FILSAFAT PENDIDIKAN
Oleh Kelompok :
Windi Septyana
Riska Putri Dewi
Anggel Kurniawan
Rozi Oktra Wijaya
Ory Fatromi
PORKES (A)
FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ”FILSAFAT PENDIDIKAN “.
Makalah ini berisikan tentang
informasih tentang RELASI PEMIKIRAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN ini dapat memberikan informasih kepada kita
semua.
Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna,oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapan demi kesempurnaan Makalah ini.
Dengan ini saya
mempersembahkan makalah ini dengan penuh terima kasih dan semoga Allah SWT
memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................i
Daftar Isi ..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar
Belakang...................................................................................................1
B . Rumusan
Masalah..............................................................................................2
C. Batasan
Masalah..................................................................................................2
D . Tujuan dan
Manfaat...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Filsafat dan Pendidikan...................................................................3
1.2 Hubungan Filsafat dan Pendidikan...................................................................6
1.3 Pengertian Filsafat Pendidikan........................................................................10
1.4 Tokoh – tokoh Filsafat Pendidikan.................................................................11
1.5 Aliran – aliran Filsafat Pendidikan.................................................................14
1.6
Subjek Objek Filsafat
Pendidikan...................................................................17
1.7 Dasar filsafat pendidikan..................................................................................17
1.8
Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan.........................................................18
BAB III PENUTUP
A .
Kesimpulan.......................................................................................................20
B .
Saran.................................................................................................................20
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... ……22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1 ) Latar Belakang
Filsafat dan pendidikan sebenarnya
adalah dua istilah yang mempunyai makna sendiri. Akan tetapi ketika digabungkan
akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memandang
kegiatan pendidikan sebagai objek yang dikaji. Ada banyak defisini mengenai filsafat pendidikan tapi
akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat
dalam rangka menyelesaikan permasalahan pendidikan. Upaya ini kemudian
menghasilan teori dan metode pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas
pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar
belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan menganalisa secara
kritis struktur dan manfaat pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk
memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu yang dikritisi secara konkret
adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu
yang sering dibicakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuk aspek
pengalaman. Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum dan pembelajaran serta aspek-aspek
pendidikan yang lain.
2 ) Rumusan Masalah
1) Apa
pengertian filsafat dan pendidikan ?
2) Bagaimana
hubungan filsafat dan pendidikan ?
3) Apa
pengertian filsafat pendidikan ?
4) Apa
peran dan fungsi filsafat pendidikan ?
3 ) Pembatasan Masalah
1) Mengetahui
dan memahami relasi pemikiran filsafat dan pendidikan.
4 ) Tujuan dan Manfaat
Untuk
memberikan informasih tentang apa itu filsafat pendidikan dalam Membentuk
karakter manusia agar individu mampu menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat
dan memiliki rasa tanggung jawab ,serta makalah ini di buat untuk memenuhi
tugas tentang Filsafat Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 . Pengertian Filsafat dan Pendidikan
1 ) Filsafat Umum
Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan
pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dengan ahli filsafat lainnya
selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri.
Secara etimologi yang dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah dan
dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal
dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi).
Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM).
Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu
pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian
yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1)
ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan
astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan
metafisika. Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan
rumah tangga; (3) sosial dan politik. Secara umum filsafat berarti upaya
manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis.
Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Surajiyo (2005)
membagi cabang filsafat secara garis besar kedalam dua kelompok, yakni filsafat
sistematis dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam
pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Didalmnya meliputi
logika, metodologi, efistimologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika,
filsafat ketuhanan, filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti
filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat komunikasi dan lain-lain.
Defenisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah
masalah falsafi pula. Menurut para ahli logika ketika seseorang menanyakan
pengertian (defenisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang
macam-macam perkara. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu
kira-kira merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses
sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika. Dialektika ini secara
singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dari pada dialog. Adapun
beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:
- Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
- Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata.
- Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber daya, hakikat, keabsahan, dan nilainya.
- Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
- Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.
A .Pengertian Filsafat
Secara etimologi,
istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia yang
terbentuk dari dua akar kata philo dan Sophia.Philo
berarti cinta atau keinginan dan karenanya berusaha untuk mencapai yang
diinginkan itu.
Sedangkan sophia
berarti kebijakan (hikmah) atau kepandaian.Jadi filsafat adalah keinginan yang
mendalam untuk mencapai kepandaian, cinta pada kebijakan.
Secara terminology
filsafat sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekannya.
Poedjawijanta mendefinisikan filsafat sebagai jenis pengetahuan yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan
pikiran-pikiran belaka.
Plato
mendefinisikan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran asli (hakiki) dan murni., dan kata Aristoteles filsafat adalah ilmu
peengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan
penyebab-penyeban dari realita yang ada.
Secara umum
filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis,
radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses,
proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau
cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki
fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan alasan yang
diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat
didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen, tetapi dengan
menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah secara persis,
mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Pemahaman
yang mendorong timbulnya filsafat pada seseorang karena adanya sikap
heran atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan
jawaban dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran
yang mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan
untuk melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka
keinginan untuk mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan lebih
mudah.
2 ) Pendidikan
Pendidikan dalam arti
luas adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
hal lingkungan dan sepanjang hidup atau segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu.
Pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah atau pengajaran yang
diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal .Pendidikan adalah
segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang
diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan serta tugas sosial mereka.
Sedangkan pendidikan menurut definisi alternatif atau luas terbatas
adalah usaha dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintahan ,
melalui kegiatan bimbingan, pengjaran yang berlangsung disekolah dan luar
sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan
peranan hidup sekarang atau yang akan datang.Pendidikan atau pengalaman belajar
yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal serta informasi
disekolah maupun luar sekolah yang berlangsung seumur hidup bertujuan
optimalisasi pertimbangan kemampuan individu agar kemudian hari dapat memainkan
peranan hidup secara tepat.
Hakekat Pendidikan
a. Pendidikan merupakan proses interaksi
manusiawi yang ditandai keseimbangan
antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
b. Pendidikan merupakan usaha penyiapan
subjek didik menghadapi lingkungan yang
mengalami perubahan yang
semakin pesat.
c. Pendidikan meningkatkan kualitas
kehidupoan pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
dan teknologi bagi
pembentukan manusia seutuhnya
1.2 Hubungan Filsafat
dan Pendidikan
Jika
ditelaah lebih jauh, filsafat dan pendidikan adalah dua hal yang tidak
terpisahkan, baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal ini sangat
terpahami karena pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat,
terutama sekali filsafat nilai, yaitu terkait dengan ketidakmampuan manusia di
dalam menghindari fitrahnya sebagai diri yang selalu mendamba makna-kesamaan di
dalam proses, ruang etika, dan ruang pragmatis.
Di satu sisi, manusia selalu menjadi
satu-satunya primate yang selalu menyerukan kebaikan, cinta, dan kebenaran.
Namun, bersamaan dengan itu, manusia pula satu-satunya makhluk yang dapat
membunuh diri dan sesamanya dengan begitu tanpa alasan sama sekali, selain
hanya sebuah kesenangan.
Dalam ruang inilah
pendidikan bagi hidup manusia menjadi sesuatu hal yang penting untuk membawanya
pada hidup yang bermakna. Dengan pendidikan, manusia akan mampu menjalani
hidupnya dengan baik dan benar. Dengan demikian, ia bias tertawa, menangis,
bicara, dan diam mengambil ukuran-ukuran yang tepat. Ini sangat berbeda dengan
banyak diri yang tidak terdidik. Hubungan ini menurut pakar merupakan ilmu yang
paling tertua dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu,
mereka menyebut bahwa filsafat adalah induk semua ilmu-ilmu pengetahuan di muka
bumi ini.
Sementara,
filsafat mengakui bahwa menurut substansinya yang ada itu tunggal, dan berada
di tingkat abstrak, bersifat mutlak, serta tidak mengalami perubahan.
Sedangkan, menurut eksistensinya, yang ada itu plural, berada di tingkat konkret,
bersifat relative, dan mengalami perubahan terus-menerus.
Jadi, segala
sesuatu yang ada di dunia pengalaman itu bersal mula dari satu substansi.
Persoalan yang muncul adalah bagaimana menyikapi segala pluralitas ini agar
tidak terjadi benturan antara satu dan lainnya? Misalnya, pluralitas jenis,
sifat, dan bentuk manusia, binatang, tumbuhan, dan badan-badan benda berasal
dari satu substansi. Apakah yang seharusnya dilakukan agar antara manusia satu
dan lainnya tidak saling berbenturan kepentingan sehingga dapat mengancam
keteraturan social dan ketertiban dunia?
Jawaban terhadap
persoalan di atas adalah manusia harus bersikap dan berperilaku adil terhadap
diri sendiri, masyarakat, dan terhadap alam. Agar dapat berbuat demikian,
manusia harus berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai keberadaan
segala sesuatu yang ada ini, dari mana asalnya, bagaimana keberadaannya, dan
apakah yang menjadi tujuan akhir keberadaan tersebut. Untuk itu, manusia harus
mendidik diri dan sesamanya secara terus-menerus.
Bertolak dari
pemikiran filsafat tersebutlah pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Manusia
mulai mencoba mendidika diri dan sesamanya dengan sasaran menumbuhkan kesadaran
terhadap eksistensi kehidupan ini. Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan
pada materi yang berisi pengetahuan umum berupa wawasan asal mula, eksistensi,
dan tujuan kehidupan. Kesadaran terhadap asal mula dan tujuan kehidupan menjadi
landasan bagi perilaku sehari-hari sehingga semua kegiatan eksistensi kehidupan
ini selalu bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.
Tanpa
filsafat, pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah
yang harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafat tetap berada di
dalam dunia utopianya. Oleh karena itulah, seorang guru harus memahami dan
mendalami filsafat, khususnya filsafat pendidikan. Malalui filsafat pendidikan,
guru memahami hakikat pendidikan dan pendidikan dapat dikembangkan melalui
falsafah ontology, epistimologi, dan aksiologi.
Pengertian filosof
pendidikan dan bagaimana penerapannya serta apa dampak dari pendidikan harus
diketahui oleh guru karena pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
bagi setiap manusia, termasuk guru di dalamnya. Jadi, seorang guru harus
mempelajari filsafat pendidikan karena dengan memahami dan memaknai filsafat
itu, akan dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap makna
pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
filsafat lainnya, misalnya filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan,
dan filsafat lainnya.
Dalam pengertian
tersebut, filsafat tidak lain bertujuan memvbawa manusia mengalami hidup yang
dimilikinya dengan pandangan, pengalaman, pengetahuan, serta penghayatan yang
baik dan benar. Dengan pemahaman tersebut, manusia mampu menyadari hidup yang
dimilikinya dengan benar tanpa adanya.
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu,
sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Oleh karena itu, dalam
filsafat, jauh sebelum persoalan-persoalan mesti dicari jawabannya, filsafat
selalu terlebih dahulu mempertahankan sejauh mana relebansi persoalan-persoalan
tersebut. Adakah ia sungguh-sunggu memang sebuah problem atau justru hanya
diproblematikakan saja?
Di sini, filsafat
membahas sesuat dari segala aspeknya yang mendalam. Maka, dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaan menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relative karena kebenaran ilmu yang ditinjau dari
segi yang dapat diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya, isi alam yang dapat
diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu
melihat ang di atas permukaan laut saja. Sementara, filsafat mencoba menyelami
sampai ke dasar gunung e situ untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui
pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan,
pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain.
Pendidikan lahir dari induknya, yaitu filsafat. Sejalan dengan proses
perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari
induknya. Pada awalnya, pendidikan berada bersama dengan filsafat sebab
filsafat tidak pernah bias mebebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat
diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan
manusia, dan peningkatan hidup manusia.
Pendidikan adalah
segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan ruhani kea rah kedewasaan. Secara garis besar,
pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, pendidikan; kedua,
teori umum pendidikan; dan ketiga, ilmu pendidikan.
Dalam pengertian
pertama, pendidikan pada umumnya mendidik yang dilakukan oleh masyarakat umum.
Pendidikan seperti ini sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman
purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri,
suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunannya. Tindakan yang
termasuk insting manusia antara lain sikap melindungi anak, rasa cinta terhadap
anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air susu ibu, dan merasakan kehangatan
dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik
mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan
manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran,
perasaan, kemauan, social, sampai kepada perkembangan iman. Kegiatan mendidik
bermaksud membuat manusia menjadi sempurna, membuat manusia meningkatkan
hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Kegiatan mendidik adalah
membudayakan manusia. Dalam pengertian kedua, pendidikan dalam teori umum,
menurut John Dewey, “The general theory og education dan Philosophy is the
general theory of education.” Dia tidak membedakan filsafat pendidikan
dengan teori pendidikan atau filsafat pendidikan sama dengan teori pendidikan.
Sebab itu, ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas
bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif. Inti
filsafat pragmatis yang berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti
filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna
hidup dan kehidupan manusia. Dalam pengertian ketiga, ilmu pendidikan dibentuk
oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu
kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori.
1.3 . Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah suatu
aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur,
menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan.Filsafat
pendidikan adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan
praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh
filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan
bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan
negara Indonesia.
1.4 Tokoh-Tokoh Filsafat Pendidikan
Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis.
Dalam perkembangan pendidikan menjadi cabang ilmu yang mandiri dipengaruhi oleh pandangan dan konsep yang dikemukan oleh para filosofi..
•Plato(428-348SM)
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus yang disebut ‘academia’. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada. Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada: kebaikan dan keburukan. Ide merupakan suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan sebagai ide tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai tuhan.
•Aristoteles(384–348SM)
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang pada abad13–14.Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pertanyaan tentang obserpasi. Penyempurnaan teori aristoteles dilakukan oleh beberapa filosofi lain :
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang pada abad13–14.Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pertanyaan tentang obserpasi. Penyempurnaan teori aristoteles dilakukan oleh beberapa filosofi lain :
Ø Robert
Grosseteste yang menyebutkan bahwa metode induktif-deduktif Aristoteles sebagai
Metode perincian dan penggabungan. Tahap Induksi meruapakan sebuah perincian
gejala yang menjadi unsur-unsur pokok dan tahap deduksi sebagai penggabungan
unsur-unsur poko yang membentuk gejala asli.
Ø Roger Bacon mengusulkan agar matematika dan eksperimen merupakan dua instrumen utama dari penyelidikan ilmiah. Dia mengemukakan ada tiga hak istimewa Ilmu Eksperimental : (1) kesimpulan yang diperoleh melalui penalaran induksi diuji lebih dulu dengan eksperimen; (2) penggunaan eksperimen dalam penyelidikan ilmiah menambah ketelitian dan keluasan pengetahuan faktual; (3) dengan kekuatannya sendiri, tanpa bantuan ilmu-ilmu lainnya, ekperimen dapat menyelidiki rahasia alam.
Ø Roger Bacon mengusulkan agar matematika dan eksperimen merupakan dua instrumen utama dari penyelidikan ilmiah. Dia mengemukakan ada tiga hak istimewa Ilmu Eksperimental : (1) kesimpulan yang diperoleh melalui penalaran induksi diuji lebih dulu dengan eksperimen; (2) penggunaan eksperimen dalam penyelidikan ilmiah menambah ketelitian dan keluasan pengetahuan faktual; (3) dengan kekuatannya sendiri, tanpa bantuan ilmu-ilmu lainnya, ekperimen dapat menyelidiki rahasia alam.
Ø John Duns
Scotus yang menegaskan sebuah metode induksi dalam bentuk persamaan, yaitu
merupakan teknis analisis sejumlah hal khusus yangmempunyai rahasia khusus
terhadap peristiwa
Ø Ockham yang
menegaskan metode induksi dalan bentuk perbedaan, bahwa ilmuwan dalam menyusun
pengetahuan tentang apa yang diciptakan Tuhan dengan melalui induksi hanya
terdapat kesatuan-kesatuan yang bersifat pembawaan di antara gejala-gejala.
Metode Ockham membandingkan dua hal khusus dimana yang satu ada pengaruhnya dan
satunya lagi tidak ada pengaruhnya.
•JohanAmosComenius
Filsuf pertama yang memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan adalah Johan Amos Comenius seorang pendeta Protestan. ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori . Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan pada dan untuk tuhan.pendidikannya
Comenius juga berpendapat tentang prosedur dalam bidang pendidikan bahwa dari pada membuat kerusakan pada proses alam, lebih baik bersahabat dengan proses alam tersebut. Pendapatnya ini berimplikasi pada pelaksanaan pendidikan dengan keharusan tidak merusak alam dan meniru perkembangan alam. Artinya proses pendidikan tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan dilakukan secara terencana dan bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan pisikis peserta didik. Hal tersebut awal dari pemikiran filsafat pendidikan naturalisme yang lahir pada abad 17 dan mengalami perkembangan pada abad 18.
Selain tokoh-tokoh barat, filsafat pendidikan dalam pandangan tokoh filosofi islam sebagaimana diuraikan berikut :
Filsuf pertama yang memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan adalah Johan Amos Comenius seorang pendeta Protestan. ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori . Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan pada dan untuk tuhan.pendidikannya
Comenius juga berpendapat tentang prosedur dalam bidang pendidikan bahwa dari pada membuat kerusakan pada proses alam, lebih baik bersahabat dengan proses alam tersebut. Pendapatnya ini berimplikasi pada pelaksanaan pendidikan dengan keharusan tidak merusak alam dan meniru perkembangan alam. Artinya proses pendidikan tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan dilakukan secara terencana dan bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan pisikis peserta didik. Hal tersebut awal dari pemikiran filsafat pendidikan naturalisme yang lahir pada abad 17 dan mengalami perkembangan pada abad 18.
Selain tokoh-tokoh barat, filsafat pendidikan dalam pandangan tokoh filosofi islam sebagaimana diuraikan berikut :
a. Ibnu Khaldun (1332 – 1406 M)
Filosofi Islam
yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan merupakan kemampuan manusia untuk
membuat analisis dan strategis sebagai hasil dari proses berfikir. Pendidikan
merupakan transformasi nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk
mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat. Pendidikan juga
merupakan upaya melestarikan dan mewariskan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat agar masyarakat tersebut bisa tetap eksis.
b. Abduh Ibnu Hasan Khairullah (1849– ….M)
Filosofi Islam
dari Mesir mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta
mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai
kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk
kepribadian muslim yang seimbang, pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek
kognitif (akal) semata tapi perlu menyeleraskan dengan aspek afektif (moral)
dan psikomotorik (keterampilan).
c. Muhammad Iqbal (1877 – 1938M)
Filosofi
Islam dari India, berpandangan bahwa pendidikan merupakan bagian tidak dapat
dipisahkan dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan subtansi dari
peradaban manusia. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu memadukan
dualisme (antara aspek keduniaan dan aspek keakhiratan secara sama dan
seimbang).
d. Ahmad Dahlan (1869 – 1923M)
Ahmad
Dahlan adalah tokoh pendiri Muhammadiyah yang berpandangan bahwa pendidikan
bertujuan menciptakan manusia yang (1) baik budi, yaitu alim dalam agama; (2)
luas pandangan, yaitu alam dalam ilmu-ilmu umum dan (3) bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakat. Pendidikan agama dan pendidikan umum dipadukan secara
selaras dan berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
1.5 Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
Aliran-aliran yang berkembang saat ini sangat dipengaruhi oleh pandangan dan teori-teori yang dikemukan oleh para filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran dalam Filsafat yang berkembang saat ini antara lain:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Memandang
bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang
diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini
memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan
baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke
generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael
Kant, David Hume, Al Ghazali
2. Filsafat
Pendidikan Realisme
Merupakan
filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa
hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme
membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui
di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang
dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran
realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon,
John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
3. Filsafat Pendidikan Materialisme
Berpandangan
bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau
supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig
Feurbach
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Dipandang
sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre
Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Memfokuskan
pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn
pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari
keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau
realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard,
Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Bukan
merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran
ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas,
Frederick C. Neff
7. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Adalah suatu
filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu
kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa
pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di
antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas
Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
8. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Merupakan
suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme
lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang
pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk
mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali
nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang
kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert
Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme
Merupakan
kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu
anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori
oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat
baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline
Pratt, George Count, Harold Rugg.
1.6
Subjek Objek Filsafat Pendidikan
Objek filsafat meliputi :
- objek material yaitu segala sesuatu yang menjadi permasalahan dalam pendidikan,meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia.
- objek formal yaitu segala sesuatu yang bersifatr non fragmentaris,karena filsafat mencari pengertian realita secara luas dan mendalam.
Hakekekat manusia sebagai subjek
didik mengandung pengertian sebagai berikut :
- sebagai subjek didik, manusia bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri,
- sebagai subjek didik, manusia mempunyai potensi, baik fisik maupun psikis yang berbeda-beda,
1.7 Dasar filsafat pendidikan
:
1. Metafisika F bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat. Mulai hakekat dunia,
hakekat manusia, hakekat tuhan, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika
secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidkan. Karena anak
bergaul dengan dunia sekitarnya. Maka ia akan memiliki dorongna yang kuat untuk
memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan cara
implisit untuk mengetahui ke arah tujuan pendidikan
2. Epistemologi F ini diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan
penyusunan dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan pada anak
didik, diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan cara
menyampaikannya seperti apa. Tepri pengetahuan ini berhubungan dengan hakikat
dari ilmu pengetahuan, pengadaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh
setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca
indera dengan berbagai metode induktif, metode positivisme, metode kontemplatis
3. Aksiologi F dasar ini membahas nilai baik atau nilai buruk. Nilai indah atau tidak
indah. Dan tidak mengakui nilai absolut tetapi menolak pula nilai yang bersifat
subjektif seperti yang berlaku dalam nilai estetis. Nilai yang ada adalah nilai
yang bersifat io-psikologis ekonomik historis. Dasar tingkah laku moral adalah
pengetahuan ilmiah serta cinta dan simpati manusia. Pertimbangan-pertimbangan
moral yang tertanam dalam diri pribadi melalui proses pendidikan dan
sosialisasi menjadi dasar kemauan bebas dalam menentukan pilihan norma-norma
yang tertanam dalam kebiasaan-kebiasaan berfungsi motivatif bersifat
mewajibkan.
1.8 Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan
Peranan Filsafat Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu Pendidikan,Tujuan filsafat pendidikan memberikan
inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori
pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan
prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik
pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa
implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna
mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan
tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat
dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di
lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu
menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni
mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau
miskonsepsi pada diri peserta didik.
1 )Fungsi
filsafat Pendidikan
Fungsi filsafat pendidikan,Memahami persoalan pendidikan secara
umum,merumuskanya dalam gambaran pokok sebagai pelengkap yang ada dan
hubungannya dengan factor lain. Penetu arah dan pedoman. Memberi
norma dan pertimbangan. Filsafat
memberikan landasan yang mendasar bagi perkembangan ilmu. Ilmu
memberikan bahan untuk berbagai pemikiran para filsuf. Pengembangan
Kurikulum merupakan salah satu aplikasi dari ilmu yang telah dikaji Sehingga
harapan terbesar semuanya dapat membantu manusia dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Filsafat pendidikan memiliki
beberapa sumber:
a. Manusia (people) masyarakat
kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses pendewasaan atau
kematangannya yang mana mempunyai dampak yang signifikan terhadap sesuatu yang
akan diyakini, terhadap sesuatu yang terjadi.
b. Sekolah (school),
pengalaman-pengalaman seseorang kekuatan-kekuatan (forces), jenis sekolah dan
guru-guru di dalamnya, merupakan sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan.
c. Lingkungan (environment),
lingkungan sosial budaya di mana seorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber
yang lain dari filsafat pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan
Dapat kami
simpulkan bahwa filsafat sebagai studi secara kritis tentang masalah-masalah
yang bertentangan dalam kehidupan, untuk mencari jalan keluar yang lebih baik
bagaimana menangani masalah tersebut. Dalam hal ini filsafat bertujuan
memberikan yang lebih dapat diterima tentang konsep-konsep hidup yang meliputi
suatu kehidupan yang ideal yang lebih mendasar.
Sedangkan
filsafat dan pendidikan keduanya merupakan semacam usaha yang sama. Berfilsafat
adalah mencari nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan
pendidikan menyatakan nilai-nilai ini dalam kehidupan pribadi manusia.
Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik, sedangkan filsafat dapat member
latihan yang pada dasarnya diberikan kepada anak. Hal ini bertujuan untuk
membina manusia membangun nilai-nilai yang kritis dalam watak mereka, sehingga
dengan jalan ini mereka mempunyai cita-cita hidup yang tinggi dengan berubahnya
filsafat yang tertanam dalam diri mereka. Dengan demikian filsafat pendidikan
adalah mencari kesatuan pandangan untuk memecahkan berbagai problema dalam
lapangan pendidikan.
Kemuliaan
akhlak adalah faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, menurut
pandangan islam pendidikan berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu
menata kehidupan yang sejahtera didunia dan akhirat
B . Saran
Demikianlah,
makalah ini semoga kita menentukan cita-cita yang baik ,dapat mengenal
kehidupan pribadi maupun masyarakat dan mampu membangun nilai-nilai yang kritis
dalam watak peserta didik) pada saat di
lapangan pendidikan. Muda-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca.
Untuk mengakhiri
tulisan ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, bila dalam makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan.
Daftar Pustaka
http:// www.google.com
id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan
van88.wordpress.com/fifilsafatpendidikanjohnthemaster.blogspot.com/lsafat-pendidikan/
Lembar Penilaian
|
Tulisan dan Kerapian
Kekompakan Kelompok
|
Presentase
|
Tampilan
|
Jambi , 2014
Dosen
Adhe Saputra,S.Pd,M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar