MAKALAH
MENGETAHUI
DAN MEMAHAMI HUBUNGAN PLAY SPORT
KELOMPOK 6
PINDO
WAFI HUDAYA
ARIF
ROHMAN
ARIF
MAHFUD
M.
BAKHRUM
DOSEN PEMBIMBING:
ADHE
SAPUTRA, S.Pd, M.Pd
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
JAMBI: 2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu. Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahNya sehingga kami
sebagai penulis dapat membuat makalah ini.
Dan kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak Adhe saputra, S.Pd, M.Pd sebagai Dosen pembimbing kami, yang
telah memberikan kami tugas yang berbentuk makalah seperti ini, dari sinilah
kami termotivasi untuk membuat dan menyusun makalah dengan judul “Mengetahui
dan memahami hubungan play sport”. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca, kami sangat
mengharapkan masukan, saran maupun kritikan dari pembaca karena kami sangat
sadar bahwa apa yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR
ISI
hal
KATA
PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang..................................................................... 1
B. Tujuan
dan manfaat............................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertan Play.................................................................... 2
B.
Pengertian
Games .............................................................. 5
C.
Pengertian
Sport .............................................................. 10
D. Relasi
Play, sport, games
BAB III PENUTUP................................................................................. 16
A. Kesimpulan........................................................................ 18
B.
Saran.................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kajian
filsafat olahraga didasarkan pada tiga konsep bermain (play), permainan
(games), dan olahraga (sport). Ketiganya memiliki arti dan aktivitas yang
berbeda. Bermain (play) adalah bentuk kegiatan yang tidak produktif yang
tujuannya adalah memberikan kesenangasn pada diri sendiri. Permainan yang
diorganisir disebut games. Olahraga (sport) sebagai bentuk aktivitas bermain
yang di organisasikan sedemikian rupa dengan seperangkat peraturan dan
pertandingan dengan menggunakan tolak ukur keterampilan fisik pelakunya.
Prestasi olahraga adalah keterampilan tertinggi olahragawan dalam berkompetitif
baik melawan alam, diri sendiri, orang lain yang dilakukan dalam latihan dan
mengikuti perlombaan atau pertandingan (event) yang didasarkan pada nilai-nilai
yang terkandung dalam olahraga yaitu kejujuran, keadilan, persahabatan, serta
kesatria yang rendah diri dalam bingkai fair play. Ukuran keberhasilan
olahragawan dapat ditunjukkan pada hasil perolehan juara dalam kompetisi yang
di ikuti baik local, regional, nasional maupun internasional.
B.
Tujuan dan
manfaat
1.
mengembangkan ilmu
yang diperoleh selama mengikuti mata kuliah Filsafat olahraga.
2.
memperoleh
keterampilan dari hasil penyusunan makalah yang telah diselesaikan.
3.
Menambah
wawasan serta ilmu pengetahuan tentang hubungan play, games, sport.
4.
Sebagai bukti
bahwa penulis yang bersangkutan telah menyelesaikan makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Play
Bermain
(play) merupakan suatu perbuatan atau kegiatan sukarela, yang dlakukan dalam
batas-batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut aturan yang
telah diterima secara sukarela, tapi mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam
dirinya, disertai oleh perasaan tegang dan gembira, dan kesadaran. Bermain
(play) mempunyai sifat esensial adalah aktivitas untuk hiburan tidak
dipertandingkan.
Bermain
adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil
akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain. Yang harus
diperhatikan adalah bahwa bermain haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan.
Tidak boleh ada paksaan untuk melakukan kegiatan bermain. Walaupun kegiatan
tersebut dapat menunjang perkembangan aspek tertentu. Kegiatan bermain yang
dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari pemain sendiri. Seorang pemain harus
diberi kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan
bagaimana melakukannya.
Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai
mahluk bermain (homo luden), bermain suatu kegiatan yang tidak berpretensi
apa-apa. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika
seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan
kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat belum
tercemar. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika
seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan
kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat
menyenangkan dan gembira ini merupakan bentuk permainan yang belum tercemar.
Dalam bermain pendidikan etika yang ada tidak mengenal pada
suatu ajaran tertentu, karena anak bermain tidak melihat sisi religius teman
dan bentuk permainan, karena tidak ada aturan dalam hal religus dalam bentuk
permainan, pendidikan etika disini yang membetuk manusia yang baik dan kritis,
sehingga proses pemberian pembelajarannya lebih bersifat mengembangkan daya
pikir kritis dengan mengamati realitas kehidupan. Seperti melihat harimau, maka
anak akan meniru gaya harimau yang menerkam mangsa, simangsa sudah tentu adalah
teman sepermainnya. Temannya akan berjuang mempertahankan dengan bergelut.
Bermain dalam alam anak memberikan konsep anak bertanggung jawab terhadap
permainan tersebut. Ketika terjadi “perselisihan” maka tanggung jawab anak
terhadap permainan ini membantu dalam pengembangan moralnya.
Dalam hal ini terdapat tujuh cirri yang dapat dijadikan
acuan untuk menentukan apakah sesuatu itu bermain atau bukan, yakni:
a.
Bermain
dilakukan secara voluntir. Bermain yang dilakukan secara sukarela tanpa paksaan
atau tekanan dari orang lain.
b. Bermain itu spontan. Bermain
kapanpun mereka mau.
c.
Kegiatan
bermain lebih berorientasi pada proses dari pada terhadap hasil atau akhir
kegiatan. Fokus dalam bermain adalah melakukan aktivitas bermain itu sendiri.
d.
Bermain didorong oleh motivasi intrinsik.
Maksudnya, yang mendorong orang untuk melakukan kegiatan bermain tersebut
adalah kegiatannya itu sendiri, bukan faktor-faktor luar yang bersifat
ekstrinsik.
e. Bermain itu pada dasarnya
menyenangkan.
f.
Bermain
itu bersifat aktif. Bermain memerlukan keterlibatan aktif dari para pelakunya.
g. Bermain fleksibel. Dengan cirri
berarti orang yang bermain memilki kebebasan untuk memilih jenis kegiatan yang
ingin dilakukannya.
Karakteristik
Bermain (play):
1. Bebas, sukarela, dan tanpa paksaan
dalam berpartisipasi.
2. Aktivitas bermain terpisah dari
pembatasan ruang dan waktu
3. Hasil dari aktivitas bermain
adalah sesuatu yang tidak diketahui atau direncanakan
4. Aktivitas murni bermain tidak
produktif, tidak menghasilkan nilai yang permanen.
5. Peraturan bermain bergantung pada
kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional.
6. Kualitas bermain merupakan bagian
dari kehidupan nyata.
Macam-macam
permainan (play) dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu:
1. Permainan fungsi yaitu permainan
dengan menggunakan gerakan-gerakan tubuh atau anggota tubuh
2. Permainan konstruktif yaitu membuat
suatu permainan.
3. Permainan reseptif yaitu sambil
mendengarkan cerita atau membaca buku cerita berfantasi dan menerima
kesan-kesan yang membuat jiwanya aktif.
4. Permainan peranan yaitu dalam
permainan ini akan bermain peran sebagai guru.
5. Permainan sukses yaitu diutamakan
dalam permainan ini adalah prestasi sehingga diperlukan keberanian.
.
Tujuan permainan:
Mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan, mengembangkan kemampuan berbahasa,
mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi, merangsang
daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura, membedakan benda dengan
perabaan, menumbuhkan sportivitas, mengembangkan kepercayaan diri,
mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang dirumahnya.
Pengertian bermain (play) menurut para ahli;
·
Menurut
soetjiningsih,
bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak
sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak, seperti halnya makan.
·
Menurut
Hurlock
bermain menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang di timbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
·
Menurut
Huizinga
Johan Huizinga melihat permainan sebagai sumber dari
bentuk-bentuk kultural paling penting, yang merentang sejak dari hal-hal yang
menyenangkan, seperti seni, sampai ke hal-hal yang kurang menyenangkan dan
kontroversial, seperti perang. Huizinga memaparkan karakteristik bermain
sebagai dorongan naluri, aktivitas bebas, dan pada anak merupakan keniscayaan
sosiologis dan biologis. Namun patut diingat bahwa sebenarnya Huizinga
menegaskan permainan sebagai keberadaan yang “tak serius”, tetapi di saat yang
sama menyeret pemainnya untuk bermain intens atau habis-habisan (Huizinga,
1950: 21).
Huizinga melihat bahwa bermain dan berolahraga merupakan
kegiatan yang senantiasa ada dalam inti kebudayaan masyarakat, sejak primitif
sampai modern. Meskipun “tak serius”, di dalam permainan terdapat nilai
pendidikan, sehingga perlu dimanfaatkan sebagai upaya menuju pendewasaan
melalui pemberian rangsangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik,
mental sosial, dan moral yang berguna pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan secara normal dan wajar. Tujuan yang ingin dicapai tersirat di
dalam kegiatan itu, suatu ciri yang membedakannya dengan aktivitas ‘bekerja’
(KDI Keolahragaan, 2000: 9-10).
B.
Pengertian
Games
Game
berasal dari kata bahasa inggris yang memiliki arti dasar permainan. Permainan
dalam hal ini merujuk pada pengertian kelincahan intelektual (intellectual
playbility). Game juga bisa diartikan sebagai arena keputusan dan aksi
pemainnya. Ada target-target yang ingin dicapai pemainnya. Kelincahan
intelektual pada tingkat tertentu merupakan ukuran sejauh mana game itu menarik
untuk dimainkan secara maksimal. Pada awalnya, game identik dengan permainan
anak-anak. Kita selalu berpikir game merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh anak-anak yang dapat menyenangkan hati mereka. Dengan kata lain segala
bentuk kegiatan yang memerlukan pemikiran, kelincahan intelektual dan
pencapaian terhadap target tertentu dapat dikatakan sebagai game.
Dalam
kamus bahasa Indonesia “Game”diartikan sebagai permainan. Permainan merupakan
bagian dari bermain dan bermain juga bagian dari permainan keduanya saling
berhubungan. Permainan adalah kegiatan yang kompleks yang didalamnya terdapat
peraturan, play dan budaya. Sebuah permainan adalah sebuah sistem dimana pemain
terlibat dalam konflik buatan, disini pemain berinteraksi dengan sistem dan
konflik dalam permainan merupakan rekayasa atau buatan, dalam permainan
terdapat peraturan yang bertujuan untuk membatasi perilaku pemain dan
menentukan permainan. Game bertujuan untuk menghibur, biasanya game banyak
disukai oleh anak – anak hingga orang dewasa. Games sebenarnya penting untuk
perkembangan otak, untuk meningkatkan konsentrasi dan melatih untuk memecahkan
masalah dengan tepat dan cepat karena dalam game terdapat berbagai konflik atau
masalah yang menuntut kita untuk menyelesaikannya dengan cepat dan tepat.
Tetapi game juga bisa merugikan karena apabila kita sudah kecanduan game kita
akan lupa waktu dan akan mengganggu kegiatan atau aktifitas yang sedang kita
lakukan
Ruang
lingkup pada games mempunyai karakteristik antara lain ;
a. Ada kompetisi
b. Hasil ditentukan oleh ketrampilan fisik, strategi, kesempatan
a. Ada kompetisi
b. Hasil ditentukan oleh ketrampilan fisik, strategi, kesempatan
Sebuah
game bisa dikarakteristikan dari apa yang pemain lakukan dalam sebuah game
misalnya :
·
Peralatan
Misal : bola, kartu, papan, atau sebuah Komputer.
Misal : bola, kartu, papan, atau sebuah Komputer.
·
Peraturan
Peraturan digunakan untuk menentukan giliran pemain, hak dan keharusan masing-masing pemain, dan tujuan permainan.
Peraturan digunakan untuk menentukan giliran pemain, hak dan keharusan masing-masing pemain, dan tujuan permainan.
·
Skill,
Strategi dan Keberuntungan
Game dengan dengan skill, contohnya dengan kekuatan fisik, misal gulat, menembak dan kekuatan mental seperti catur.
Game dengan dengan skill, contohnya dengan kekuatan fisik, misal gulat, menembak dan kekuatan mental seperti catur.
·
Single
Player Game (pemain satu orang) dan Double Player (lebih dari satu pemain)
Jika pemain tunggal, pemain harus bermain dengan keahlian, berpacu dengan
waktu dan keberuntungan sedangkan pemain double, pemain diharuskan untuk
menggunakan suatu strategi dan kekompakan sesama pemain, untuk mencapai tujuan
tertentu atau sebaliknya pemain harus berlomba dengan pemain lainnnya untuk
mencapai sesuatu tujuan.
Roger
Cailluis (1955)
membagi permainan (Game) menjadi empat, yaitu :
·
Agon-permainan bersifat pertandingan
untuk memperoleh kemenangan sehingga butuh perjuangan fisik yang keras.
·
Alea-permainan bersifat untung-untungan
seperti main dadu sehingga ketrampilan tubuh tidak diperlukan
·
Mimikri-permainan
fantasi yang membutuhkan kebebasan, dan bukan sungguhan.
·
Illinx-permainan untuk mencerminkan
keinginan melampiaskan gerak seperti mendaki gunung.
Adapun
hal yang harus diperhatikan saat dalam permainan menurut Soetjiningsih (1995)
adalah yaitu :
a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Bemain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau jenih. (Nursalam, dkk,2005).
b. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya. (Nursalam, dkk, 2005).
a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Bemain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau jenih. (Nursalam, dkk,2005).
b. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya. (Nursalam, dkk, 2005).
c. Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan perkembangann anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut harus aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak. (Nursalam, dkk, 2005)
d. Ruangan untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di ruang tidurnya.
e. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru temantemannya atau diberitahu caranya oleh orang tuanya . cara yang terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan anak-anak akan mendapat keuntungan lebih banyak.
f. Teman bermain
Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuannya atau temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak menjadi akrab, dan ibu/ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi permainan menurut Hurlock(1999)
adalah :
a. Kesehatan
Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.
a. Kesehatan
Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.
b. Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
c. Intelegensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar., termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
d. Jenis kelamin
Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-;aki menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
e. Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan memfasilitasi anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya (Suherman, 2000).
f. Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal sepertu bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.
g. Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih.
h. Peralatan
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan purapura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
C.
Pengertian
Sport
Olahraga
telah ada sejak zaman nenek moyang kita dulu. Seiring dengan pertumbuhan usia
bumi ini olahraga juga mencatat sejarah yang cukup panjang. Hadirnya berbagai
olahraga baru turut mewarnai kehidupan manusia dimuka bumi. Dari sejarah itulah
muncul macam-macam olahraga yang hingga saat ini dilakukan oleh umat manusia.
Olaharaga, merupakan aktivitas yang melibatkan otot-otot
besar dalam tubuh kita, setidaknya kita menggunakan 40% dari otot-otot besar
tersebut dalam melakukan suatu permainan, pertandingan ataupun aktivitas
olahraga. Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan
kebugaran seseorang. Olahraga juga merupakan salah satu metode penting untuk
mereduksi stress. Olahraga juga merupakan suatu perilaku aktif yang menggiatkan
metabolisme dan mempengaruhi fungsi kelenjar di dalam tubuh untuk memproduksi
sistem kekebalan tubuh dalam upaya mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit
serta stress. Oleh karena itu, sangat dianjurkan kepada setiap orang untuk
melakukan kegiatan olahraga secara rutin dan tersetruktur dengan baik.
Beberapa ahli dan tokoh penting di
dunia ini pernah mengemukakan pendapatnya mengenai pandangannya terhadapa
olahraga, seperti presden RI pertama Ir.
Soekarno pernah berbicara tentang pengertian dari olahraga, “Olahraga adalah
alat untuk melaksanakan tiga tujuan revolusi Indonesia, yaiut: Negara Kesatuan
RI yang kuat, masyarakat adil dan makmur, dan tata dunia baru. Dengan kata
lain, Olahraga adalah alat untuk melaksanakan ampera (amanat penderitaan
rakyat)”, kata-kata tersebut keluar dalam pidatonya pada saat dulu yang bertujuan
untuk meperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Adapula yang
lebih singkat dengan mendefinisikan olahraga sebagai sarana kompetisi untuk
menjadi nomor satu, ada yang berbicara olahraga sebagai cara untuk meningkatkan
daya tahan tubuh, olahraga juga sebagai pengusir stress yang terbaik yang
pernah ditemukan, secara akibatnya dari olahraga itu sendiri adalah olahraga
adalah minyak yang akan menbuat badan dan seluruh tubuh kita menjadi
lentur,yang akan mempermudah kita dalam beraktivitas. lembaga UNESCO juga
pernah mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa permainan
yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri
sendiri”. Sedangkan Dewan Eropa merumuskan olahraga sebagai “aktivitas spontan,
bebas dan dilaksanakan dalam waktu luang”. Definisi terakhir ini merupakan
cikal bakal panji olahraga di dunia “Sport
for All” dan di Indonesia tahun 1983, “memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat” (Rusli dan Sumardianto,2000: 6). Berbeda lagi
dengan definisi menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang
berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan
membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan
atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan
prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas
berdasarkan Pancasila. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan di bidang
keilmuan yang sangat pesat serta global, menjadikan olahraga sebagai suatu
disiplin ilmu yang sangat popular dan banyak dipelajari oleh setiap orang di
dunia dan merupakan suatu disiplin ilmu yang bisa diperhitungkan layaknya
matematika, bisa dikatakan ilmu yang eksak. Dalam beberapa decade ini olahraga
berkembang begitu pesat, selain ditandai dengan kekayaan cabang dan jenis
olahraga yang berupa perlombaan, pertandingan, atau pun olahraga sebagai
aktivitas jasmani yang bertujuan untuk memberi kesehatan. Selain dari keragaman
cabang dan jenis olahraga itu aspek
pendukung dari olahraga itu sendiri seperti, fasilitas olahraga,
kebutuhan atau produk olahraga, dan lain-lainnya juga mengalami perkembangan
apalagi di zaman yang canggih ini dengan teknologi mutahir apapun bisa
dilakukan untuk mendukung untuk kita berolahraga dan mendukung juga untu
pembentukan tubuh lebih baik juga yang diperoleh dari manfaat berolahraga yang
telah didukung dengan fasilitas terbaik tersebut.
Dalam prospektif pengembangan ilmu keolahragaan masa kini
dan masa depan yang pada hakekatnya olahraga merupakan bagian atau salah satu
segi perikehidupan manusia yang beradab baik sepanjang masa atau dari masa ke
masa. Dengan demikian kita sudah harus menjadikan olahraga sebagai ilmu, yang
haru kita pelajari, karena terkandung banyak sekali manfaat yang akan kita
dapat dengan mempelajari suatu ilmu, hanya saja dalam keilmuaan di bidang
olahraga tercakuplah semuanya dengan jasmani raga dan rohani jiwa yang keduanya
sama-sama sehat. Dengan mempelajari olahraga kita akan merasakan kesenangan
karena disitu kita bisa bermain dengan keanekaragaman gerak, dengan mempelajari
olahraga tubuh kita akan senantiasa sehat, dan dengan mempelajari olahraga kita
akan mengerti dan tahu segala bentuk dan fungsi tubuh kita sendiri.
Olahraga sebagai ilmu, untuk memperhitungkan kata-kata itu
olahraga telah terlebih dahulu mengkaji beberapa perspektif ilmu yang lain
diantaranya adalah, pertama, olahraga akan dikaji secara ontologism (metafisis) yang akan diuji secara berdasarkan keadaan
olahraga itu dan eksistensinya. Seperti kita tahu keadaan olahraga saat ini
sudah menjadi banyak kegemaran bagi masyarakat di dunia bahkan olahraga menjadi
sumber penghasilan yang mendatangkan banyak hasil bagi pelakunya, bukan hanya
pemain tetapi olahraga juga berdampak bagi pelaku bisnis yang memanfaatkan
olahrga sebagai perantara dalam bisinisnya. Selain dengan keadaanya sekarang,
olahraga sangat eksis sekali dari masa ke masa, sejak zaman romawi kuno telah
ada berupa kompetisi yang berunsur olahraga, pada zaman primitif pun olahraga
sudah dikenal. Eksistensi olahraga terus berkembang dari masa ke masa dan terus
melahirkan orang-orang terbaik di dunia ini, itu dibuktikan dengan banyaknya
kejuaraaan, kompetisi seperti olimpiade, ataupun kegiatan olahraga yang masal
untuk menjaga kebugaran tubuh. Eksistensi ini terus berlanjut hingga sekarang,
olahraga menjadi idola semua orang, orang-orang pun tak ingin ketinggalan untuk
melakukan aktivitas olahraga ini, meskipun hanya untuk mengisi waktu luang dan
hanya untuk bersenang-senang.
Kedua, olahraga dikaji secara epistemologis, olahraga telah dikaji secara akar pengetahuan dan
keilmuannya. Secara kajian ini, olahraga mewujudkan akar pengetahuan dan
keilmuanya dengan berdasarkan kepada bagaiman cara perolehan gerak dalam setiap
aktivitas olahraga itu didapat yang bisaa disebut tehnik dalam olahraga. Secara
logika tehnik ini akan didapat jika kita mau mempelajarinya, dalam ilmu
olahraga kita dapat menguasai salah satu tehnik olahraga yang akan menempel di
otak kita itu, kita harus melakukan tehnik tersebut secara berulang-ulang
sebanyak 250 kali. Dengan mempelajari hanya satu gerakan tehnik olahraga
sebanak itu, pasti kita akan merasa bosan dengan hanya terus belajr gerak itu
saja, tetapi olahraga punya siasat untuk menanggulangi hal tersebut dengan cara
member variasi-variasi yang akan menjadikan kita tidak merasa bosan dengan
aktivitas olahraga. Sebelumnya manusia telah diberi anugerah gerak yang dapat
menunjang perkembangan manusia itu sendiri, anugerah gerak tersebut dapat
digunakan untuk menunjang dalam melakukan setiap gerakan dan berbagai variasi
tehnik dalam olahraga. Aktivitas dasar dalam olahraga yang juga dilakukan oleh
kita dalam kehidupan sehari-hari seperti : berjalan, berlari, melempar,
menangkap, memukul, dan lain-lain.
Dengan keilmuannya yang terus berkembang, olahraga ini dapat
diperhitungkan. Maksudnya, dulu kita sering berpikir kalau olahraga dalam
pelaksanaan pertandingan dan perlombaanya ini dapat dilakukan oleh siapa saja,
dan dapat dimenangkan oleh siapa saja, namun setelah adanya penelitian
orang-orang yang bisa mengembangkan bakatnya dalam olahraga sekarang sudah bisa
dicari melalui pemeriksaan medis yang kompleks, artinya proses pencarian calon
atlet dilakukan dengan mencari bakat dari anak-anak kecil. Selain itu proses
untuk menjadi juara dalam suatu pertandingan, olahraga dapat mensiasati
seseorang untuk terus berlatih, karena dengan banyaknya latihan sesorang akan
melakukan sesuatu yang lebih dalam suatu
pertandingan tersebut. Penguasaan tehnik, kekuatan fisik, dan kemudahan tubuh
untuk bergerak dengan cepat akan menunjang seseorang untuk menjadi juara dalam
suatu pertandingan.
Selain itu, dengan banyaknya pertandingan serta kejuaran
yang telah dilakukan dan diselenggarakan, dan banyaknya pertemuan antara lawan
satu dengan yang lainnya, suatu pertandingan olahraga ini telah dapat
diperhitungkan hasilnya dengan prediksi, meskipun tidak sepenuhnya prediksi itu
tepat. Selain prediksi, untuk memperoleh hasil gerak dalam olahraga yang
maksimal, kita dapat meneliti salah satu gerak dalam kegiatan olahraga dengan
cara menganalisisnya, kita dapat melihat hasil gerak dari atlet yang sudah
professional, selain itu kita dapat lakukan analsisnya dengan melihat tubuh
kita lebih dalam. Dengan melihat kodisi dan kita mengetahui kondisi tubuh tersebut
kita akan mengetahui bagian tubuh mana yang akan bekerja saat melakukan salah
satu gerak, kita akan tahu bagian otot mana yang digunakan, dan kita akan tahu
apa saja yang akan dibutuhkan tubuh untuk menunjung ativitas kita dalam
olahraga seperti makanan dan minuman apa yang harusnya kita makan dan minum,
dan dengan demikian hasil yang maksimal akan kita peroleh dan secara tersirat
tubuh kita juga akan menuju ke dalam pola hidup sehat yang menjadikan kita
membuat diri kita semakin berkulaitas.
Dengan adanya
kajian tersebut, olahraga telah mengkaji beberapa unsur olahraga yang akan
dipelajari juga untuk menunjang pencapaian olahraga sebagai ilmu yang dapat
diperhitungkan. Diantaranya adalah : Sport
medicine, sport biomechanic, sport psychology, sport sociology, sport pedagogy,
sport history dan sport philosophy.
Dari kajian ilmu-ilmu tersebut yang dikaji dan diteliti secara spesifik pula,
olahraga dapat diperhitungkan. Sport
medicine dan sport biomechanic
olahraga masuk ke dalam kelompok ilmu pengetahuan alam, spot-psychology, sport sociology dari sport pedagogy tergolong ke dalam rumpun ilmu pengetahuan sosial
dari behavioral. Sport history dan Sport philosophy termasuk ke dalam
kelompok hermeneutical-normative science.
“ibu” ilmu pengetahuan yang menjadi landasan pengembangan ilmu keolahragaan
ialah medicine, biologi/fisika,
psikologi, sosiologi, pedagogi, sejarah dari filsafat. Perkembangan sesuai
relevan di masyarakat, lima bidang teori baru dalam ilmu keolahragaan. Sport information, sport politics, sport
law, sport engineering, dan sport economy. Ini dari perkembangan information science, political science, law,
engineering dan economic. bertitik tolak dari wilayah spesifik yang
meliputi faktor gerak (movement), bermain (play), pelatihan (training), dan pengajaran dalam olahraga (sport
instruction). Dari ke lima wilayah spesifik ini lahirlah lima dimensi
dari perspektif ilmu dan teori yakni movement
science dan movement theory; play
science dan play theory; training
science dan training theory; dan instruction science of sport dan instruction theory of sport.
Arti olahraga adalah aktivitas untuk melatih
tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan
untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
Karakteristik
sport (olahraga):
·
Bersifat
kompetitif
·
Bentuk bermain
yang terorganisir
·
Lebih spesifik
dan mencabgkup play dan game
·
Permainan yang
dilembagakan
Berikut ini adalah pengertian dan definisi olahraga
olah para pakar olahraga:
·
TIM GURU EDUKA
Olahraga adalah suatu kegiatan yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh kita
·
SOEKARNO
Olahraga adalah alat untuk melaksanakan tiga
tujuan revolusi Indonesia, yaiut: Negara Kesatuan RI yang kuat, masyarakat adil
dan makmur, dan tata dunia baru. Dengan kata lain, Olahraga adalah alat untuk
melaksanakan ampera (amanat penderitaan rakyat)
·
SURYANTO RUKMONO, S. Si
Olahraga adalah suatu kegiatan untuk melatih
tubuh kita agar badan terasa sehat dan kuat, baik secara jasmani maupun rohani
·
SENO GUMIRA AJIDARMA
Olahraga adalah sarana kompetisi untuk menjadi
nomer satu
·
JESSICA DOLLAND
Olahraga adalah pereda stress yang sangat baik.
Olahraga dapat mengalihkan pikiran dari kekhawatiran dengan cara meredakan
ketegangan otot tubuh
·
KATHRYN MARSDEN
Olahraga adalah pengusir stress terbaik yang
pernah ditemukan
·
CHATLES C. MANZ
Olahraga adalah sesuatu yang harus menjadi
prioritas dan dijadwalkan tapi tetap realistis
·
HANS TANDRA
Olahraga adalah gerakan tubuh yang berirama dan
teratur untuk memperbaiki dan meningkatkan kebugaran
·
SHETHA DARGAZELLI
Olahraga adalah minyak yang membuat gerakan
tubuh bergerak secara fleksibel dan mudah.
Alasan Orang Melakukan Olahraga:
Satu-satunya alasan mengapa orang melakukan olahraga adalah untuk meningktakan kesegaran, kebugaran serta ketahanan jasmani. Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya perasaan bahagia. Bahwa olahraga membuat peredaran darah menjadi lancar, membakar lemak dan kalori, serta mengurangi risiko darah tinggi dan obesitas merupakan suatu hal yang diketahui umum. Riset terbaru menunjukkan suatu kelebihan lain dari aktivitas ini. Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya perasaan bahagia.
Satu-satunya alasan mengapa orang melakukan olahraga adalah untuk meningktakan kesegaran, kebugaran serta ketahanan jasmani. Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya perasaan bahagia. Bahwa olahraga membuat peredaran darah menjadi lancar, membakar lemak dan kalori, serta mengurangi risiko darah tinggi dan obesitas merupakan suatu hal yang diketahui umum. Riset terbaru menunjukkan suatu kelebihan lain dari aktivitas ini. Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya perasaan bahagia.
Sesuai dengan fungsi dan tujuannya, olahraga dapat dirinci
sebagai berikut.
1. Olahraga
pendidikan adalah proses pembinaan menekankan penguasaan keterampilan dan ketangkasan
berolahraga termasuk juga pembinaan nilai-nilai kependidikan melalui pembekalan
pengalaman yang lengkap sehingga yang terjadi adalah proses sosialisasi melalui
dan ke dalam olahraga.
2. Olahraga kesehatan adalah jenis kegiatan olahraga yang lebih
menitikberatkan pada upaya mencapai tujuan kesehatan dan fitnes yang tercakup
dalam konsep well-being melalui kegiatan olahraga.
3. Olahraga rekreatif adalah jenis kegiatan olahraga yang
menekankan pencapaian tujuan yang bersifat rekreatif atau manfaat dari aspek
jasmaniah dan sosial-psikologis.
4. Olahraga rehabilitatif adalah jenis kegiatan olahraga, atau
latihan jasmani yang menekankan tujuan yang bersifat terapi atau aspek psikis
dari perilaku.
5. Olahraga kompetitif adalah jenis kegiatan olahraga yang
menitikberatkan peragaan performa dan pencapaian prestasi maksimal yang
biasanya dikelola oleh organisasi olahraga formal, baik nasional maupun
internasional (KDI Keolahragaan, 2000: 10-11).
D.
Relasi Play,
Games, Sport
Menurut Edward (1973), pengertian olahraga bergerak dari pengertian yang luas meliputi play, games
dan sport. Play mempunyai
karakteristik: 1) bebas, sukarela, dan tanpa paksaan dalam berpartisipasi, 2) aktivitas bermain terpisah
dari pembatasan ruang dan waktu, 3)
hasil dari aktivitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui/ direncanakan sebelumnya, 4) aktivitas murni
bermain tidak produktif, tidak menghasil
nilai yang permanen, 5) peraturan bermain bergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional, dan
6) kualitas bermain merupakan bagian
dari kehidupan nyata.
Games merupakan
bagian dari play, semua games
merupakan bentuk dari play, games memiliki
semua karakteristik play akan tetapi
semua itu diatur dalam peraturan yang sengaja dibuat dan harus ditaati
bersama. Kompetisi merupakan ciri utamanya,
sehingga hanya individu atau kelompok yang mempunyai standar keterampilan yang tinggi yang akan berhasil. Untuk
berhasil dalam kompetisi akan selalu
bergantung pada keterampilan teknik, fisik, strategi atau kesempatan. Bentuk bermain ada dua macam yaitu yang spontan dan yang diorganisasikan. Adapun yang spontan dinamakan
bermain sedangkan yang diorganisasi
dinamakan games.
Bermain yang diorganisasikan pun ada dua jenis yaitu yang
tidak dipertandingkan dan dipertandingkan, yang dipertandingkan dinamakan contests. Bermain yang
diorganisasi dan dipertandingkan juga ada dua
bentuk yang menggunakan fisik dan bukan fisik, yang menggunakan keterampilan fisik disebut olahraga (sports). Olahraga adalah bentuk bermain
yang diorganisasikan sedemikian rupa dengan peraturan dan dipertandingkan
menggunakan tolok ukur keterampilan fisik (Dwiyogo, 1994:16).
Sedangkan olahraga (sport)
merupakan bagian dari permainan pertandingan, perbedaannya
terletak pada prasyarat tingkat kecakapan dan, olahraga merupakan permainan
pertandingan yang sudah dilembagakan dalam masyarakat seperti halnya pendidikan, agama dan pemerintahan. Ruang
lingkup play, games dan olahraga (sport).
Dalam
memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan
antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu
populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari.
Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami
peranan dan fungsi pendidikan jasmanisecaralebihkonseptual.
Bermain
pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan
bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun
bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga
dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam
keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yangterlibat.
Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramatpentingdalamhakikatnya. Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakandalamproseskependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yangterlibat.
Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramatpentingdalamhakikatnya. Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakandalamproseskependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Secara
hirarki bahwa olahraga dilakukan untuk meningkatkan keterampilanb gerak
manusia.Pada dasarnya manusia itu hidup untuk bergerak, gerakan yang dilakukan
kian berarti sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hidup
manusia.
Kajian
filsafat olahraga didasarkan pada tiga konsep yaitu bermain (play), permainan
(games), dan olahraga (sport). Ketiganya memiliki arti dan aktivitas yang
berbeda, bermain (play) adalah bentuk kegiatan yang tidak produktif yang
tujuannya adalah memberikan kesenangan pada diri sendiri. Permainan yang
diorganisir games olahraga (sport) sebagai bentuk aktivitas bermain yang
diorganisasikan sedemkian rupa dengan seperangkat peraturan dan pertandingan
dengan menggunakan tolak ukur keterampilan fisik orang yang melakukannya.
Prestasi
olahraga adalah keterampilan teretinggi olahragawan dalam berkompetitif baik
melawan alam, diri sendiri, orang lain yang dilakukan dalam latihan dan
mengikuti perlombaan atau pertandingan (event) yang didasarkan pada nilai-nilai
yang terkandung dalam olahraga yaitu kejujuran, keadilan, persahabatan, serta
kesatria yang rendah diri dalam bingkai fair play. Ukuran keberhasilan
olahragawan dapat ditunjukkan pada hasil perolehan juara dalam kompetisi yang
diikuti baik local, regional, nasional maupun internasional.
B.Saran
Demikian
yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita
semua.
DAFTAR
PUSTAKA
http://axial-axialis.blogspot.com/2013/01/seputar-teantang-filsafat-olahraga.html
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-30943-sportif%20Vol%206%20No.%202%20Juli%20des%202012.pdf
DAFTAR
PENILAIAN
Tgl Desember 2014
Adhe Saputra, S.Pd, M.Pd