Makalah
Nama kelompok 8 :
Nama kelompok 8 :
*Yati pitato
*syahrul azmi
*bayu yama chandra
*m.rizal
Dosen pengampu :
ADHE
SAPUTRA, S.Pd.,M.Pd
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014/ 2014
Kata pengantar
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat
allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dari hasil pembelajaran penulis terhadap referensi-referensi
yang penulis dapatkan, baik berupa buku dan sumber-sumber lainnya. Oleh karena itu, penulis
memberanikan diri untuk menyusun makalah ini dengan judul “filsafat”.
Meskipun telah berusaha dengan
segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi di
antaranya, masih perlu pembelajaran lebih mendalam tentang sirkulasi darah yang
ada didalam tubuh makhluk hidup, keterbatasan sumber, keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan keterbukaan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jambi , 10 Desember 2014
penyusun
ii
Daftar isi
KATA
PENGATAR .............................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................. ......... iii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
a.latar belakang........................................................................................ 1
b.tujuan ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 2
a. Aliran
filsafat, tokoh dan idenya
........................................................ 3
b. Tujuan filsafat ..................................................................................... 11
c. Tingkatan
filsafat ....................................................................... 11
d. Aliran-aliran
filsafat ............................................................................ 12
e. Manfaat filsafat dalam kehidupan............................................... ......... 17
f. Beberapa ajaran filsafat .............................................................. ......... 18
g. Filsafat pendidikan ..................................................................... ......... 18
h. Esensialisme dan
perenialisme............................................................. 19
i. Pendidikan nasional.................................................................... ......... 19
j. Menghubungkan kata
pendidikan dan olahraga.................................. 20
BAB III
PENUTUP ............................................................................................. 21
a. kesimpulan ........................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................... ............... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan filsafat diibaratkan tertutup atau mati. Tepat
di pengujung zaman helenisme menjelang Neo-Platonisme, filsafat benar-benar
kalah. Selanjutnya pemikiran memasuki jaman kegelapan, dimana agama menang
mutlak sedangkan akal kalah total. Hal ini terlihat jelas dari pemikiran
Plotinus, Augustinus, dan Anselmus. Menurut Plotinus, Tuhan bukan untuk dipahami, tetapi untuk dirasakan,
sehingga tujuan filsafat adalah bersatu dengan Tuhan. Filsafat rasional dan
ilmu sains tidak penting. Orang yang masih menghidupkan akal harus dimusuhi,
bahkan dibunuh. Menyatakan
tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat
dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di
lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Filsafat
pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan
teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan
dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila" yang diabdikan demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita
bangsa dan negara Indonesia.
B. Tujuan
1. Apa-apa saja aliran
filsafat ?
2. Apa hubungannya dengan
pendidikan ?
3. Bagaimana manfaat
filsafat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. ALIRAN
FILSAFAT, TOKOH DAN IDENYA
1. Filsafat pada Masa Yunani Kuno.
Pada masa
Yunani Kuno, perkembangan filsafat diibaratkan bagai gunung-gunung dan mata
air. Filsafat (akal) mendapatkan tempat yang sangat tinggi dan mengalahkan
agama. Ada beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa ini, diantaranya
adalah Parmenides dan Heraclitos. Parmenides
berfilsafat dalam bentuk aphorisme yaitu kalimat-kalimat pendek
yang harus ditafsirkan lebih jauh. Di dalam tulisannya, dia mengajarkan dua
ajaran yang disebut jalan kebenaran
(the way of truth) (the dan jalan pendapat way of opinion). Dalam pengajarannya tentang
jalan kebenaran mengenai konsep
“ada” (being), Parmenides mengajarkan “yang ada itu ada” (what is, is). “Yang
ada” merupakan yang tetap, tidak terbagi, dan sempurna seperti lingkaran. Maka,
“yang ada” itu tidak mungkin “yang tidak ada”, karena “yang tidak ada” itu
tidak dapat dipikirkan dan dikatakan. Dengan begitu, “yang tidak ada” itu tidak
ada. Ketika “yang tidak ada” itu tidak ada, maka
konsekuensinya, “yang menjadi” itu pun tidak ada, karena “yang menjadi” itu
terjadi dari “yang ada” ke “yang tidak ada”, kemudian “yang menjadi”. Akan
tetapi “yang tidak ada” itu tidak ada, karena tidak dapat dipikirkan. Jelaslah,
“yang menjadi”, karena memiliki aspek “tidak ada”, itu tidak ada. Maka
perubahan dari “yang ada” menjadi “yang menjadi” itu tidak akan pernah terjadi.
Maka perubahan itu tidak ada. Dalam pengajarannya tentang jalan pendapat, Parmenides mengajarkan
konsep doxa (pendapat umum) dan aletheia (kebenaran). Doxa adalah kebiasaan dan pandangan
umum yang kita dengar dan dapatkan dengan begitu saja, sedangkan aletheia bersumber pada akal budi
semata. Dalam bersikap, dia mengajarkan agar berpikir sendiri dan menemukan
kebenaran itu sendiri, serta tidak boleh percaya pada gagasan-gagasan umum yang
kebenarannya tidak pasti. Menurutnya, kebenaran hanya dapat diperoleh melalui
akal budi semata. Dengan akal budi hendaklah kita menjadi penguji dan hakim
segala sesuatu, memperoleh pengetahuan yang murni dan sejati, yang mampu
menangkap “yang ada”, yang bersifat tetap, dan tidak berubah di balik
pengetahuan indera yang menipu. Parmenides mengajarkan pentingnya berpikir dan
mengambil sikap tegas terhadap apa yang diyakini oleh umum. Keyakinan umum
tidak selalu benar. Oleh karena itu, kita harus melihat realitas dengan
menggunakan akal budi secara langsung.
Berbeda
dengan Parmenides, Heraclitos
justru menyatakan bahwa segala sesuatu itu terus bergerak dan berubah, dan
tidak hanya diam. Dia memandang api bersifat dinamis, yang perlu diberikan
umpan berupa bahan bakar agar menghasilkan suatu perubahan yang menakjubkan,
yaitu berupa cahaya. Selain api, dia juga tertarik pada pertentangan dan
kesatuan, misalnya pada laut. Satu sisi laut dapat menyelamatkan, namun di sisi
lain laut juga dapat menghancurkan kehidupan. Pernyataan Heraclitos yang paling
terkenal adalah tentang sungai, yaitu “stepping into a river”. Dari ide sungai
ini, kemudian muncul slogan yang selalu dikaitkan dengan pemikiran Herakleitos,
yaitu panta rhei: segala sesuatu mengalir (“everything flows”).
Dengan menggunakan perumpamaan sungai, dia ingin kita memahami bahwa segala
sesuatu mengalir seperti air dan mengalami perubahan yang terus menerus (flux).
2. Filsafat
Socrates
Pada masa
Yunani Kuno, akal mendapatkan tempat yang paling tinggi mengalahkan agama dan
segalanya, sehingga manusia pada zaman tersebut hidup tanpa suatu pegangan
apapun. Hal ini dapat terbukti dari:
a. Kekacauan
kebenaran, karena tidak ada ukuran umum tentang suatu nilai kebenaran.
b. Semua
teori sains diragukan dan semua akidah dan kaidah agama dicurigai.
c. Banyak
muncul “pembela” kebenaran yang menjadi guru filsafat, filosof dan hakim
sehingga kekacauan semakin meluas.
Pada masa yang sangat kacau tersebut, tampillah Socrates sebagai pembela kebenaran
yang sebenarnya. Beliau membawa misi menghentikan pemikiran sofis bahwa semua
kebenaran bersifat relative, yaitu dengan cara meyakinkan orang Athena terutama
para filosof dan sofis bahwa tidak semua kebenaran bersifat relative. Ada
kebenaran yang umum, yaitu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang, yang
disebut “Pengertian Umum”, yang merupakan penemuan terpenting dari
Socrates. Setelah orang dapat diyakinkan bahwa ada kebenran yang umum, tidak
terlalu sulit untuk mengajak orang kembali ke agamanya. Namun
pengajaranSocrates harus dibayar mahal dengan hukuman mati meminum racun,
karena putusan pengadilan yang dihakimi oleh orang sofis.
3. Filsafat
pada sekitar Tahun 0 Masehi
Sepeninggal
Socrates, pemikirannya masih tetap bekerja. Pada tahun 0 Masehi, perkembangan
Filsafat juga diibaratkan sebagai gunung-gunung dan mata air. Ada dua tokoh
penting pada masa ini, yaitu Plato dan Aristoteles. Plato, murid sekaligus teman dari Socrates memperkuat pendapat
dari gurunya tersebut. Dia mengatakan bahwa memang ada kebenaran umum, yang
dinamakan “idea”, dan “idea” itu telah ada sebelum manusia ada, ia ada di dalam
“idea”. Aristoteles juga
memperkuat pendapat gurunya tersebut. Dia menulis buku, yang mengupas tentang
kepalsuan logika orang-orang sofis. Dia sependapat bahwa pengertian umum yang
kebenarannya berlaku umum memang ada, dan dinamakan sebagai “definisi”. Pada
masa ini, akal dan hati, rasio dan iman, filsafat dan agama mendapatkan
kedudukan yang sama tinggi.
4. Jaman
Kegelapan, Dominasi Gereja (Abad 12 s/d 13 Masehi)
Pada masa
ini, perkembangan filsafat diibaratkan tertutup atau mati. Tepat di pengujung
zaman helenisme menjelang neo-Platonisme, filsafat benar-benar kalah.
Selanjutnya pemikiran memasuki jaman kegelapan, dimana agama menang mutlak
sedangkan akal kalah total. Hal ini terlihat jelas dari pemikiran Plotinus,
Augustinus, dan Anselmus. Menurut Plotinus,
Tuhan bukan untuk dipahami, tetapi untuk dirasakan, sehingga tujuan filsafat
adalah bersatu dengan Tuhan. Filsafat rasional dan ilmu sains tidak penting.
Orang yang masih menghidupkan akal harus dimusuhi, bahkan dibunuh. Bahkan tahun
529, Kaisar Justiniaus mengeluarkan
Undang-undang yang melarang ajaran filsafat apapun di Athena. Ciri khas
filsafat pada masa ini adalah rumusan terkenal yang dikemukakan oleh Saint Anselmus yaitu Credo ut
intelligan, yang artinya iman lebih dulu, setelah itu baru mengerti.
5. Abad 15
(Jaman Pengerahan)
Rumusan yang
dikemukakan oleh Saint Anselmus yaitu Credo ut intelligan, tidak akan
merugikan perkembangan filsafat jika wahyu yang dijadikan acuan adalah wahyu
yang tidak berlawanan dengan akal logis. Pada masa pertengahan ini, agama
Kristen bisa dikatakan tidak bersumber pada kitab suci, namun lebih bersumber
pada penafsiran kitab suci oleh para saint (orang suci). Keyakinan yang begitu
besar pada penafsiran tersebut dapat dikatakan sebagai kelemahan filsafat
Kristen pada masa ini, karena pada dasarnya kebenaran penafsiran bersifat
relative. Selain itu, kekurangjelasan perbatasan antara sains, filsafat dan
iman mengakibatkan sering terjadi bentrokan. Copernicus dan Galileo memiliki
pemikiran yang berbeda dari para tokoh gereja, sehingga kedua tokoh tersebut
dihukum. Sebenarnya, pendapat dua ilmuwan tersebut tidak berlawanan dengan
kitab suci, namun berbeda dari pendapat tokoh gereja yang mengatas namakan
kitab suci. Jika berlawanan dengan kitab suci, berarti kitab suci itu yang
salah karena bukti-bukti menunjukkan bahwa kedua ilmuwan tersebut benar adanya.
Copernicus adalah orang pertama
yang mengemukakan bahwa selain Bumi berputar mengelilingi sumbunya sekali
putaran dalam sehari, bumi juga bergerak mengelilingi matahari sekali dalam
setahun. Sesuai dengan pendapat Copernicus, maka bumi di samping berputar
mengelilingi sumbunya sekali sehari, juga berputar mengelilingi matahari atau
yang disebut dengan revolusi. Bumi berevolusi dapat dibuktikan dengan percobaan-percobaan
yang dilakukan oleh para ahli, antara lain: adanya aberasi (sesatan cahaya) dan
Parallaxis. Selama berada di Italia, Copernicus sudah berkenalan dengan
ide-ide filosof Yunani Aristarchus dari Samos (abad ke-13 SM), yang berpendapat
bahwa bumi dan planit-planit lain berputar mengitari matahari. Copernicus jadi
yakin atas kebenaran hipotesa "heliocentris". Copernicus memerlukan
waktu bertahun-tahun untuk melakukan pengamatan dan perhitungan cermat dalam
untuk penyusunan buku besarnya De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang
Revolusi Bulatan Benda-benda Langit), yang melukiskan teorinya secara
terperinci dan mengedepankan pembuktian-pembuktiannya.
6. Abad 16
(Awal Jaman Modern)
Pada awal
jaman modern ini, perkembangan filsafat diibartkan sebagai sungai-sungai. Ada
beberapa tokoh yang memberikan sumbangan sejarah pada masa ini, antara lain
Rene Descartes dan David Hume. Descartes
bertujuan untuk melepaskan filsafat dari kekangan gereja, yang terlihat dari
argument cogito yang mengatakan bahwa “badanku boleh saja diragukan
adanya, namun aku yang berfikir tidak dapat diragukan”. Setelah Descartes
berhasil, dan ternyata tidak mendapatkan reaksi keras dari gereja, maka kembali
bermunculan para filosof. Akal yang telah mendapat kekangan selama 1500 tahun itu, pada masa ini menang lagi. Namun
sofisme kembali terulang, dan dinamakan sebagai sofisme modern, dan kembali
menyatakan bahwa kebenaran bersifat relative. Adanya tiga aliran besar yaitu
rasionalisme, idealism dan empirisme mampu menjadikan filsafat modern
membingungkan orang modern. Rasionalisme dan idealisme mengatakan bahwa roh
yang hakikat, sedangkan empirisme mengatakan bahwa benda lah yang hakikat, dan
roh tidak ada. Akibatnya, sains sangat dicurigai, terutama pada masa Hume, dan agama juga diragukan.
Keadaan ini lebih parah daripada zaman Socrates.
7. Abad 17
s/d 18 (Jaman Modern)
Pada masa ini, filsafat diibaratkan sebagai muara
sungai. Masa ini merupakan kelanjutan dari awal jaman modern. Sains masih
dicurigai dan agama juga masih diragukan. Keadaan inilah yang dihadapi oleh Immanuel Kant. Cara Kant dalam
menyelesaikan masalah ini pada dasarnya sama dengan pada masa Socrates. Ia
menyatakan bahwa akal dan hati (iman) memiliki daerah masing-masing yang tidak
saling tercampur satu dengan yang lainnya. Jika akal memasuki wilayah hati,
maka akan hilang dalam paralogisme. Kant mengatakan bahwa akal dan agama
keduanya sama-sama dapat dipegang dan sama-sama diperlukan. Skeptic terhadap
sains sangat berbahaya. Begitu pula keraguan pada agama, juga sangat berbahaya.
8. Abad 18
s/d 19 (Jaman Pos Modern)
Pada masa
ini, perkembangan filsafat diibaratkan sebagai pantai-pantai. Tokoh utama pada
masa ini adalah Auguste Comte, yang merupakan tokoh aliran positivisme yang
paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari
alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan
hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya
adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru sekaligus teman diskusi Comte.
Menurut Simon, untuk memahami sejarah orang harus mencari hubungan sebab
akibat, hukum-hukum yang menguasai proses perubahan. Comte menuangkan gagasan
positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang
merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan
merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam
tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika
dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara
gejala-gejala, sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala. Bagi Comte,
untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang
kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu
metode ini diarahkan pada fakta-fakta, diarahkan pada perbaikan terus menerus
dari syarat-syarat hidup, berusaha ke arah kepastian, dan berusaha ke arah
kecermatan. Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan,
perbandingan, eksperimen, yang biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, serta
metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan
hukum-hukum yang menguasai perkembangan gagasan. Menurut Comte, perkembangan
pemikiran manusia berlangsung dalam 3 zaman, yaitu; zaman teologis, zaman
metafisis dan zaman ilmiah atau zaman positif.
1). Pada
zaman teologis , manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat
kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut.
2). Zaman
metafisis atau tahap transisi. Tahapan ini menurut Comte hanya modifikasi dari
tahapan sebelumnya. Penekanannya pada tahap ini, yaitu monoteisme yang dapat
menerangkan gejala-gejala alam dengan jawaban-jawaban yang spekulatif, bukan
dari analisa empirik.
3). Zaman
positif, adalah tahapan yang terakhir dari pemikiran manusia dan
perkembangannya, pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi
berdasarkan hukum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas cara
empiris. Penerangan ini menghasilkan pengetahuan yang instrumental.
9. Pos Pos
Modern (Power Now)
Pada masa
ini, perkembangan filsafat diibaratkan sebagai laut dangkal. Ada beberapa
pandangan yang sangat berpengaruh pada masa ini, antara lain paham Pragmatism,
Utilitarian, Capitalis dan Hedonisme.
a. Pragmatisme
Konsep pragmatisme mula-mula
dikemukan oleh Charles Sandre Peirce pada tahun 1839. Dalam konsep tersebut ia
menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil yang
praktis. Pada kesempatan yang lain ia juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya
bukan suatu filsafat, bukan metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan
suatu teknik untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah. Dari kedua
pernyataan itu tampaknya Pierce ingin menegaskan bahwa pragmatisme lebih
cenderung pada tataran ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi manusia. Jika tidak menimbulkan konskuensi yang praktis maka tidak ada
makna yang dikandungnya,sehingga muncul semboyan bahwa,“Apa yang tidak mengakibatkan
perbedaan tidak mengandung makna”. Sebagian penganut pragmatisme yang lain
mengatakan bahwa, suatu ide atau tanggapan dianggap benar, jika ide atau
tanggapan tersebut menghasilkan sesuatu, yakni jalan yang dapat membawa manusia
kearah penyelesaian masalah secara tepat (berhasil). Bahkan Budi Darma
mengatakan bahwa, masa depan itu tidak ada, masa lalu juga tidak ada, yang ada
adalah masa sekarang maka berjuanglah untuk saat ini. Inti dari peryataan
tersebut adalah, kebenaran pragmatik merupakan kebenaran yang bersifat
fungsional, berguna atau praktis. Segala sesuatu dianggap benar jika ada
konsekuensi yang bersifat manfaat bagi hidup manusia.
b. Utilitarianisme
Utilitarianisme merupakan bagian
dari etika filsafat yang berkembang sebagai kritik atas dominasi hukum alam.
Teori utilitarianisme di kembangkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John
Stuart Mill. Utilitarianisme disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happines theory),
karena utilitiarianisme dalam konsepsi Bentham berprinsip “the greatest
happiness of the greatest number”, yang menjadi landasan moral utama kaum
utilitarianisme. Kemunculan utilitarianisme dilatarbelakangi oleh keinginan
besar untuk melepaskan diri dari belenggu doktrin hukum alam. David Hume dan
Helvetius, dan Beccaria adalah arsitek utama doktrin Utilitarianisme tersebut.
Namun, Jemery Bethamlah yang berhasil merumuskannya dalam sebuah teori formal
tentang refomasi social. Menurut faham utilitarisme, kebahagiaan tercapai jika
ia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Suatu perbuatan dapat dinilai
baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan sebanyak
mungkin orang. Prinsip kegunaan harus diterapkan secara kuantitatif, karena
kualitas kesenangan selalu sama sedangkan aspek kuantitasnya dapat
berbeda-beda. Berkat konsep fundamentalnya tersebut, Jeremy Betham diakui
sebagai pemimpin kaum Radikal Filosofis yang sangat berpengaruh. nemun teori
yang di usung Betham tersebut mempunyai banyak kelemahan, terutama tentang
moralitas, sehingga memperoleh celaan dari para pengkritik. Salah paham
tersebut kemudian berusaha diluruskan kembali oleh pengikutnya, yaitu Jhon
Stuart Mill
c. Capitalis
Dalam perkembangan filsafat kapitalis, tokoh yang sangat berperan
adalah Karl Marx yang menyatakan beberapa hal penting terkait dengan
kapitalisme. Pemikiran Kapitalisme adalah
sebuah sistem ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya didasarkan
kepada azas
pengembangan hak milik pribadi, dan nasionalisme sekuler. Cirri utamanya adalah mencari
keuntungan dengan berbagai cara dan sarana (kecuali yang jelas dilarang negara karena
merusak masyarakat), mendewakan hak milik pribadi dengan membuka jalan
selebar-lebarnya agar tiap orang meningkatkan kekayaan dan memeliharanya, dan
membatasi campur tangan Negara dalam kehidupan ekonomi.
d. Hedonisme
Salah satu aliran aksiolgis dalam filsafat adalah Hedonisme. Hedonisme erat kaitannya dengan Epicurus, karena dia
yang menggagas hedonisme. Fokus pemikirannya adalah, bahwa tujuan hidup manusia
adalah mencapai kenyamanan batin, dan kebebasan dari rasa sakit. Seluruh
keinginan manusia adalah fitrah, dan layak untuk di puaskan. Intinya, karena
manusia akan mati, maka manusia harus senang. Epicurus memiliki pandangan
tentang agama dan kesenangan atau kenikmatan, yaitu:
1. Pendapat
Epicurus tentang agama dan Tuhan
“…Atau Tuhan
mau menghapuskan keburukan, tetapi tidak mampu. Atau sebenarnya ia mampu,
tetapi tidak mau. Atau ia tidak mampu dan tidak mau. Jikalau ia mau, tetapi
tidak mampu, ia lemah…. Jikalau ia mampu, tetapi tidak mau, dia jahat…. Tetapi,
jikalau Tuhan mampu dan mau menghapuskan kejahatan, … lantas bagaimana
kejahatan ada di dunia?”
2. Pandangan
Epicurus tentang kenikmatan:
“Epicurus
merekomendasikan kepada kita untuk mengejar kesenangan dan kebahagiaan, namun
harus diingat, dia tidak pernah mengajarkan bahwa kita harus menjalani
kehidupan dengan mementingkan diri sendiri (selfish) yang berdampak kepada
terhalangnya kesenangan dan kebahagiaan untuk orang lain.
10.
Kehidupan Praktis (Kontekstual)
Pada masa
ini, perkembangan filsafat diibaratkan sebagai Laut Dalam. Orang telah
melakukan telaah secara mendalam tentang segala sesuatu yang menarik di benak
atau fikirannya. Manusia berfilsafat sesuai pemikiran masing-masing, dan dapat
merepresentasikan suatu hal dengan sangat berbeda antara satu dengan yang
lainnya, sesuai dengan sudut pandangan masing-masing. Berfilsafat dilakukan
sesuai konteks tertentu, yang tidak harus merupakan hal besar, namun hal
tersebut menjadi pokok perhatian bagi seseorang. jadi, objek berfilsafat antara
satu orang dengan orang yang lainnya sangat mungkin berbeda-beda.
B. TUJUAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Peranan Filsafat Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu Pendidikan, Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi
bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan
bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum
dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan
dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat
pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi
masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep
yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek
terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta
didik.
C. TINGKATAN FILSAFAT
Tingkatan
pemahaman dalam ilmu filsafat dapat dibagi atas beberapa tahapan, diantaranya
sebagai berikut :
a.
Tingkatan
emosional atau tidak kritis
Pengetahuan
didasarkan atas keuntungan dan kerugian berdasarkan pengalaman dan perasaan
individu masing-masing. Tingkatan ini tidak didasari atas pembuktian dari
berbagai teori, namun berdasarkan emosi atau pengalaman sendiri. Biasanya
pemahaman ini sulit dirubah karena bersifat dogmatis sehingga sulit
menerima teori yang baru.
b.
Tingkatan
faktual atau informasional
Pengetahuan
didasarkan pada bukti-bukti atau informasi statistik yang mendukung gagasan.
Tingkatan ini lebih tinggi pemahamannya dibandingkan dengan tingkatan yang
pertama, karena pemahaman pada tingkatan ini suatu teori akan dipercaya apa
bila telah dibuktikan dan didukung oleh landasan teoritis serta dapat
dibuktikan secara statistika.tingkatan ini tidak percara dengan begitu saja
kalau tidak
c.
Tingkatan
eksplanatori atau teoritikal
Pengetahuan
dihasilkan sebagai kombinasi antara data factual dan data teoritikal, sehingga
bersifat dinamika dan aplikatif. Tingkatan ini diiringi dengan sebuah proses
yang disebut dengan menganalisis teori yang didapat, sehingga mendapatkan
keyakinan yang cukup untuk dipertanggungjawabkan.
d. Tingkatan filosofis
Ini sudah didukung oleh berbagai pengetahuan
yang berdasarkan argumentasi yang kuat. Pengetahuan ini diperoleh dari
argumentasi yang diperolehnya bersifat universal dan permanen. (Adang
Suherman, 2000).
D. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
A. Aliran filsafat
1. Aliran Idealisme
Aliran
ini lahir + 2000 SM yaitu pada masa Yunani Purba. Plato,Hegel dan Kant
merupakan tokoh pada aliran ini. Aliran idealisme ini memiliki paham bahwa
manusia merupakan dua bagian yang dapat dipisahan. Dua bagian tersebut adalah
rohani dan jasmani. Kedua bagian tersebut memiliki peranan yang berbeda, akan
tetapi menurut aliran ini bagian rohani atau sering disebut sebagai pikiran
merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan. Oleh karena itu
memandang rohani merupakan hal yang terpenting dibandingkan dengan jasmani.
Rohani merupakan pusat pikiran yang dapat menggerakan seluruh anggota badan.
Tangan akan bergerak atas perintah pikiran, kaki akan melangkah apabila
diperintahkan, oleh karenanya pikiranlah pusat perilaku manusia. Jasmani
berfungsi sebagai alat atau
wahana dari sebuah hasil karya dari pikiran. Sehingga pikiran manusia dapat
terbaca dari gerak-gerik setiap manusia atau sikap setiap manusia.
Focus dari aliran ini adalah sebagai berikut:
a. Pikiran
merupakan inti dari keberadaan seseorang
b. Manusia
jauh lebih penting dari pada alam
c. Penalaran
dan intitusi membantu individu menemukan kebenaran
Aliran
idealisme ini memiliki pandangan terhadap pendidikan jasmani sebagai berikut:
a.
Pendidikan
jasmani merupakan sebuah pendidikan yang bersifat fisik. Namun meskipun
demikian pendidikan jasmani itu bukan hanya sekedar fisik saja akan tetapi
pikiran pun termasuk didalamnya. Meskipun pendidikan jasmani merupakan
pendidikan yang berfokus pada fisik namun pada dasarnya harus berkontribusi
terhadap perkembangan rohani. Pendidikan jasmani harus memberikan sumbangan
bagi perkembangan intelek seseorang.
b. Aktivitas
kesegaran jasmani memberikan kontribusi terhadap perkembangan kepribadiann
seseorang. Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu memberikan aktivitas
fisik yang erat kaitannya dengan aspek kehidupan. Dengan demikian secara tidak
langsung bahwa pendidikan jasmani dapat memberikan corak dalam kepribadian
seseorang dalam kehidupannya.
c. Gagasan
atau ide dapat tumbuh dan berkembang melalui aktivitas jasmani. Idealisme
berkeyakinan bahwa aktivitas yang diberikan harus dapat membantu siswa
mengembangkan sifat jujur, berani, kreatif dan sportifitas.
d.
Pendidikan
adalah untuk kehidupan. Guru pendidikan jasmani yang idealistic
yakin bahwa mengembangkan keterampilan jasmani sama pentingnya dengan memiliki
pengetahuan tentang olahraga dan kemampuan menganalisa masalah sama pentingnya
dengan mengetahui peraturan permainan.
2. Aliran
Realisme
Aliran
ini lahir sekitar +2000 tahun SM atau pada masa Yunani Purba. Tokohnya adalah
Aristoteles. Realisme berasal dari kata real yang artinya nyata. Aliran ini memandang bahwa sesuatu
itu adalah nyata karena realisme itu bersifat material, kongkrit, fana dan
relative atau nisbih (Supandi:2003)
Manusia
berupa fisikal, sehingga beranggapan bahwa rohani sebagai projeksi dari
jasmani.
Fokus dari aliran ini adalah sebagai berikut :
a. Aspek
fisik merupakan nyata. Realis menerima alam fisik sebagaimana adanya. Alam
tidak dibuat oleh pikiran manusia namu alam itu terbuat dari zat. Alam tidak
tergantung pada pikiran manusia.(Arma,1994)
b.
Kebenaran
ditentukan oleh metode ilmiah. realis berkeyakinan bahwa ilmu dan filsafat
adalah alat untuk mencapai kebenaran yang paling baik oleh karena itu sesuatu
yang terjadi di alam semesta ini belum tentu kebenarnnya bila belum dibuktukan
melalui kajian ilmiah.
c.
Pikiran
dan tubuh mempunyai hubungan erat dan harmonis. Aliran ini beranggapan bahwa
sebenarnya pikiran dan tubuh merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat
dipisahkan. Kedua aspek ini tumbuh dan berkembang serasi.
d.
Semua
kejadian di dunia ini adalah hasil dari hukum alam. Semua peristiwa yang
menyangkut di bumi ini merupakan akibat dari hokum alam. Realis berkata bahwa
lingkungan adalah satu akibat dan sebab dan bahwa kebaikan, moralitas dan
keindahan sesuai dengan hokum alam. Menurut tokoh aliran idealisme ini, pendidikan
jasmani adalah upaya pengembangan aspek-aspek jasmani melalui aktivitas
fisik atau gerak. Tujuan pendidikan jasmani adalah unutk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan jasmani manusia agar mampu hidup secara alamiah.
Pandangan
aliran realisme terhadap pendidikan jasmani sebagai berikut :
a.
Pendidikan
jasmani ditujukan untuk kehidupan
b.
Kesegaran
jasmani merupakan hasil dari produktivitas
c.
Program
pendidikan jasmani didasarkan pada pengetahuan ilmiah
d.
Pengulangan
memegang peranan penting dalam proses belajar
e.
Pendalam
ilmu keolahragaan dapat menyebabkan kehidupan social yang lebih baik.
3. Aliran
Pragmatisme
Pragmatisme
ini berkembang sekitar tahun 2000 SM, pada masa Yunani Purba dan tokohnya
adalah Heraklitus. Aliran ini menganut paham bahwa pengalaman merupakan kunci
keberhasilan dalam kehidupan manusia.karena aliran ini menganggap bahwa manusia
itu merupakan mahluk social\mahluk masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa
manusia sebagai unsure social yang harus menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Pengalaman
mengandung sifat sesuatu yang dialami dan dinamik, sehingga menganggap bahwa:
a.
Pengalaman
merupakan penyebab terjadinya perubahan
b.
Individu
merupakan bagian integral dari masyarakat luas
Menurut
Heraklitus pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai upaya mengembangkan
aspek-aspek social manusia melalui kegiatan jasmani/aktivitas fisik. Pendidikan
jasmani itu bertujuan untuk mengembangkan manusia yang mampu hidup produktif di
masyarakat.
Pandangan
aliran pragmatisme ini terhadap pendidikan jasmani adalah sebagai
berikut:
a. Pengalaman
akan lebih bermakna manakala siswa memperoleh aktivitas secara bervariasi
b. Aktivitas
jasmani bertujuan untuk meningkatkan kemampuan social siswa
c. Program
pendidikan jasmani ditentukan oleh kebutuhan dan minat siswa
d. Guru
sebagai motivator
4. Aliran
Naturalisme
Penganut
paham naturalisme adalah bahwa sesuatu itu akan memiliki nilai atau bernilai
apabila terlihat secara fisik. Aliran ini disebut juga sebagai aliran
materialisme.
Konsep inti dari aliran ini adalah:
a. Segala
sesuatu akan diakui keberadaannya apabila nampak secara fisik.
b. Lingkungan
fisik merupakan sumber nilai
c. Individu
lebih bernilai dari pada social
Paham naturalisme memandang bahwa pendidikan
jasmani adalah:
a. Aktivitas
fisik lebih sekedar bersifat fisik
b. Hasil
belajar yang diperoleh melalui aktivitas dirinya
c. Bermain
merupakan bagian penting dari proses pendidikan
d. Prestasi
bertanding yang tinggi diantara individu tidak dikondisikan (Adang ,2000)
5. Aliran
Existensialisme
Keberadaan
individu secara utuh merupakan hal yang utama menurut paham ini. Oleh
karenannya pertumbuhan dan perkembangan manusia secara menyeluruh adalah
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangan seperti itu maka orang
sering mengatakan bahwa aliran ini adalah aliran filsafat modern.
Inti dari aliran ini adalah :
a. Keber
adaan manusia betul-betul ada dan nyata
b. Setiap
individu menentukan dirinya sendiri
c. Individu
lebih penting keberadaannya dibandingkan dengan masyarakat
Adapun
pandangan aliran ini terhadap pendidikan jasmani adalah:
a. Kebebasan
untuk memilih
b. Banyak
variasi dalam beraktivitas
c. Permainan
merupakan produk dari perkembangan kreativitas
d. Proses
untuk mengetahui dirinya sendiri melalui aktivitas gerak
e. Guru
adalah seorang konsultan
B. Beberapa aliran
filsafat dalam pendidikan
Beberapa
aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan
pendidikan,misalnya,idealisme,realisme,pragmatisme,humanisme,behaviorisme, dan
konstruktivisme.
Aliran
idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk
membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan
pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia.
Aliran
realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat
dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri
dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat.
Pragmatisme
merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme,
dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran
melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan
pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan
priabdi dan masyarakat. Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus
ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya untuk aktualisasi
diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral.
Paham
behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus
dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan
behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku.
Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya,
mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Menurut
paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu
mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain
melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki
seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan
berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
E. MANFAAT FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
Manfaatnya
yaitu sebagai berikut :
w. Sebagai
dasar dalam bertindak.
w. Sebagai
dasar dalam mengambil keputusan.
w. Untuk
mengurangi salah paham dan konflik.
w. Untuk
bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
F. BEBERAPA AJARAN FILSAFAT YANG TELAH MENGISI
DAN TERSIMPAN DALAM KHASANAH ILMU
Ajaran
tersebut yaitu ;
w. Materialisme,
yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah.
Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme
memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
w. Idealisme
yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani
atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme
objektif.
w. Realisme.
Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan
hakitat yang asli dan abadi.
w. Pragmatisme
merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut)
tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia
G. FILSAFAT PENDIDIKAN
w. Pendidikan
adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
w. Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
w. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan.
w. Menurut
Filsafat pendidikan progresivisme, nilai
berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu
dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan.
w. Belajar
berfungsi untuk : mempertinggi taraf kehidupan sosial
yang sangat kompleks.
w. Kurikulum
yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap
waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
w. Esensialisme
berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur
dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh
idealisme modern dan idealisme subjektif .
H. ESENSIALISME dan perenialasme
w. Esensialisme
berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah
teruji ketangguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
w. Perenialisme
berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang
ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang
telah teruji.
w. Perenialisme
berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat
manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
I.
Pendidikan nasional
w. Pendidikan
nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan
yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang
bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita
nasionalnya.
w. Filsafat
pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan
teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan
dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita
bangsa dan negara Indonesia.
J.
MENGHUBUNGKAN KATA
PENDIDIKAN DAN OLAHRAGA
Filsafat
adalah seni berpikir. Oleh karena itu, Filsafat Olahraga merupakan perenungan
akan keterlibatan manusia dalam aktivitas jasmani. Mengkaji pendidikan jasmani
dan olahraga dari berbagai posisi pemikiran filsafat akan mendukung penjelasan
dan pemahaman tentang sifat, nilai, tujuan, signifikansi, dan cakupan
pendidikan jasmani dan olahraga serta dapat memahami cakupan wilayah studi
filsafat atau cabang filsafat (ontologi, epistemology, dan aksiologi) dan
aplikasi kajiannya dalam pendidikan jasmani dan olahraga.
· Ontologi
: yang mempertanyakan
tentang keberadaan sesuatu
· Epistemologi :
bagaimana mempertanyakan?
· Aksiologi
: nilai atau hikmah
Arti
Pendidikan itu sendiri adalah proses yang isinya harus mengarah kepada
pembinaan potensi rohaniah. Sebab rohaniah adalah sumber potensi bagi semua
kreasi manusia yang tercermin di dalam kebudayaan. Jadi ada saling keterkaitan
yang erat dan tidak mungkin dapat dipisahkan antara Filsafat dengan Penjas dan
Olahraga.
Pengaruh
dan sumbangsih Ilmu Filsafat pada Penjas dan Olahraga juga memiliki andil yang
besar dalam perkembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, yaitu melahirkan
ilmu-ilmu baru yang sangat berkaitan erat dan mendukung kemajuan penjas
dan olahraga itu sendiri.
Sebagai
salah satu contoh yaitu, dengan Filsafat maka dapat membantu menganalisis
prinsip-prinsip pendidikan jasmani dan olahraga beserta implikasinya terhadap
pengajaran dan pelatihan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perkembangannya, filsafat seringkali mengalami pasang dan surut pada
setiap periode. Masa pasang dan surut dalam tahap perkembangan filsafat
tersebut membuktikan bahwa filsafat sebagai kegiatan
olah fikir, tidak hanya tiba-tiba ada sebagai hasil pemikiran manusia sekarang,
namun itu merupakan hasil perkembangan olah fikir sejak zaman dahulu. Dari
hasil pemahaman perkembangan pasang surut filsafat sejak jaman yunani kuno
hingga jaman sekarang, dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa keberadaan
filsafat (akal) dan hati (agama) harus saling beriringan dan tidak saling
mengalahkan.kejayaan filsafat tanpa agama tidak akan membawa kehidupan yang
seimbang dalam masyarakat. Hal ini terbukti pada jaman yunani kuno dan awal
jaman modern. Demikian pula kemenangan agama tanpa filsafat juga tidak akan
membawa kedamaian. Hal ini terbukti pada masa abad ke 12/ 13 Masehi, dimana
kekuasaan didominasi kekuatan gereja. Jadi, peran filsafat dan agama secara
berimbang sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang
seimbang dan damai.
DAFTAR PUSTAKA
Id.wikipedia.org/wiki/filsafat-pendidikan/
http://www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar