Rabu, 11 Februari 2015

FILSAFAT OLAHRAGA



Makalah
Filsafat olahraga




 





Nama kelompok 8 :



Nama kelompok 8 :
*Yati pitato
*syahrul azmi
*bayu yama chandra
*m.rizal

Dosen pengampu :
ADHE SAPUTRA, S.Pd.,M.Pd


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS JAMBI 
2014/ 2014




Kata pengantar
         
          Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dari hasil pembelajaran penulis terhadap referensi-referensi yang penulis dapatkan, baik berupa buku dan sumber-sumber lainnya. Oleh karena itu, penulis memberanikan diri untuk menyusun makalah ini dengan judul “filsafat”.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi di antaranya, masih perlu pembelajaran lebih mendalam tentang sirkulasi darah yang ada didalam tubuh makhluk hidup, keterbatasan sumber, keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan keterbukaan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.



                                                       Jambi , 10 Desember 2014

                            penyusun







ii

Daftar isi

KATA PENGATAR .............................................................................................. ii                            
DAFTAR ISI ................................................................................................. ......... iii
BAB   I     PENDAHULUAN  ............................................................................... 1
                  a.latar belakang........................................................................................ 1
                  b.tujuan ................................................................................................... 1
BAB  II    PEMBAHASAN..................................................................................... 2
                  a. Aliran filsafat, tokoh dan idenya ........................................................ 3
                  b. Tujuan filsafat ..................................................................................... 11
                  c. Tingkatan filsafat .......................................................................           11
                  d. Aliran-aliran filsafat ............................................................................ 12
                             e. Manfaat filsafat dalam kehidupan............................................... ......... 17
                  f. Beberapa ajaran filsafat .............................................................. ......... 18 
                             g. Filsafat pendidikan ..................................................................... ......... 18
                  h. Esensialisme dan perenialisme............................................................. 19
                   i. Pendidikan nasional.................................................................... ......... 19
                   j. Menghubungkan kata pendidikan dan olahraga.................................. 20
BAB  III   PENUTUP ............................................................................................. 21   
                  a. kesimpulan ........................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................   ............... 22     





iii




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Perkembangan  filsafat diibaratkan tertutup atau mati. Tepat di pengujung zaman helenisme menjelang Neo-Platonisme, filsafat benar-benar kalah. Selanjutnya pemikiran memasuki jaman kegelapan, dimana agama menang mutlak sedangkan akal kalah total. Hal ini terlihat jelas dari pemikiran Plotinus, Augustinus, dan Anselmus. Menurut Plotinus, Tuhan bukan untuk dipahami, tetapi untuk dirasakan, sehingga tujuan filsafat adalah bersatu dengan Tuhan. Filsafat rasional dan ilmu sains tidak penting. Orang yang masih menghidupkan akal harus dimusuhi, bahkan dibunuh. Menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

         B. Tujuan
         1. Apa-apa saja aliran filsafat ?
         2. Apa hubungannya dengan pendidikan ?
         3. Bagaimana manfaat filsafat ?






BAB II
         PEMBAHASAN


A. ALIRAN FILSAFAT, TOKOH DAN IDENYA
      1. Filsafat pada Masa Yunani Kuno.
Pada masa Yunani Kuno, perkembangan filsafat diibaratkan bagai gunung-gunung dan mata air. Filsafat (akal) mendapatkan tempat yang sangat tinggi dan mengalahkan agama. Ada beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa ini, diantaranya adalah Parmenides dan Heraclitos. Parmenides berfilsafat dalam bentuk aphorisme  yaitu kalimat-kalimat pendek yang harus ditafsirkan lebih jauh. Di dalam tulisannya, dia mengajarkan dua ajaran yang disebut jalan kebenaran (the way of truth) (the dan jalan pendapat way of opinion). Dalam pengajarannya tentang jalan kebenaran mengenai konsep “ada” (being), Parmenides mengajarkan “yang ada itu ada” (what is, is). “Yang ada” merupakan yang tetap, tidak terbagi, dan sempurna seperti lingkaran. Maka, “yang ada” itu tidak mungkin “yang tidak ada”, karena “yang tidak ada” itu tidak dapat dipikirkan dan dikatakan. Dengan begitu, “yang tidak ada” itu tidak ada. Ketika “yang tidak ada” itu tidak ada, maka konsekuensinya, “yang menjadi” itu pun tidak ada, karena “yang menjadi” itu terjadi dari “yang ada” ke “yang tidak ada”, kemudian “yang menjadi”. Akan tetapi “yang tidak ada” itu tidak ada, karena tidak dapat dipikirkan. Jelaslah, “yang menjadi”, karena memiliki aspek “tidak ada”, itu tidak ada. Maka perubahan dari “yang ada” menjadi “yang menjadi” itu tidak akan pernah terjadi. Maka perubahan itu tidak ada. Dalam pengajarannya tentang jalan pendapat, Parmenides mengajarkan konsep doxa (pendapat umum) dan aletheia (kebenaran). Doxa adalah kebiasaan dan pandangan umum yang kita dengar dan dapatkan dengan begitu saja, sedangkan aletheia bersumber pada akal budi semata. Dalam bersikap, dia mengajarkan agar berpikir sendiri dan menemukan kebenaran itu sendiri, serta tidak boleh percaya pada gagasan-gagasan umum yang kebenarannya tidak pasti. Menurutnya, kebenaran hanya dapat diperoleh melalui akal budi semata. Dengan akal budi hendaklah kita menjadi penguji dan hakim segala sesuatu, memperoleh pengetahuan yang murni dan sejati, yang mampu menangkap “yang ada”, yang bersifat tetap, dan tidak berubah di balik pengetahuan indera yang menipu. Parmenides mengajarkan pentingnya berpikir dan mengambil sikap tegas terhadap apa yang diyakini oleh umum. Keyakinan umum tidak selalu benar. Oleh karena itu, kita harus melihat realitas dengan menggunakan akal budi secara langsung.
Berbeda dengan Parmenides, Heraclitos justru menyatakan bahwa segala sesuatu itu terus bergerak dan berubah, dan tidak hanya diam. Dia memandang api bersifat dinamis, yang perlu diberikan umpan berupa bahan bakar agar menghasilkan suatu perubahan yang menakjubkan, yaitu berupa cahaya. Selain api, dia juga tertarik pada pertentangan dan kesatuan, misalnya pada laut. Satu sisi laut dapat menyelamatkan, namun di sisi lain laut juga dapat menghancurkan kehidupan. Pernyataan Heraclitos yang paling terkenal adalah tentang sungai, yaitu “stepping into a river”. Dari ide sungai ini, kemudian muncul slogan yang selalu dikaitkan dengan pemikiran Herakleitos, yaitu panta rhei: segala sesuatu mengalir (“everything flows”). Dengan menggunakan perumpamaan sungai, dia ingin kita memahami bahwa segala sesuatu mengalir seperti air dan mengalami perubahan yang terus menerus (flux).

2. Filsafat Socrates
Pada masa Yunani Kuno, akal mendapatkan tempat yang paling tinggi mengalahkan agama dan segalanya, sehingga manusia pada zaman tersebut hidup tanpa suatu pegangan apapun. Hal ini dapat terbukti dari:
a. Kekacauan kebenaran, karena tidak ada ukuran umum tentang suatu nilai kebenaran.
b. Semua teori sains diragukan dan semua akidah dan kaidah agama dicurigai.
c. Banyak muncul “pembela” kebenaran yang menjadi guru filsafat, filosof dan hakim sehingga kekacauan semakin meluas.
Pada masa yang sangat kacau tersebut, tampillah Socrates sebagai pembela kebenaran yang sebenarnya. Beliau membawa misi menghentikan pemikiran sofis bahwa semua kebenaran bersifat relative, yaitu dengan cara meyakinkan orang Athena terutama para filosof dan sofis bahwa tidak semua kebenaran bersifat relative. Ada kebenaran yang umum, yaitu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang, yang disebut “Pengertian Umum”, yang merupakan penemuan terpenting dari Socrates. Setelah orang dapat diyakinkan bahwa ada kebenran yang umum, tidak terlalu sulit untuk mengajak orang kembali ke agamanya. Namun pengajaranSocrates harus dibayar mahal dengan hukuman mati meminum racun, karena putusan pengadilan yang dihakimi oleh orang sofis.

3. Filsafat pada sekitar Tahun 0 Masehi
Sepeninggal Socrates, pemikirannya masih tetap bekerja. Pada tahun 0 Masehi, perkembangan Filsafat juga diibaratkan sebagai gunung-gunung dan mata air. Ada dua tokoh penting pada masa ini, yaitu Plato dan Aristoteles. Plato, murid sekaligus teman dari Socrates memperkuat pendapat dari gurunya tersebut. Dia mengatakan bahwa memang ada kebenaran umum, yang dinamakan “idea”, dan “idea” itu telah ada sebelum manusia ada, ia ada di dalam “idea”. Aristoteles juga memperkuat pendapat gurunya tersebut. Dia menulis buku, yang mengupas tentang kepalsuan logika orang-orang sofis. Dia sependapat bahwa pengertian umum yang kebenarannya berlaku umum memang ada, dan dinamakan sebagai “definisi”. Pada masa ini, akal dan hati, rasio dan iman, filsafat dan agama mendapatkan kedudukan yang sama tinggi.

4. Jaman Kegelapan, Dominasi Gereja (Abad 12 s/d 13 Masehi)
Pada masa ini, perkembangan filsafat diibaratkan tertutup atau mati. Tepat di pengujung zaman helenisme menjelang neo-Platonisme, filsafat benar-benar kalah. Selanjutnya pemikiran memasuki jaman kegelapan, dimana agama menang mutlak sedangkan akal kalah total. Hal ini terlihat jelas dari pemikiran Plotinus, Augustinus, dan Anselmus. Menurut Plotinus, Tuhan bukan untuk dipahami, tetapi untuk dirasakan, sehingga tujuan filsafat adalah bersatu dengan Tuhan. Filsafat rasional dan ilmu sains tidak penting. Orang yang masih menghidupkan akal harus dimusuhi, bahkan dibunuh. Bahkan tahun 529, Kaisar Justiniaus mengeluarkan Undang-undang yang melarang ajaran filsafat apapun di Athena. Ciri khas filsafat pada masa ini adalah rumusan terkenal yang dikemukakan oleh Saint Anselmus yaitu Credo ut intelligan, yang artinya iman lebih dulu, setelah itu baru mengerti.

5. Abad 15 (Jaman Pengerahan)
Rumusan yang dikemukakan oleh Saint Anselmus yaitu Credo ut intelligan, tidak akan merugikan perkembangan filsafat jika wahyu yang dijadikan acuan adalah wahyu yang tidak berlawanan dengan akal logis. Pada masa pertengahan ini, agama Kristen bisa dikatakan tidak bersumber pada kitab suci, namun lebih bersumber pada penafsiran kitab suci oleh para saint (orang suci). Keyakinan yang begitu besar pada penafsiran tersebut dapat dikatakan sebagai kelemahan filsafat Kristen pada masa ini, karena pada dasarnya kebenaran penafsiran bersifat relative. Selain itu, kekurangjelasan perbatasan antara sains, filsafat dan iman mengakibatkan sering terjadi bentrokan. Copernicus dan Galileo memiliki pemikiran yang berbeda dari para tokoh gereja, sehingga kedua tokoh tersebut dihukum. Sebenarnya, pendapat dua ilmuwan tersebut tidak berlawanan dengan kitab suci, namun berbeda dari pendapat tokoh gereja yang mengatas namakan kitab suci. Jika berlawanan dengan kitab suci, berarti kitab suci itu yang salah karena bukti-bukti menunjukkan bahwa kedua ilmuwan tersebut benar adanya. Copernicus adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa selain Bumi berputar mengelilingi sumbunya sekali putaran dalam sehari, bumi juga bergerak mengelilingi matahari sekali dalam setahun. Sesuai dengan pendapat Copernicus, maka bumi di samping berputar mengelilingi sumbunya sekali sehari, juga berputar mengelilingi matahari atau yang disebut dengan revolusi. Bumi berevolusi dapat dibuktikan dengan percobaan-percobaan yang dilakukan oleh para ahli, antara lain: adanya aberasi (sesatan cahaya) dan Parallaxis. Selama berada di Italia, Copernicus sudah berkenalan dengan ide-ide filosof Yunani Aristarchus dari Samos (abad ke-13 SM), yang berpendapat bahwa bumi dan planit-planit lain berputar mengitari matahari. Copernicus jadi yakin atas kebenaran hipotesa "heliocentris". Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun untuk melakukan pengamatan dan perhitungan cermat dalam untuk penyusunan buku besarnya De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Revolusi Bulatan Benda-benda Langit), yang melukiskan teorinya secara terperinci dan mengedepankan pembuktian-pembuktiannya.

6. Abad 16 (Awal Jaman Modern)
Pada awal jaman modern ini, perkembangan filsafat diibartkan sebagai sungai-sungai. Ada beberapa tokoh yang memberikan sumbangan sejarah pada masa ini, antara lain Rene Descartes dan David Hume. Descartes bertujuan untuk melepaskan filsafat dari kekangan gereja, yang terlihat dari argument cogito yang mengatakan bahwa “badanku boleh saja diragukan adanya, namun aku yang berfikir tidak dapat diragukan”. Setelah Descartes berhasil, dan ternyata tidak mendapatkan reaksi keras dari gereja, maka kembali bermunculan para filosof. Akal yang telah mendapat kekangan selama 1500 tahun itu, pada masa ini menang lagi. Namun sofisme kembali terulang, dan dinamakan sebagai sofisme modern, dan kembali menyatakan bahwa kebenaran bersifat relative. Adanya tiga aliran besar yaitu rasionalisme, idealism dan empirisme mampu menjadikan filsafat modern membingungkan orang modern. Rasionalisme dan idealisme mengatakan bahwa roh yang hakikat, sedangkan empirisme mengatakan bahwa benda lah yang hakikat, dan roh tidak ada. Akibatnya, sains sangat dicurigai, terutama pada masa Hume, dan agama juga diragukan. Keadaan ini lebih parah daripada zaman Socrates.

7. Abad 17 s/d 18 (Jaman Modern)
Pada masa ini, filsafat diibaratkan sebagai muara sungai. Masa ini merupakan kelanjutan dari awal jaman modern. Sains masih dicurigai dan agama juga masih diragukan. Keadaan inilah yang dihadapi oleh Immanuel Kant. Cara Kant dalam menyelesaikan masalah ini pada dasarnya sama dengan pada masa Socrates. Ia menyatakan bahwa akal dan hati (iman) memiliki daerah masing-masing yang tidak saling tercampur satu dengan yang lainnya. Jika akal memasuki wilayah hati, maka akan hilang dalam paralogisme. Kant mengatakan bahwa akal dan agama keduanya sama-sama dapat dipegang dan sama-sama diperlukan. Skeptic terhadap sains sangat berbahaya. Begitu pula keraguan pada agama, juga sangat berbahaya.

8. Abad 18 s/d 19 (Jaman Pos Modern) 
Pada masa ini, perkembangan filsafat diibaratkan sebagai pantai-pantai. Tokoh utama pada masa ini adalah Auguste Comte, yang merupakan tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru sekaligus teman diskusi Comte. Menurut Simon, untuk memahami sejarah orang harus mencari hubungan sebab akibat, hukum-hukum yang menguasai proses perubahan. Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara gejala-gejala, sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala. Bagi Comte, untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu metode ini diarahkan pada fakta-fakta, diarahkan pada perbaikan terus menerus dari syarat-syarat hidup, berusaha ke arah kepastian, dan berusaha ke arah kecermatan. Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen, yang biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, serta metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai perkembangan gagasan. Menurut Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 zaman, yaitu; zaman teologis, zaman metafisis dan zaman ilmiah atau zaman positif.
1). Pada zaman teologis , manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut.
2). Zaman metafisis atau tahap transisi. Tahapan ini menurut Comte hanya modifikasi dari tahapan sebelumnya. Penekanannya pada tahap ini, yaitu monoteisme yang dapat menerangkan gejala-gejala alam dengan jawaban-jawaban yang spekulatif, bukan dari analisa empirik.
3). Zaman positif, adalah tahapan yang terakhir dari pemikiran manusia dan perkembangannya, pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hukum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas cara empiris. Penerangan ini menghasilkan pengetahuan yang instrumental.

9. Pos Pos Modern (Power Now) 
Pada masa ini, perkembangan filsafat diibaratkan sebagai laut dangkal. Ada beberapa pandangan yang sangat berpengaruh pada masa ini, antara lain paham Pragmatism, Utilitarian, Capitalis dan Hedonisme.
a. Pragmatisme
Konsep pragmatisme mula-mula dikemukan oleh Charles Sandre Peirce pada tahun 1839. Dalam konsep tersebut ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil yang praktis. Pada kesempatan yang lain ia juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan suatu filsafat, bukan metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu teknik untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah. Dari kedua pernyataan itu tampaknya Pierce ingin menegaskan bahwa pragmatisme lebih cenderung pada tataran ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia. Jika tidak menimbulkan konskuensi yang praktis maka tidak ada makna yang dikandungnya,sehingga muncul semboyan bahwa,“Apa yang tidak mengakibatkan perbedaan tidak mengandung makna”. Sebagian penganut pragmatisme yang lain mengatakan bahwa, suatu ide atau tanggapan dianggap benar, jika ide atau tanggapan tersebut menghasilkan sesuatu, yakni jalan yang dapat membawa manusia kearah penyelesaian masalah secara tepat (berhasil). Bahkan Budi Darma mengatakan bahwa, masa depan itu tidak ada, masa lalu juga tidak ada, yang ada adalah masa sekarang maka berjuanglah untuk saat ini. Inti dari peryataan tersebut adalah, kebenaran pragmatik merupakan kebenaran yang bersifat fungsional, berguna atau praktis. Segala sesuatu dianggap benar jika ada konsekuensi yang bersifat manfaat bagi hidup manusia.
b. Utilitarianisme
Utilitarianisme merupakan bagian dari etika filsafat yang berkembang sebagai kritik atas dominasi hukum alam. Teori utilitarianisme di kembangkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happines theory), karena utilitiarianisme dalam konsepsi Bentham berprinsip “the greatest happiness of the greatest number”, yang menjadi landasan moral utama kaum utilitarianisme. Kemunculan utilitarianisme dilatarbelakangi oleh keinginan besar untuk melepaskan diri dari belenggu doktrin hukum alam. David Hume dan Helvetius, dan Beccaria adalah arsitek utama doktrin Utilitarianisme tersebut. Namun, Jemery Bethamlah yang berhasil merumuskannya dalam sebuah teori formal tentang refomasi social. Menurut faham utilitarisme, kebahagiaan tercapai jika ia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan sebanyak mungkin orang. Prinsip kegunaan harus diterapkan secara kuantitatif, karena kualitas kesenangan selalu sama sedangkan aspek kuantitasnya dapat berbeda-beda. Berkat konsep fundamentalnya tersebut, Jeremy Betham diakui sebagai pemimpin kaum Radikal Filosofis yang sangat berpengaruh. nemun teori yang di usung Betham tersebut mempunyai banyak kelemahan, terutama tentang moralitas, sehingga memperoleh celaan dari para pengkritik. Salah paham tersebut kemudian berusaha diluruskan kembali oleh pengikutnya, yaitu Jhon Stuart Mill
c. Capitalis
Dalam perkembangan filsafat kapitalis, tokoh yang sangat berperan adalah Karl Marx yang menyatakan beberapa hal penting terkait dengan kapitalisme. Pemikiran Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi, dan nasionalisme sekuler. Cirri utamanya adalah mencari keuntungan dengan berbagai cara dan sarana (kecuali yang jelas dilarang negara karena merusak masyarakat), mendewakan hak milik pribadi dengan membuka jalan selebar-lebarnya agar tiap orang meningkatkan kekayaan dan memeliharanya, dan membatasi campur tangan Negara dalam kehidupan ekonomi.
d. Hedonisme
Salah satu aliran aksiolgis dalam filsafat adalah Hedonisme. Hedonisme erat kaitannya dengan Epicurus, karena dia yang menggagas hedonisme. Fokus pemikirannya adalah, bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai kenyamanan batin, dan kebebasan dari rasa sakit. Seluruh keinginan manusia adalah fitrah, dan layak untuk di puaskan. Intinya, karena manusia akan mati, maka manusia harus senang. Epicurus memiliki pandangan tentang agama dan kesenangan atau kenikmatan, yaitu:
1. Pendapat Epicurus tentang agama dan Tuhan
“…Atau Tuhan mau menghapuskan keburukan, tetapi tidak mampu. Atau sebenarnya ia mampu, tetapi tidak mau. Atau ia tidak mampu dan tidak mau. Jikalau ia mau, tetapi tidak mampu, ia lemah…. Jikalau ia mampu, tetapi tidak mau, dia jahat…. Tetapi, jikalau Tuhan mampu dan mau menghapuskan kejahatan, … lantas bagaimana kejahatan ada di dunia?”
2. Pandangan Epicurus tentang kenikmatan:
“Epicurus merekomendasikan kepada kita untuk mengejar kesenangan dan kebahagiaan, namun harus diingat, dia tidak pernah mengajarkan bahwa kita harus menjalani kehidupan dengan mementingkan diri sendiri (selfish) yang berdampak kepada terhalangnya kesenangan dan kebahagiaan untuk orang lain.

10. Kehidupan Praktis (Kontekstual) 
Pada masa ini, perkembangan filsafat diibaratkan sebagai Laut Dalam. Orang telah melakukan telaah secara mendalam tentang segala sesuatu yang menarik di benak atau fikirannya. Manusia berfilsafat sesuai pemikiran masing-masing, dan dapat merepresentasikan suatu hal dengan sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan sudut pandangan masing-masing. Berfilsafat dilakukan sesuai konteks tertentu, yang tidak harus merupakan hal besar, namun hal tersebut menjadi pokok perhatian bagi seseorang. jadi, objek berfilsafat antara satu orang dengan orang yang lainnya sangat mungkin berbeda-beda.

B. TUJUAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan, Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

C. TINGKATAN FILSAFAT
Tingkatan pemahaman dalam ilmu filsafat dapat dibagi atas beberapa tahapan, diantaranya sebagai berikut :
a. Tingkatan emosional atau tidak kritis
Pengetahuan didasarkan atas keuntungan dan kerugian berdasarkan pengalaman dan perasaan individu masing-masing. Tingkatan ini tidak didasari atas pembuktian dari berbagai teori, namun berdasarkan emosi atau pengalaman sendiri. Biasanya pemahaman ini sulit dirubah  karena bersifat dogmatis sehingga sulit menerima teori yang baru.


b. Tingkatan faktual atau informasional
Pengetahuan didasarkan pada bukti-bukti atau informasi statistik yang mendukung gagasan. Tingkatan ini lebih tinggi pemahamannya dibandingkan dengan tingkatan yang pertama, karena pemahaman pada tingkatan ini suatu teori akan dipercaya apa bila telah dibuktikan dan didukung oleh landasan teoritis serta dapat dibuktikan secara statistika.tingkatan ini tidak percara dengan begitu saja kalau tidak
c. Tingkatan eksplanatori atau teoritikal
Pengetahuan dihasilkan sebagai kombinasi antara data factual dan data teoritikal, sehingga bersifat dinamika dan aplikatif. Tingkatan ini diiringi dengan sebuah proses yang disebut dengan menganalisis teori yang didapat, sehingga mendapatkan keyakinan yang cukup untuk dipertanggungjawabkan.
d. Tingkatan filosofis
 Ini sudah didukung oleh berbagai pengetahuan yang berdasarkan argumentasi yang kuat. Pengetahuan ini diperoleh dari argumentasi yang diperolehnya bersifat universal dan permanen. (Adang Suherman, 2000).

D. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
A. Aliran filsafat
1.  Aliran Idealisme
Aliran ini lahir + 2000 SM yaitu pada masa Yunani Purba. Plato,Hegel dan Kant merupakan tokoh pada aliran ini. Aliran idealisme ini memiliki paham bahwa manusia merupakan dua bagian yang dapat dipisahan. Dua bagian tersebut adalah rohani dan jasmani. Kedua bagian tersebut memiliki peranan yang berbeda, akan tetapi menurut aliran ini bagian rohani atau sering disebut sebagai pikiran merupakan bagian  yang terpenting dalam kehidupan. Oleh karena itu memandang rohani merupakan hal yang terpenting dibandingkan dengan jasmani. Rohani merupakan pusat pikiran yang dapat menggerakan seluruh anggota badan. Tangan akan bergerak atas perintah pikiran, kaki akan melangkah apabila diperintahkan, oleh karenanya pikiranlah pusat perilaku manusia. Jasmani berfungsi sebagai alat atau wahana dari sebuah hasil karya dari pikiran. Sehingga pikiran manusia dapat terbaca dari gerak-gerik setiap manusia atau sikap setiap manusia.
Focus dari aliran ini adalah sebagai berikut:
a. Pikiran merupakan inti dari keberadaan seseorang
b. Manusia jauh lebih penting dari pada alam
c. Penalaran dan intitusi membantu individu menemukan kebenaran
Aliran idealisme ini memiliki pandangan terhadap pendidikan jasmani sebagai berikut:
a. Pendidikan jasmani merupakan sebuah pendidikan yang bersifat fisik. Namun meskipun demikian pendidikan jasmani itu bukan hanya sekedar fisik saja akan tetapi pikiran pun termasuk didalamnya. Meskipun pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang berfokus pada fisik namun pada dasarnya harus berkontribusi terhadap perkembangan rohani. Pendidikan jasmani harus memberikan sumbangan bagi perkembangan intelek seseorang.
b. Aktivitas kesegaran jasmani memberikan kontribusi terhadap perkembangan kepribadiann seseorang. Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu memberikan aktivitas fisik yang erat kaitannya dengan aspek kehidupan. Dengan demikian secara tidak langsung bahwa pendidikan jasmani dapat memberikan corak dalam kepribadian seseorang dalam kehidupannya.
c. Gagasan atau ide dapat tumbuh dan berkembang melalui aktivitas jasmani. Idealisme berkeyakinan bahwa aktivitas yang diberikan harus dapat membantu siswa mengembangkan sifat jujur, berani, kreatif dan sportifitas.
d. Pendidikan adalah untuk   kehidupan. Guru pendidikan jasmani yang idealistic yakin bahwa mengembangkan keterampilan jasmani sama pentingnya dengan memiliki pengetahuan tentang olahraga dan kemampuan menganalisa masalah sama pentingnya dengan mengetahui peraturan permainan.

2. Aliran Realisme
Aliran ini lahir sekitar +2000 tahun SM atau pada masa Yunani Purba. Tokohnya adalah Aristoteles. Realisme berasal dari kata real yang artinya nyata. Aliran ini  memandang bahwa sesuatu itu adalah nyata karena realisme itu bersifat material, kongkrit, fana dan relative atau nisbih (Supandi:2003)
Manusia berupa fisikal, sehingga beranggapan bahwa  rohani sebagai projeksi dari jasmani.
Fokus dari aliran ini adalah sebagai berikut :
a. Aspek fisik merupakan nyata. Realis menerima alam fisik sebagaimana adanya. Alam tidak dibuat oleh pikiran manusia namu alam itu terbuat dari zat. Alam tidak tergantung pada pikiran manusia.(Arma,1994)
b. Kebenaran ditentukan oleh metode ilmiah. realis berkeyakinan bahwa ilmu dan filsafat adalah alat untuk mencapai kebenaran yang paling baik oleh karena itu sesuatu yang terjadi di alam semesta ini belum tentu kebenarnnya bila belum dibuktukan melalui kajian ilmiah.
c. Pikiran dan tubuh mempunyai hubungan erat dan harmonis. Aliran ini beranggapan bahwa sebenarnya pikiran dan tubuh merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Kedua aspek ini tumbuh dan berkembang serasi.
d. Semua kejadian di dunia ini adalah hasil dari hukum alam. Semua peristiwa yang menyangkut di bumi ini merupakan akibat dari hokum alam. Realis berkata bahwa lingkungan adalah satu akibat dan sebab dan bahwa kebaikan, moralitas dan keindahan sesuai dengan hokum alam. Menurut tokoh aliran idealisme ini, pendidikan jasmani adalah upaya pengembangan aspek-aspek jasmani melalui aktivitas fisik  atau gerak. Tujuan pendidikan jasmani adalah unutk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani manusia agar mampu hidup secara alamiah.
Pandangan aliran realisme  terhadap pendidikan jasmani sebagai berikut :
a. Pendidikan jasmani ditujukan untuk kehidupan
b. Kesegaran jasmani merupakan hasil dari produktivitas
c. Program pendidikan jasmani didasarkan pada pengetahuan ilmiah
d. Pengulangan memegang peranan penting dalam proses belajar
e. Pendalam ilmu keolahragaan dapat menyebabkan kehidupan social yang lebih baik.
3.  Aliran Pragmatisme
Pragmatisme ini berkembang sekitar tahun 2000 SM, pada masa Yunani Purba dan tokohnya adalah Heraklitus. Aliran ini menganut paham bahwa pengalaman merupakan kunci keberhasilan dalam kehidupan manusia.karena aliran ini menganggap bahwa manusia itu merupakan mahluk social\mahluk masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa manusia sebagai unsure social yang harus menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Pengalaman mengandung sifat sesuatu yang dialami dan dinamik, sehingga menganggap bahwa:
a. Pengalaman merupakan penyebab terjadinya perubahan
b. Individu merupakan bagian integral dari masyarakat luas
Menurut Heraklitus pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai  upaya mengembangkan aspek-aspek social manusia melalui kegiatan jasmani/aktivitas fisik. Pendidikan jasmani itu bertujuan untuk mengembangkan manusia yang mampu hidup produktif di masyarakat.
Pandangan aliran  pragmatisme ini terhadap pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman akan lebih bermakna manakala siswa memperoleh aktivitas secara bervariasi
b. Aktivitas jasmani bertujuan untuk meningkatkan kemampuan social siswa
c. Program pendidikan jasmani ditentukan oleh kebutuhan dan minat siswa
d. Guru sebagai motivator

4.  Aliran Naturalisme
Penganut paham naturalisme adalah bahwa sesuatu itu akan memiliki nilai atau bernilai apabila terlihat secara fisik. Aliran ini disebut juga sebagai aliran materialisme.
Konsep inti dari aliran ini adalah:
a. Segala sesuatu akan diakui keberadaannya apabila nampak secara fisik.
b. Lingkungan fisik merupakan sumber nilai
c. Individu lebih bernilai dari pada social       
Paham naturalisme memandang bahwa pendidikan jasmani adalah:
a. Aktivitas fisik lebih sekedar bersifat fisik
b. Hasil belajar yang diperoleh melalui aktivitas dirinya
c. Bermain merupakan bagian penting dari proses pendidikan
d. Prestasi bertanding yang tinggi diantara individu tidak dikondisikan (Adang ,2000)

5.  Aliran Existensialisme
Keberadaan individu secara utuh merupakan hal yang utama menurut paham ini. Oleh karenannya pertumbuhan dan perkembangan manusia secara menyeluruh adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangan seperti itu maka orang sering mengatakan bahwa aliran ini adalah aliran filsafat modern.
Inti dari aliran ini adalah :
a. Keber adaan manusia betul-betul ada dan nyata
b. Setiap individu menentukan dirinya sendiri
c. Individu lebih penting keberadaannya dibandingkan dengan masyarakat
Adapun pandangan aliran ini terhadap pendidikan jasmani adalah:
a. Kebebasan untuk memilih
b. Banyak variasi dalam beraktivitas
c. Permainan merupakan produk dari perkembangan kreativitas
d. Proses untuk mengetahui dirinya sendiri melalui aktivitas gerak
e.  Guru adalah seorang konsultan

B. Beberapa aliran filsafat dalam pendidikan
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan,misalnya,idealisme,realisme,pragmatisme,humanisme,behaviorisme, dan konstruktivisme.
Aliran idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia.
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat.
Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat. Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral.
Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
                      
E. MANFAAT FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
Manfaatnya yaitu sebagai berikut :    
      w.  Sebagai dasar dalam bertindak.
      w.  Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
      w.  Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
      w.  Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.


F. BEBERAPA AJARAN FILSAFAT YANG  TELAH MENGISI DAN TERSIMPAN DALAM KHASANAH ILMU
Ajaran tersebut yaitu ;
      w.  Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
      w.  Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
      w.  Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
w. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia

G. FILSAFAT PENDIDIKAN
      w. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
      w. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
      w. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
      w. Menurut Filsafat pendidikan  progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan.
      w. Belajar berfungsi untuk : mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. 
      w. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
      w. Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern dan idealisme subjektif .

H. ESENSIALISME dan perenialasme
      w. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji ketangguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
      w. Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji.
      w. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.

I. Pendidikan nasional
      w. Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
      w. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.




J.  MENGHUBUNGKAN KATA PENDIDIKAN DAN OLAHRAGA
Filsafat adalah seni berpikir. Oleh karena itu, Filsafat Olahraga merupakan perenungan akan keterlibatan manusia dalam aktivitas jasmani. Mengkaji pendidikan jasmani dan olahraga dari berbagai posisi pemikiran filsafat akan mendukung penjelasan dan pemahaman tentang sifat, nilai, tujuan, signifikansi, dan cakupan pendidikan jasmani dan olahraga serta dapat memahami cakupan wilayah studi filsafat atau cabang filsafat (ontologi, epistemology, dan aksiologi) dan aplikasi kajiannya dalam pendidikan jasmani dan olahraga.
      · Ontologi          : yang mempertanyakan tentang keberadaan sesuatu
      · Epistemologi   : bagaimana mempertanyakan?
      · Aksiologi         : nilai atau hikmah
Arti Pendidikan itu sendiri adalah proses yang isinya harus mengarah kepada pembinaan potensi rohaniah. Sebab rohaniah adalah sumber potensi bagi semua kreasi manusia yang tercermin di dalam kebudayaan. Jadi ada saling keterkaitan yang erat dan tidak mungkin dapat dipisahkan antara Filsafat dengan Penjas dan Olahraga.
Pengaruh dan sumbangsih Ilmu Filsafat pada Penjas dan Olahraga juga memiliki andil yang besar dalam perkembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, yaitu melahirkan ilmu-ilmu baru yang  sangat berkaitan erat dan mendukung kemajuan penjas dan olahraga itu sendiri.
Sebagai salah satu contoh yaitu, dengan Filsafat maka dapat membantu menganalisis prinsip-prinsip pendidikan jasmani dan olahraga beserta implikasinya terhadap pengajaran dan pelatihan.








BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perkembangannya, filsafat seringkali mengalami pasang dan surut pada setiap periode. Masa pasang dan surut dalam tahap perkembangan filsafat tersebut  membuktikan bahwa filsafat sebagai kegiatan olah fikir, tidak hanya tiba-tiba ada sebagai hasil pemikiran manusia sekarang, namun itu merupakan hasil perkembangan olah fikir sejak zaman dahulu. Dari hasil pemahaman perkembangan pasang surut filsafat sejak jaman yunani kuno hingga jaman sekarang, dapat ditarik  kesimpulan secara umum bahwa keberadaan filsafat (akal) dan hati (agama) harus saling beriringan dan tidak saling mengalahkan.kejayaan filsafat tanpa agama tidak akan membawa kehidupan yang seimbang dalam masyarakat. Hal ini terbukti pada jaman yunani kuno dan awal jaman modern. Demikian pula kemenangan agama tanpa filsafat juga tidak akan membawa kedamaian. Hal ini terbukti pada masa abad ke 12/ 13 Masehi, dimana kekuasaan didominasi kekuatan gereja. Jadi, peran filsafat dan agama secara berimbang sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang seimbang dan damai. 










DAFTAR PUSTAKA

Id.wikipedia.org/wiki/filsafat-pendidikan/
http://www.google.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar