atau salah satu segi perikehidupan manusia yang beradab baik sepanjang masa atau dari masa ke masa. Dengan demikian kita sudah harus menjadikan olahraga sebagai ilmu, yang haru kita pelajari, karena terkandung banyak sekali manfaat yang akan kita dapat dengan mempelajari suatu ilmu, hanya saja dalam keilmuaan di bidang olahraga tercakuplah semuanya dengan jasmani raga dan rohani jiwa yang keduanya sama-sama sehat. Dengan mempelajari olahraga kita akan merasakan kesenangan karena disitu kita bisa bermain dengan keanekaragaman gerak, dengan mempelajari olahraga tubuh kita akan senantiasa sehat, dan dengan mempelajari olahraga kita akan mengerti dan tahu segala bentuk dan fungsi tubuh kita sendiri.
Olahraga sebagai ilmu, untuk memperhitungkan kata-kata itu olahraga telah terlebih dahulu mengkaji beberapa perspektif ilmu yang lain diantaranya adalah, pertama, olahraga akan dikaji secara ontologism (metafisis) yang akan diuji secara berdasarkan keadaan olahraga itu dan eksistensinya. Seperti kita tahu keadaan olahraga saat ini sudah menjadi banyak kegemaran bagi masyarakat di dunia bahkan olahraga menjadi sumber penghasilan yang mendatangkan banyak hasil bagi pelakunya, bukan hanya pemain tetapi olahraga juga berdampak bagi pelaku bisnis yang memanfaatkan olahrga sebagai perantara dalam bisinisnya. Selain dengan keadaanya sekarang, olahraga sangat eksis sekali dari masa ke masa, sejak zaman romawi kuno telah ada berupa kompetisi yang berunsur olahraga, pada zaman primitif pun olahraga sudah dikenal. Eksistensi olahraga terus berkembang dari masa ke masa dan terus melahirkan orang-orang terbaik di dunia ini, itu dibuktikan dengan banyaknya kejuaraaan, kompetisi seperti olimpiade, ataupun kegiatan olahraga yang masal untuk menjaga kebugaran tubuh. Eksistensi ini terus berlanjut hingga sekarang, olahraga menjadi idola semua orang, orang-orang pun tak ingin ketinggalan untuk melakukan aktivitas olahraga ini, meskipun hanya untuk mengisi waktu luang dan hanya untuk bersenang-senang.
Kedua, olahraga dikaji secara epistemologis, olahraga telah dikaji secara akar pengetahuan dan keilmuannya. Secara kajian ini, olahraga mewujudkan akar pengetahuan dan keilmuanya dengan berdasarkan kepada bagaiman cara perolehan gerak dalam setiap aktivitas olahraga itu didapat yang bisaa disebut tehnik dalam olahraga. Secara logika tehnik ini akan didapat jika kita mau mempelajarinya, dalam ilmu olahraga kita dapat menguasai salah satu tehnik olahraga yang akan menempel di otak kita itu, kita harus melakukan tehnik tersebut secara berulang-ulang sebanyak 250 kali. Dengan mempelajari hanya satu gerakan tehnik olahraga sebanak itu, pasti kita akan merasa bosan dengan hanya terus belajr gerak itu saja, tetapi olahraga punya siasat untuk menanggulangi hal tersebut dengan cara member variasi-variasi yang akan menjadikan kita tidak merasa bosan dengan aktivitas olahraga. Sebelumnya manusia telah diberi anugerah gerak yang dapat menunjang perkembangan manusia itu sendiri, anugerah gerak tersebut dapat digunakan untuk menunjang dalam melakukan setiap gerakan dan berbagai variasi tehnik dalam olahraga. Aktivitas dasar dalam olahraga yang juga dilakukan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari seperti : berjalan, berlari, melempar, menangkap, memukul, dan lain-lain.
Dengan keilmuannya yang terus berkembang, olahraga ini dapat diperhitungkan. Maksudnya, dulu kita sering berpikir kalau olahraga dalam pelaksanaan pertandingan dan perlombaanya ini dapat dilakukan oleh siapa saja, dan dapat dimenangkan oleh siapa saja, namun setelah adanya penelitian orang-orang yang bisa mengembangkan bakatnya dalam olahraga sekarang sudah bisa dicari melalui pemeriksaan medis yang kompleks, artinya proses pencarian calon atlet dilakukan dengan mencari bakat dari anak-anak kecil. Selain itu proses untuk menjadi juara dalam suatu pertandingan, olahraga dapat mensiasati seseorang untuk terus berlatih, karena dengan banyaknya latihan sesorang akan melakukan sesuatu yang lebih dalam  suatu pertandingan tersebut. Penguasaan tehnik, kekuatan fisik, dan kemudahan tubuh untuk bergerak dengan cepat akan menunjang seseorang untuk menjadi juara dalam suatu pertandingan.
Selain itu, dengan banyaknya pertandingan serta kejuaran yang telah dilakukan dan diselenggarakan, dan banyaknya pertemuan antara lawan satu dengan yang lainnya, suatu pertandingan olahraga ini telah dapat diperhitungkan hasilnya dengan prediksi, meskipun tidak sepenuhnya prediksi itu tepat. Selain prediksi, untuk memperoleh hasil gerak dalam olahraga yang maksimal, kita dapat meneliti salah satu gerak dalam kegiatan olahraga dengan cara menganalisisnya, kita dapat melihat hasil gerak dari atlet yang sudah professional, selain itu kita dapat lakukan analsisnya dengan melihat tubuh kita lebih dalam. Dengan melihat kodisi dan kita mengetahui kondisi tubuh tersebut kita akan mengetahui bagian tubuh mana yang akan bekerja saat melakukan salah satu gerak, kita akan tahu bagian otot mana yang digunakan, dan kita akan tahu apa saja yang akan dibutuhkan tubuh untuk menunjung ativitas kita dalam olahraga seperti makanan dan minuman apa yang harusnya kita makan dan minum, dan dengan demikian hasil yang maksimal akan kita peroleh dan secara tersirat tubuh kita juga akan menuju ke dalam pola hidup sehat yang menjadikan kita membuat diri kita semakin berkulaitas.
Dengan adanya kajian tersebut, olahraga telah mengkaji beberapa unsur olahraga yang akan dipelajari juga untuk menunjang pencapaian olahraga sebagai ilmu yang dapat diperhitungkan. Diantaranya adalah : Sport medicine, sport biomechanic, sport psychology, sport sociology, sport pedagogy, sport history dan sport philosophy. Dari kajian ilmu-ilmu tersebut yang dikaji dan diteliti secara spesifik pula, olahraga dapat diperhitungkan. Sport medicine dan sport biomechanic olahraga masuk ke dalam kelompok ilmu pengetahuan alam, spot-psychology, sport sociology dari sport pedagogy tergolong ke dalam rumpun ilmu pengetahuan sosial dari behavioral. Sport history dan Sport philosophy termasuk ke dalam kelompok hermeneutical-normative science. “ibu” ilmu pengetahuan yang menjadi landasan pengembangan ilmu keolahragaan ialah medicine, biologi/fisika, psikologi, sosiologi, pedagogi, sejarah dari filsafat. Perkembangan sesuai relevan di masyarakat, lima bidang teori baru dalam ilmu keolahragaan. Sport information, sport politics, sport law, sport engineering, dan sport economy. Ini dari perkembangan information science, political science, law, engineering dan economic. bertitik tolak dari wilayah spesifik yang meliputi faktor gerak (movement), bermain (play), pelatihan (training), dan pengajaran dalam olahraga (sport instruction). Dari ke lima wilayah spesifik ini lahirlah lima dimensi dari perspektif ilmu dan teori yakni movement science dan movement theory; play science dan play theory; training science dan training theory; dan instruction science of sport dan instruction theory of sport. 
Referensi : website jurusan pendidikan kesehatan dan rekreasi. pkr-ikor.com.
Arti olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.

Karakteristik sport (olahraga):
·         Bersifat kompetitif
·         Bentuk bermain yang terorganisir
·         Lebih spesifik dan mencabgkup play dan game
·         Permainan yang dilembagakan

Berikut ini adalah pengertian dan definisi olahraga olah para pakar olahraga:

·         TIM GURU EDUKA
Olahraga adalah suatu kegiatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita

·         SOEKARNO
Olahraga adalah alat untuk melaksanakan tiga tujuan revolusi Indonesia, yaiut: Negara Kesatuan RI yang kuat, masyarakat adil dan makmur, dan tata dunia baru. Dengan kata lain, Olahraga adalah alat untuk melaksanakan ampera (amanat penderitaan rakyat)

·         SURYANTO RUKMONO, S. Si
Olahraga adalah suatu kegiatan untuk melatih tubuh kita agar badan terasa sehat dan kuat, baik secara jasmani maupun rohani

·         SENO GUMIRA AJIDARMA
Olahraga adalah sarana kompetisi untuk menjadi nomer satu

·         JESSICA DOLLAND
Olahraga adalah pereda stress yang sangat baik. Olahraga dapat mengalihkan pikiran dari kekhawatiran dengan cara meredakan ketegangan otot tubuh

·         KATHRYN MARSDEN
Olahraga adalah pengusir stress terbaik yang pernah ditemukan

·         CHATLES C. MANZ
Olahraga adalah sesuatu yang harus menjadi prioritas dan dijadwalkan tapi tetap realistis

·         HANS TANDRA
Olahraga adalah gerakan tubuh yang berirama dan teratur untuk memperbaiki dan meningkatkan kebugaran

·         SHETHA DARGAZELLI
Olahraga adalah minyak yang membuat gerakan tubuh bergerak secara fleksibel dan mudah.

 Alasan Orang Melakukan Olahraga:
Satu-satunya alasan mengapa orang melakukan olahraga adalah untuk meningktakan kesegaran, kebugaran serta ketahanan jasmani. Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya perasaan bahagia. Bahwa olahraga membuat peredaran darah menjadi lancar, membakar lemak dan kalori, serta mengurangi risiko darah tinggi dan obesitas merupakan suatu hal yang diketahui umum. Riset terbaru menunjukkan suatu kelebihan lain dari aktivitas ini. Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya perasaan bahagia.

Sesuai dengan fungsi dan tujuannya, olahraga dapat dirinci sebagai berikut.
1. Olahraga pendidikan adalah proses pembinaan menekankan penguasaan keterampilan dan ketangkasan berolahraga termasuk juga pembinaan nilai-nilai kependidikan melalui pembekalan pengalaman yang lengkap sehingga yang terjadi adalah proses sosialisasi melalui dan ke dalam olahraga.
2. Olahraga kesehatan adalah jenis kegiatan olahraga yang lebih menitikberatkan pada upaya mencapai tujuan kesehatan dan fitnes yang tercakup dalam konsep well-being melalui kegiatan olahraga.
3. Olahraga rekreatif adalah jenis kegiatan olahraga yang menekankan pencapaian tujuan yang bersifat rekreatif atau manfaat dari aspek jasmaniah dan sosial-psikologis.
4. Olahraga rehabilitatif adalah jenis kegiatan olahraga, atau latihan jasmani yang menekankan tujuan yang bersifat terapi atau aspek psikis dari perilaku.
5. Olahraga kompetitif adalah jenis kegiatan olahraga yang menitikberatkan peragaan performa dan pencapaian prestasi maksimal yang biasanya dikelola oleh organisasi olahraga formal, baik nasional maupun internasional (KDI Keolahragaan, 2000: 10-11).

D.    Relasi Play, Games, Sport
Menurut Edward (1973), pengertian olahraga bergerak dari pengertian yang luas meliputi play, games dan sport. Play mempunyai karakteristik: 1) bebas, sukarela, dan tanpa paksaan dalam berpartisipasi, 2) aktivitas bermain terpisah dari pembatasan ruang dan waktu, 3) hasil dari aktivitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui/ direncanakan sebelumnya, 4) aktivitas murni bermain tidak produktif, tidak menghasil nilai yang permanen, 5) peraturan bermain bergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional, dan 6) kualitas bermain merupakan bagian dari kehidupan nyata.
Games merupakan bagian dari play, semua games merupakan bentuk dari play, games memiliki semua karakteristik play akan tetapi semua itu diatur dalam peraturan yang sengaja dibuat dan harus ditaati bersama. Kompetisi merupakan ciri utamanya, sehingga hanya individu atau kelompok yang mempunyai standar keterampilan yang tinggi yang akan berhasil. Untuk berhasil dalam kompetisi akan selalu bergantung pada keterampilan teknik, fisik, strategi atau kesempatan. Bentuk bermain ada dua macam yaitu yang spontan dan yang diorganisasikan. Adapun yang spontan dinamakan bermain sedangkan yang diorganisasi dinamakan games.
Bermain yang diorganisasikan pun ada dua jenis yaitu yang tidak dipertandingkan dan dipertandingkan, yang dipertandingkan dinamakan contests. Bermain yang diorganisasi dan dipertandingkan juga ada dua bentuk yang menggunakan fisik dan bukan fisik, yang menggunakan keterampilan fisik disebut olahraga (sports). Olahraga adalah bentuk bermain yang diorganisasikan sedemikian rupa dengan peraturan dan dipertandingkan menggunakan tolok ukur keterampilan fisik (Dwiyogo, 1994:16).
Sedangkan olahraga (sport) merupakan bagian dari permainan pertandingan, perbedaannya terletak pada prasyarat tingkat kecakapan dan, olahraga merupakan permainan pertandingan yang sudah dilembagakan dalam masyarakat seperti halnya pendidikan, agama dan pemerintahan. Ruang lingkup play, games dan olahraga (sport).
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmanisecaralebihkonseptual.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yangterlibat.
            Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramatpentingdalamhakikatnya. Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakandalamproseskependidikan.
             Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.


BAB III
PENUTUP
     A.Kesimpulan
Secara hirarki bahwa olahraga dilakukan untuk meningkatkan keterampilanb gerak manusia.Pada dasarnya manusia itu hidup untuk bergerak, gerakan yang dilakukan kian berarti sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Kajian filsafat olahraga didasarkan pada tiga konsep yaitu bermain (play), permainan (games), dan olahraga (sport). Ketiganya memiliki arti dan aktivitas yang berbeda, bermain (play) adalah bentuk kegiatan yang tidak produktif yang tujuannya adalah memberikan kesenangan pada diri sendiri. Permainan yang diorganisir games olahraga (sport) sebagai bentuk aktivitas bermain yang diorganisasikan sedemkian rupa dengan seperangkat peraturan dan pertandingan dengan menggunakan tolak ukur keterampilan fisik orang yang melakukannya.
Prestasi olahraga adalah keterampilan teretinggi olahragawan dalam berkompetitif baik melawan alam, diri sendiri, orang lain yang dilakukan dalam latihan dan mengikuti perlombaan atau pertandingan (event) yang didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga yaitu kejujuran, keadilan, persahabatan, serta kesatria yang rendah diri dalam bingkai fair play. Ukuran keberhasilan olahragawan dapat ditunjukkan pada hasil perolehan juara dalam kompetisi yang diikuti baik local, regional, nasional maupun internasional.

     B.Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.








DAFTAR PUSTAKA

http://axial-axialis.blogspot.com/2013/01/seputar-teantang-filsafat-olahraga.html
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-30943-sportif%20Vol%206%20No.%202%20Juli%20des%202012.pdf















DAFTAR PENILAIAN












                                                                                                    Tgl           Desember 2014


                                                                                                    Adhe Saputra, S.Pd, M.Pd