Rabu, 11 Februari 2015

RELASI PEMIKIRAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN



FILSAFAT PENDIDIKAN


 
Oleh Kelompok :
Windi Septyana
Riska Putri Dewi
Anggel Kurniawan
Rozi Oktra Wijaya
Ory Fatromi
PORKES (A)
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ”FILSAFAT PENDIDIKAN “.
            Makalah ini berisikan tentang informasih tentang RELASI PEMIKIRAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN  ini dapat memberikan informasih kepada kita semua.
            Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu  kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapan demi kesempurnaan Makalah ini.
                        Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.








i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar           ...............................................................................................i
Daftar Isi         ..........................................................................................................ii
BAB  I PENDAHULUAN
A . Latar Belakang...................................................................................................1
B . Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Batasan Masalah..................................................................................................2
D . Tujuan dan Manfaat...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1.1  Pengertian Filsafat dan Pendidikan...................................................................3
1.2  Hubungan Filsafat dan Pendidikan...................................................................6
1.3  Pengertian Filsafat Pendidikan........................................................................10
1.4  Tokoh – tokoh Filsafat Pendidikan.................................................................11
1.5  Aliran – aliran Filsafat Pendidikan.................................................................14
1.6  Subjek Objek Filsafat Pendidikan...................................................................17
1.7 Dasar filsafat pendidikan..................................................................................17
1.8  Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan.........................................................18
BAB III PENUTUP
A . Kesimpulan.......................................................................................................20
B . Saran.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................            ……22
ii




BAB I
PENDAHULUAN

1 ) Latar Belakang
Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang mempunyai makna sendiri. Akan tetapi ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang dikaji. Ada banyak defisini mengenai filsafat pendidikan tapi akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan pendidikan. Upaya ini kemudian menghasilan teori dan metode pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan menganalisa secara kritis struktur dan manfaat pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuk aspek pengalaman. Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum dan pembelajaran serta aspek-aspek pendidikan yang lain.






2 ) Rumusan Masalah
1)      Apa pengertian filsafat dan pendidikan ?
2)      Bagaimana hubungan filsafat dan pendidikan ?
3)      Apa pengertian filsafat pendidikan ?
4)      Apa peran dan fungsi filsafat pendidikan ?
3 ) Pembatasan Masalah
1)      Mengetahui dan memahami relasi pemikiran filsafat dan pendidikan.
4 ) Tujuan dan Manfaat
Untuk memberikan informasih tentang apa itu filsafat pendidikan dalam Membentuk karakter manusia agar individu mampu menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab ,serta makalah ini di buat untuk memenuhi tugas tentang Filsafat Pendidikan.











BAB II
PEMBAHASAN

1.1 . Pengertian Filsafat dan Pendidikan
1 )  Filsafat Umum
Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dengan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Secara etimologi yang dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia  (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM).
Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Surajiyo (2005) membagi cabang filsafat secara garis besar kedalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Didalmnya meliputi logika, metodologi, efistimologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan, filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat komunikasi dan lain-lain.
Defenisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah masalah falsafi pula. Menurut para ahli logika ketika seseorang menanyakan pengertian (defenisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika. Dialektika ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dari pada dialog. Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:
  1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
  2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata.
  3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber daya, hakikat, keabsahan, dan nilainya.
  4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
  5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.
A .Pengertian Filsafat
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia yang terbentuk dari dua akar kata philo dan Sophia.Philo berarti cinta atau keinginan dan karenanya berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu.
Sedangkan sophia berarti kebijakan (hikmah) atau kepandaian.Jadi filsafat adalah keinginan yang mendalam untuk mencapai kepandaian, cinta pada kebijakan.
Secara terminology filsafat sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekannya. Poedjawijanta mendefinisikan filsafat sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran-pikiran belaka.
Plato mendefinisikan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli (hakiki) dan murni., dan kata Aristoteles filsafat adalah ilmu peengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyeban dari realita yang ada.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis, radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses, proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen, tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Pemahaman yang mendorong timbulnya filsafat  pada seseorang karena adanya sikap heran atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan jawaban dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran yang mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan untuk melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka keinginan untuk mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan lebih mudah.
2 ) Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar  yang berlangsung dalam segala hal lingkungan dan sepanjang hidup atau segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
            Pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah atau pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal .Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan serta tugas sosial mereka.
            Sedangkan pendidikan menurut definisi alternatif atau luas terbatas adalah usaha dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintahan , melalui kegiatan bimbingan, pengjaran yang berlangsung disekolah dan luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan hidup sekarang atau yang akan datang.Pendidikan atau pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal serta informasi disekolah maupun luar sekolah yang berlangsung seumur hidup bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan individu agar kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

Hakekat Pendidikan
a.      Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan
   antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
b.      Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang
         mengalami perubahan yang semakin pesat.
c.      Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupoan pribadi dan masyarakat.
d.      Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e.      Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
         dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya

1.2 Hubungan Filsafat dan Pendidikan
Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan pendidikan adalah dua hal yang tidak terpisahkan, baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal ini sangat terpahami karena pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat, terutama sekali filsafat nilai, yaitu terkait dengan ketidakmampuan manusia di dalam menghindari fitrahnya sebagai diri yang selalu mendamba makna-kesamaan di dalam proses, ruang etika, dan ruang pragmatis.
Di satu sisi, manusia selalu menjadi satu-satunya primate yang selalu menyerukan kebaikan, cinta, dan kebenaran. Namun, bersamaan dengan itu, manusia pula satu-satunya makhluk yang dapat membunuh diri dan sesamanya dengan begitu tanpa alasan sama sekali, selain hanya sebuah kesenangan.
Dalam ruang inilah pendidikan bagi hidup manusia menjadi sesuatu hal yang penting untuk membawanya pada hidup yang bermakna. Dengan pendidikan, manusia akan mampu menjalani hidupnya dengan baik dan benar. Dengan demikian, ia bias tertawa, menangis, bicara, dan diam mengambil ukuran-ukuran yang tepat. Ini sangat berbeda dengan banyak diri yang tidak terdidik. Hubungan ini menurut pakar merupakan ilmu yang paling tertua dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, mereka menyebut bahwa filsafat adalah induk semua ilmu-ilmu pengetahuan di muka bumi ini.
Sementara, filsafat mengakui bahwa menurut substansinya yang ada itu tunggal, dan berada di tingkat abstrak, bersifat mutlak, serta tidak mengalami perubahan. Sedangkan, menurut eksistensinya, yang ada itu plural, berada di tingkat konkret, bersifat relative, dan mengalami perubahan terus-menerus.
Jadi, segala sesuatu yang ada di dunia pengalaman itu bersal mula dari satu substansi. Persoalan yang muncul adalah bagaimana menyikapi segala pluralitas ini agar tidak terjadi benturan antara satu dan lainnya? Misalnya, pluralitas jenis, sifat, dan bentuk manusia, binatang, tumbuhan, dan badan-badan benda berasal dari satu substansi. Apakah yang seharusnya dilakukan agar antara manusia satu dan lainnya tidak saling berbenturan kepentingan sehingga dapat mengancam keteraturan social dan ketertiban dunia?
Jawaban terhadap persoalan di atas adalah manusia harus bersikap dan berperilaku adil terhadap diri sendiri, masyarakat, dan terhadap alam. Agar dapat berbuat demikian, manusia harus berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai keberadaan segala sesuatu yang ada ini, dari mana asalnya, bagaimana keberadaannya, dan apakah yang menjadi tujuan akhir keberadaan tersebut. Untuk itu, manusia harus mendidik diri dan sesamanya secara terus-menerus.
Bertolak dari pemikiran filsafat tersebutlah pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Manusia mulai mencoba mendidika diri dan sesamanya dengan sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan ini. Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada materi yang berisi pengetahuan umum berupa wawasan asal mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan. Kesadaran terhadap asal mula dan tujuan kehidupan menjadi landasan bagi perilaku sehari-hari sehingga semua kegiatan eksistensi kehidupan ini selalu bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.
Tanpa filsafat,  pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafat tetap berada di dalam dunia utopianya. Oleh karena itulah, seorang guru harus memahami dan mendalami filsafat, khususnya filsafat pendidikan. Malalui filsafat pendidikan, guru memahami hakikat pendidikan dan pendidikan dapat dikembangkan melalui falsafah ontology, epistimologi, dan aksiologi.
Pengertian filosof pendidikan dan bagaimana penerapannya serta apa dampak dari pendidikan harus diketahui oleh guru karena pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi setiap manusia, termasuk guru di dalamnya. Jadi, seorang guru harus mempelajari filsafat pendidikan karena dengan memahami dan memaknai filsafat itu, akan dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap makna pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan filsafat lainnya, misalnya filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan, dan filsafat lainnya.
Dalam pengertian tersebut, filsafat tidak lain bertujuan memvbawa manusia mengalami hidup yang dimilikinya dengan pandangan, pengalaman, pengetahuan, serta penghayatan yang baik dan benar. Dengan pemahaman tersebut, manusia mampu menyadari hidup yang dimilikinya dengan benar tanpa adanya.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Oleh karena itu, dalam filsafat, jauh sebelum persoalan-persoalan mesti dicari jawabannya, filsafat selalu terlebih dahulu mempertahankan sejauh mana relebansi persoalan-persoalan tersebut. Adakah ia sungguh-sunggu memang sebuah problem atau justru hanya diproblematikakan saja?
Di sini, filsafat membahas sesuat dari segala aspeknya yang mendalam. Maka, dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaan menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relative karena kebenaran ilmu yang ditinjau dari segi yang dapat diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya, isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat ang di atas permukaan laut saja. Sementara, filsafat mencoba menyelami sampai ke dasar gunung e situ untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan, pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya, yaitu filsafat. Sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya, pendidikan berada bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bias mebebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan ruhani kea rah kedewasaan. Secara garis besar, pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, pendidikan; kedua, teori umum pendidikan; dan ketiga, ilmu pendidikan.
Dalam pengertian pertama, pendidikan pada umumnya mendidik yang dilakukan oleh masyarakat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunannya. Tindakan yang termasuk insting manusia antara lain sikap melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air susu ibu, dan merasakan kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social, sampai kepada perkembangan iman. Kegiatan mendidik bermaksud membuat manusia menjadi sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Kegiatan mendidik adalah membudayakan manusia. Dalam pengertian kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey, “The general theory og education dan Philosophy is the general theory of education.” Dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan atau filsafat pendidikan sama dengan teori pendidikan. Sebab itu, ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif. Inti filsafat pragmatis yang berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup dan kehidupan manusia. Dalam pengertian ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori.
1.3  . Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.Filsafat pendidikan adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

1.4 Tokoh-Tokoh Filsafat Pendidikan

Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis.
Dalam perkembangan pendidikan menjadi cabang ilmu yang mandiri dipengaruhi oleh pandangan dan konsep yang dikemukan oleh para filosofi..
•Plato(428-348SM)
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus yang disebut ‘academia’. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada. Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada: kebaikan dan keburukan. Ide merupakan suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan sebagai ide tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai tuhan.
•Aristoteles(384–348SM)
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang pada abad13–14.Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pertanyaan tentang obserpasi. Penyempurnaan teori aristoteles dilakukan oleh beberapa filosofi lain :
Ø Robert Grosseteste yang menyebutkan bahwa metode induktif-deduktif Aristoteles sebagai Metode perincian dan penggabungan. Tahap Induksi meruapakan sebuah perincian gejala yang menjadi unsur-unsur pokok dan tahap deduksi sebagai penggabungan unsur-unsur poko yang membentuk gejala asli.
Ø Roger Bacon mengusulkan agar matematika dan eksperimen merupakan dua instrumen utama dari penyelidikan ilmiah. Dia mengemukakan ada tiga hak istimewa Ilmu Eksperimental : (1) kesimpulan yang diperoleh melalui penalaran induksi diuji lebih dulu dengan eksperimen; (2) penggunaan eksperimen dalam penyelidikan ilmiah menambah ketelitian dan keluasan pengetahuan faktual; (3) dengan kekuatannya sendiri, tanpa bantuan ilmu-ilmu lainnya,  ekperimen dapat menyelidiki rahasia alam.
Ø John Duns Scotus yang menegaskan sebuah metode induksi dalam bentuk persamaan, yaitu merupakan teknis analisis sejumlah hal khusus yangmempunyai rahasia khusus terhadap peristiwa
Ø Ockham yang menegaskan metode induksi dalan bentuk perbedaan, bahwa ilmuwan dalam menyusun pengetahuan tentang apa yang diciptakan Tuhan dengan melalui induksi hanya terdapat kesatuan-kesatuan yang bersifat pembawaan di antara gejala-gejala. Metode Ockham membandingkan dua hal khusus dimana yang satu ada pengaruhnya dan satunya lagi tidak ada pengaruhnya.
•JohanAmosComenius
Filsuf pertama yang memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan adalah Johan Amos Comenius seorang pendeta Protestan. ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori . Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan pada dan untuk tuhan.pendidikannya
Comenius juga berpendapat tentang prosedur dalam bidang pendidikan bahwa dari pada membuat kerusakan pada proses alam, lebih baik bersahabat dengan proses alam tersebut. Pendapatnya ini berimplikasi pada pelaksanaan pendidikan dengan keharusan tidak merusak alam dan meniru perkembangan alam. Artinya proses pendidikan tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan dilakukan secara terencana dan bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan pisikis peserta didik
. Hal tersebut awal dari pemikiran filsafat pendidikan naturalisme yang lahir pada abad 17 dan mengalami perkembangan pada abad 18.
Selain tokoh-tokoh barat, filsafat pendidikan dalam pandangan tokoh filosofi islam sebagaimana diuraikan berikut :

a. Ibnu Khaldun (1332 – 1406 M)
Filosofi Islam yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan merupakan kemampuan manusia untuk membuat analisis dan strategis sebagai hasil dari proses berfikir. Pendidikan merupakan transformasi nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat. Pendidikan juga merupakan upaya melestarikan dan mewariskan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat agar masyarakat tersebut bisa tetap eksis.

b. Abduh Ibnu Hasan Khairullah (1849– ….M)
Filosofi Islam dari Mesir mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk kepribadian muslim yang seimbang, pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) semata tapi perlu menyeleraskan dengan aspek afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).

c. Muhammad Iqbal (1877 – 1938M)
Filosofi Islam dari India, berpandangan bahwa pendidikan merupakan bagian tidak dapat dipisahkan dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan subtansi dari peradaban manusia. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu memadukan dualisme (antara aspek keduniaan dan aspek keakhiratan secara sama dan seimbang).

d. Ahmad Dahlan (1869 – 1923M)
Ahmad Dahlan adalah tokoh pendiri Muhammadiyah yang berpandangan bahwa pendidikan bertujuan menciptakan manusia yang (1) baik budi, yaitu alim dalam agama; (2) luas pandangan, yaitu alam dalam ilmu-ilmu umum dan (3) bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Pendidikan agama dan pendidikan umum dipadukan secara selaras dan berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
1.5 Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

Aliran-aliran yang berkembang saat ini sangat dipengaruhi oleh pandangan dan teori-teori yang dikemukan oleh para filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran dalam Filsafat yang berkembang saat ini antara lain:

1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme
Berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

7. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme
Merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
1.6  Subjek Objek Filsafat Pendidikan
Objek filsafat meliputi :
  1. objek material yaitu segala sesuatu yang menjadi permasalahan dalam pendidikan,meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia.
  2. objek formal yaitu segala sesuatu yang bersifatr non fragmentaris,karena filsafat mencari pengertian realita secara luas dan mendalam.
Hakekekat manusia sebagai subjek didik mengandung pengertian sebagai berikut :
  1. sebagai subjek didik, manusia bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri,
  2. sebagai subjek didik, manusia mempunyai potensi, baik fisik maupun psikis yang berbeda-beda,
1.7 Dasar filsafat pendidikan :
1. Metafisika F bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat. Mulai hakekat dunia, hakekat manusia, hakekat tuhan, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidkan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya. Maka ia akan memiliki dorongna yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan cara implisit untuk mengetahui ke arah tujuan pendidikan
2. Epistemologi F ini diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan penyusunan dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan pada anak didik, diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan cara menyampaikannya seperti apa. Tepri pengetahuan ini berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengadaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode induktif, metode positivisme, metode kontemplatis
3. Aksiologi F dasar ini membahas nilai baik atau nilai buruk. Nilai indah atau tidak indah. Dan tidak mengakui nilai absolut tetapi menolak pula nilai yang bersifat subjektif seperti yang berlaku dalam nilai estetis. Nilai yang ada adalah nilai yang bersifat io-psikologis ekonomik historis. Dasar tingkah laku moral adalah pengetahuan ilmiah serta cinta dan simpati manusia. Pertimbangan-pertimbangan moral yang tertanam dalam diri pribadi melalui proses pendidikan dan sosialisasi menjadi dasar kemauan bebas dalam menentukan pilihan norma-norma yang tertanam dalam kebiasaan-kebiasaan berfungsi motivatif bersifat mewajibkan.

1.8  Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan

 Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan,Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.


1 )Fungsi filsafat Pendidikan

Fungsi filsafat pendidikan,Memahami persoalan pendidikan secara umum,merumuskanya dalam gambaran pokok sebagai pelengkap yang ada dan hubungannya dengan factor lain. Penetu arah dan pedoman. Memberi norma dan pertimbangan. Filsafat memberikan landasan yang mendasar bagi perkembangan ilmu. Ilmu memberikan bahan untuk berbagai pemikiran para filsuf. Pengembangan Kurikulum merupakan salah satu aplikasi dari ilmu yang telah dikaji Sehingga harapan terbesar semuanya dapat membantu manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber:
a. Manusia (people) masyarakat kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses pendewasaan atau kematangannya yang mana mempunyai dampak yang signifikan terhadap sesuatu yang akan diyakini, terhadap sesuatu yang terjadi.
b. Sekolah (school), pengalaman-pengalaman seseorang kekuatan-kekuatan (forces), jenis sekolah dan guru-guru di dalamnya, merupakan sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan.
c. Lingkungan (environment), lingkungan sosial budaya di mana seorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.


BAB III
PENUTUP

A . Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa filsafat sebagai studi secara kritis tentang masalah-masalah yang bertentangan dalam kehidupan, untuk mencari jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani masalah tersebut. Dalam hal ini filsafat bertujuan memberikan yang lebih dapat diterima tentang konsep-konsep hidup yang meliputi suatu kehidupan yang ideal yang lebih mendasar.
Sedangkan filsafat dan pendidikan keduanya merupakan semacam usaha yang sama. Berfilsafat adalah mencari nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan menyatakan nilai-nilai ini dalam kehidupan pribadi manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik, sedangkan filsafat dapat member latihan yang pada dasarnya diberikan kepada anak. Hal ini bertujuan untuk membina manusia membangun nilai-nilai yang kritis dalam watak mereka, sehingga dengan jalan ini mereka mempunyai cita-cita hidup yang tinggi dengan berubahnya filsafat yang tertanam dalam diri mereka. Dengan demikian filsafat pendidikan adalah mencari kesatuan pandangan untuk memecahkan berbagai problema dalam lapangan pendidikan.
Kemuliaan akhlak adalah faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, menurut pandangan islam pendidikan berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera didunia dan akhirat

B . Saran
Demikianlah, makalah ini semoga kita menentukan cita-cita yang baik ,dapat mengenal kehidupan pribadi maupun masyarakat dan mampu membangun nilai-nilai yang kritis dalam watak  peserta didik) pada saat di lapangan pendidikan. Muda-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Untuk mengakhiri tulisan ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, bila dalam makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan.

















Daftar Pustaka


id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan
van88.wordpress.com/fifilsafatpendidikanjohnthemaster.blogspot.com/lsafat-pendidikan/













Lembar Penilaian


Tulisan dan Kerapian
                                                                                                                                   
Kekompakan Kelompok


Presentase

Tampilan



Jambi ,                                    2014
Dosen

Adhe Saputra,S.Pd,M.Pd    
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar