TUGAS KELOMPOK
MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA
NAMA
KELOMPOK IV:
AIDIL
SYAPUTRA
ARIYANTO
FACTHUROCHIM
SLAMET
RIYADI
DOSEN
PEMBIMBING:
ADHE
SAPUTRA S.Pd, M.Pd
PENDIDIKAN
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2014/2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
-
LATAR
BELAKANG..........................................................................................1
-
RUMUSAN
MASALAH......................................................................................2
-
TUJUAN
MAKALAH..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3
-
PENGERTIAN
FILSAFAT..................................................................................3
-
OBJEK
DAN RUANG LUNGKUP FILSAFAT................................................11
-
KONSEP
JIWA DAN RAGA MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT.......16
BAB III PENUTUP.........................................................................................................20
-
KESIMPULAN
..................................................................................................20
-
SARAN...............................................................................................................20
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Setiap manusia dalam kehidupannya
memiliki filsafat, sekalipun ia
sendiri tidak
menyadari tentang hal tersebut. Untuk dapat mengatakan dan
mengerti apa itu
filsafat maka seseorang tidak harus seorang filsuf. Akan
tetapi untuk
dapat menyebabkan orang lain menghayati tentang filsafat,
memang haruslah
ia seorang filsuf.
Banyak orang yang menganggap bahwa
filsafat adalah sesuatu yang
menakutkan. Dan
bahkan dapat menyebabkan orang menjadi gila apabila
filsafat dipelajari
dengan serius. Sehingga sedikit orang yang berminat
mempelajarinya.
Akan tetapi, semua itu hanya merupakan sebuah mitos
seputar filsafat
yang tidak hanya beredar di kalangan awam saja. Sebagian
agamawanpun
berpandangan bahwa filsafat tidak menjanjikan kebenaran
mutlak, sehingga
filsafat tidak diperlukan. Mereka memegang erat-erat kitab
suci sebagai
pegangan hidup.
Namun, di sisi lain banyak pula orang
yang termenung pada suatu
waktu. Oleh
karena terdapat kejadian yang membingungkan dan kadang kadang
karena ingin
tahu maka mereka berfikir dengan sungguh-sungguh
tentang
soal-soal yang pokok.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
a. Pengertian
filsafat
b. Objek
dan Ruang lingkup kajian filsafat
c. Konsep
jiwa dan raga tubuh manusia
1.3 TUJUAN
PENULISAN MAKALAH
Adapun tujuan makalah ini di buat adalah
untuk sebagai berikut :
a. Memenuhi
tugas mata kuliah filsafat olahraga
b. Agar
dapat memahami konsep jiwa dan raga tubuh manusia dalam kajian filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
ISI
2.1
PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian filsafat dapat ditinjau dari
dua segi yakni secara etimologi dan terminologi :
1. Arti
secara etimologi
Kata filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa inggris di
kenal dengan istilah philoshopy dan
berasal dari nahsa yunani philoshophia.
kata philoshophia tersiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom) sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love
of wisdom) seorang filsafat adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
2. Arti
secara terminologi
Secara terminology filsafat sangat beragam,
baik dalam ungkapan maupun titik tekannya. Poedjawijanta mendefinisikan
filsafat sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran-pikiran belaka.
Plato mendefinisikan filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli (hakiki) dan murni., dan kata
Aristoteles filsafat adalah ilmu peengetahuan yang senantiasa berupaya mencari
prinsip-prinsip dan penyebab-penyeban dari realita yang ada. Secara umum
filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis,
radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses,
proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau
cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki
fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan
alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis
yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan
eksperimen-eksperimen, tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk
menggungkapkan masalah secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan
alasan yang tepat.
Pemahaman
yang mendorong timbulnya filsafat pada seseorang karena adanya sikap
heran atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan
jawaban dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran
yang mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan
untuk melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka
keinginan untuk mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan lebih
mudah.
Munculnya Filsafat
Filsafat,
terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri
kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak
yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta
sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa
diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki.
Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato,
dan Aristoteles. Sócrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid
Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah
“komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang
sangat besar pada sejarah filsafat.
Karakteristik Dasar Filsafat
Setidaknya
ada tiga karakteristik berpikir filsafat atau ciri dari filsafat, yakni:
- Berfikir Radikal atau menyeluruh,
Berfilsafat berarti berfikir secara radikal atau luas yang
meliputi beberapa sudut pandang. Para filosuf adalah para pemikir radikal,
sehingga mereka tidak akan pernah terpaku hanya kepada fenomena suatu identitas
atau realitas tertentu saja. Keradikalan berfikir mereka akan senantiasa
mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Radik atau akar
sebuah realitas memang selalu dianggap penting oleh mereka karena menemukan
akar atau radik tersebut membuat mereka paham akan sebuah realitas tersebut.
Berpikir radikal akan memperjelas realitas lewat penemuan dan pemahaman akan
realitas itu sendiri. Kegiatan berfikir untuk menemukan hakikat atau akar
seluruh sesuatu itu dilakukan secara mendalam (radikal).
- Mencari asas (dasar)
artinya dalam memandang realitas, filsafat senantiasa
mencari asas (dasar) yang paling hakiki dari keseluruhan realitas yang ada
melalui pemikiran yang mendalam sampai pada hasil yang fundamental. Hasil
pemikiran tersebut dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-masalah
keilmuan (sains).
- Memburu kebenaran (berspekulatif)
artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi
pemikiran-pemikiran selanjutnya dan hasil pemikirannya selalu dimaksudkan
sebagai media garapan (objek) yang baru pula. Berfilsafat berarti memburu
kebenaran yang hakiki tentang sesuatu. Kebenaran yang diburu merupakan
kebenaran hakiki yang tidak meragukan dan dapat dipertanggung jawabkan, maka
setiap kebenaran harus senantiasa terbuka agar dapat diteliti ulang oleh filsuf
yang lain untuk mencari kebenaran yang lebih hakiki.
Sir
Isacc Newton, seorang ilmuwan yang sangat terkenal,President of the Royal
Society memiliki ketiga karakteristik ini. Ada banyak penyempurnaan
penemuan-penemuan ilmuwan sebelumnya yang dilakukannya. Dalam pencariannya akan
ilmu, Newton tidak hanya percaya pada kebenaran yang sudah ada (ilmu pada saat
itu). Ia menggugat (meneliti ulang) hasil penelitian terdahulu seperti logika
aristotelian tentang gerak dan kosmologi, atau logika cartesian tentang materi
gerak, cahaya, dan struktur kosmos. “Saya tidak mendefenisikan ruang, tempat,
waktu dan gerak sebagaimana yang diketahui banyak orang” ujar Newton. Bagi
Newton tak ada keparipurnaan, yang ada hanya pencarian yang dinamis, selalu
mungkin berubah dan tak pernah selesai. “ku tekuni sebuah subjek secara terus
menerus dan ku tunggu sampai cahaya fajar pertama datang perlahan, sedikit demi
sedikit sampai betul-betul terang”.
Metode Kajian Filsafat
Metode
berasal dari bahasa Yunani, methodeuo yang diambil dari kata methodos,
artinya mengikuti jejak, mengusut, menyelidiki dan meneliti, akar katanya
adalah meta (dengan) dan hodos (jalan). Dalam hubungan dengan
kegiatan yang bersifat ilmiah, metode berarti cara kerja teratur dan sistematis
yang digunakan untuk memahami suatu obyek yang dipermasalahkan, yang merupakan
sasaran dari bidang ilmu tertentu. Metode tidak sekedar menyusun dan
menghubungkan bagian-bagian pemikiran yang terpisah-pisah, melainkan juga
merupakan alat paling utama dalam proses dan perkembangan ilmu pengetahuan
sejak dari awal penelitian hingga mencapai pemahaman baru dan kebenaran ilmiah
yang dapat dipertanggung jawabkan.
Kegiatan
kefilsafatan merupakan kegiatan berfikir yang dilakukan dengan melakukan
perenungan-perenungan untuk menyusun suatu bagan secarra konseptual, artinya
dalam mencari permasalahan harus dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
memiliki hubungan antara stu dengan yang lain secara logis dan harus memberikan
penjelasan tentang pandangan dunia. Kerangka berfikir filsafat terdiri dari
analisis dan sintesis. Analisis dalam kegiatan filsafat digunakan utuk
melakukan pemeriksaan secara konseptual terhadap makna dan istilah yang
dipergunakan dalam pernyataan yang kita buat. Dengan analisis, kita dapat
memperoleh makna yang baru dan mengujinya dengan berbagai contoh-contoh, seperti;
apakah impian itu sesuatu yang nyata?. Sedangkan Sintesis merupakan upaya yang
dilakukan untuk mencari kesatuan dalam keberagaman, yaitu mengumpulkan suatu
pengetahuan atau keterangan sebanyak-banyaknya karena hasilnya akan lebih baik
dan akurat. Dalam bidang filsafat terdapat beberapa metode. Metode sering
diartikan sebagai jalan berfikir dalam bidang keilmuan. Metode dalam bidang
filsafat adalah:
- Metode kritis, yaitu bersifat analisis istilah dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan dengan jalan bertanya atau dialog secara terus-menerus kemudian di temukan kesimpulan yang hakiki. Dengan metode ini, Socrates menemukan logika induksi dan definisi. Logika induksi merupakan pemikiran yang bertolak dari pengetahuan khusus (contoh konkrit) lalu memberikan kesimpulan yang umum.
- Metode intuitif, Dengan jalan instrospeksi dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan pembersihan. Intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pikiran.
- Metode Analisis Abstraksi, yaitu dengan cara memisah-misahkan atau menganalisis didalam angan-angan(didalam pikiran) hingga sampai pada hakikat (ditemukannya jawaban).
Cabang-cabang Filsafat
Filsafat
sesungguhnya mencakup seluruh ilmu pengetahuan, kamudian berkembang menjadi
semakin rasional dan sistematis. masalah-masalah pokok yang dihadapi filsafat
tak pernah berkurang. Karena banyaknya masalah pokok yang harus dibahas dan
dipecahkan, filsafat pun dibagi ke dalam bidang-bidang studi atau beberapa
cabang.
Aristoteles
membagi filsafat kedalam tiga bidang studi yaitu: 1) Filsafat spekulatif
atau teoretis, yakni suatu cabang filsafat yang bersifat obyektif.
Termasuk di dalamnya adalah fisika metafisika, biopsikologi dan sebagainya.
Tujuan utama filsafat ini adalah pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. 2) Filsafat
Praktis, yakni filsafat yang memberi petunjuk dan pedoman bagi tingkah laku
manusia yang baik dan sebagaimana mestinya, termasuk di dalamnya adalah etika
dan politik. Sasaran terpenting bagi filsafat praktis ini adalah membentuk
sikap dan perilaku yang akan memampukan manusia untuk bertindak dalam terang
pengetahuan itu. 3) Filsafat Produktif, yaitu pengetahuan atau filsafat
yang membimbing dan menuntun manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan
khusus, termasuk di dalamnya adalah kritik sastra, retorika dan estetika.
Adapun sasaran utama yang hendak dicapai lewat filsafat ini adalah agar manusia
sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam
terang pengetahuan yang benar.
Wil
Durant dalam bukunya yang berjudul the story of philosophy mengemukakan lima
bidang studi filsafat, yaitu: 1) Logika, yakni studi tentang metode
berfikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi,
deduksi dn induksi, hipotesis dan eksperimen serta analisis dan sintesis. 2) Estetika
atau disebut juga filsafat seni (philosophy of art), yakni filsafat yang
membahas tentang bentuk ideal dan keindahan. 3) Etika, yaitu filsafat
tentang studi perilaku ideal. 4) Politika, yaitu studi tentang
organisasi sosial yang ideal, yakni tentang monarki, aristokrasi, demokrasi
sosialisme, anarkisme dan sebagainya. 5) Metafisika. Metafisika ini
terdiri dari ontologi, filsafat psikologi dan epitemologi.
Filsafat dianggap sebagai suatu sumber dari segala kebenaran
yang mengharapkan kebenaran atas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan hidup.
Tetapi ada juga anggapan yang mengatakan bahwa itu merupakan omongan kosong
belaka yang tidak ada artinya bagi kehidupan. Berbicara mengenai manfaat dan
kegunaan filsafat tidak dapat dipisahkan dengan relevansi dalam kehidupan kita.
Melalui pemikiran filsafat, dapat dirumuskan beberapa kegunaannya bagi kita,
yaitu:
- Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan. karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pemikiran yang lebih luas. Filsafat dipelajari sebagai ilmu yang berawal dari permasalahan dan memiliki tugas untuk mempelajari, mendalami dan akhirnya mencoba untuk menanggapi masalah tersebut.
- Dasar semua tindakan adalah ide. Filsafat memuat ide-ide yang fundamental yang akan membawa manusia kearah suatu kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya sehingga dapat lebih hidup, lebih tangguh terhadap diri dan lingkungannya, serta hak dan kewajibannya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya.
- Filsafat mengarahkan kepada kebenaran. Untuk mencapai kebenaran diperlukan banyak refleksi tentang hidup. Melalui refleksi kita dilatih untuk berfikir cermat, kritis dan mendalam. Dengan berfilsafat maka kita dilatih untuk berfikir kritis dan melihat situasi konkrit secara positif dan terbuka dalam menyelesaikan masalah secara dewasa.
- Filsafat dan pembentukan sikap. Melalui filsafat kita dapat melibatkan diri secara penuh dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Disini kita dapat mengambil dan memilih pandangan-pandangan filosofis tertentu tergantung pengalaman-pengalaman konkrit dalam hidup. Kita juga dapat melibatkan diri dalam berbagai kajian dan telaah filosofis melalui aktivitas intelektual.
- Filsafat merupakan suatu keinginan yang mendalam untuk mendapatkan cinta dan kebijaksanaan. Dengan berfilsafat, manusia dapat berfikir dengan teliti dan teratur untuk memecahkan problem-problem dan memandang masalah dari sudut pandang yang hakiki. Maka dari itu filsafat pada hakikatnya mengemukakan pandangannya yang bersifat akar dari ilmu yang lain.
- Semakin berkembangnya ilmu, kita mempelajari bahwa bahwa baik asumsi, hukum alam, dan ilmu itu tidak bersifat mutlak atau absolut universal. Ilmu memang mengikuti hukum alam dengan pola tertentu namun kesemuanya itu bersifat probabilistik.
- Dalam mengembangkan ilmu, kita harus bertolak dengan mempunyai asumsi/anggapan yang sama mengenai hukum-hukum alam dan objek yang akan ditelaah oleh ilmu baik itu dalam ilmu alam ataupun ilmu-ilmu sosial. Ilmu alam membahas asumsi mengenai zat, ruang dan waktu. Ilmu sosial mengedepankan membahas asumsi mengenai manusia.
Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber
pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial
dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan
manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk
monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara
total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya memuat sekaligus sebagai sumber
penjelmaan bermacam – macam filsafat sebagai berikut :
a.
Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
b.
Manusia dengan unsur rasanya dapat melahirkan filsafat keindahan
(estetika).
c.
Manusia dengan unsur monodualismenya (kesatuan jiwa dan raganya) dapat
melahirkan filsafat antropologi.
d.
Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat
ketuhanan.
e.
Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan
filsafat sosial.
f.
Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir
(logika).
g.
Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk dapat
melahirkan filsafat tingkah laku (etika).
h.
Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
i.
Manusia dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai
(aksiologi)
j.
Manusia dengan dan sebagai warga negara dapat melahirkan filsafat negara.
k.
Manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap supernatural dapat melahirkan
filsafat agama.
Filsafat sebagai pandangan hidup (Weltsanschaung) merupakan suatu
pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari – hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan –
persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pandangan hidupnya itu akan tercermin
di dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara tersebut akan muncul
apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.
2.2
OBJEK DAN RUANG LINGKUP KAJIAN FILSAFAT
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan.
Objek yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada.
”Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff, yaitumeliouti
segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia.
Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka manusia
sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada menurut akal piirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari
keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan
menjadi dua, yaitu objek material dan forma. Objek material ini banyak yang
sama dengan objek material sains. Sains memiliki objek material yang empiris.
Filsafat menyelidiki onjek filsafat itu juga tetapi bukan bagian yang empiris
melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek forma filsafat tiada lain ialah
mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi filsafat (yakni
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Dari uraian yang tertera diatas, maka jelaslah bahwa:
1.
Objek materia filsafat ialah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga
persoalan pokok, yakni:
a.
Hakekat Tuhan
b.
Hakekat Alam, dan
c.
Hakekat Manusia.
2. Objek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan
secara radikal (sedalam-dalamnya
sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).
Penyelidikan dan Pembagian Filsafat
Menurut Objeknya
Dalam buku Filsafat
Agama: Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr. H. Hamzah Ya’qub dikatakan
bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya. Di sinilah
diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang menjadi
penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
a.
Ada Umum
Adalah menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam
realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa
Erops, Ada Umum ini disebut “Ontologia”
yang berasal dari kata Yunani “Onontos”
yang berarti ada dan dalam bahasa arab sering menggunakan Untulugia dan ilmu kainat.
b.
Ada Mutlak
Adalah sesuatu yang secara mutlak yakni zat yang wajib
adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak
berpermulaan dan tidak berpenghabisan dan harus terus ada, karena adanya dengan
pasti. Ia merupakan asal segala sesuatu. Ini disebut Tuhan. Dalam bahasa Yunani
disebut “Theodicea” dan dalam bahasa
arab “Ilah atau Allah.
c.
Comologia
Yaitu filsafat yang mencari hakikat alam, dipelajari apakah
sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang
menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu
karena dimungkinkan Allah. Ada tidak mutlak, mungkin ada dan mungkin lenyap
sewaktu-waktu pada suatu masa.
d.
Antropologia
Antropolgia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk ada
yang tidak mutlak, maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu
sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya.
Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropolgia.
e.
Etika
Adalah filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia.
Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku
manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
f.
Logika
Logika ialah filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah yang terpenting
dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang
logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa
akal budi maka tidak akan ada penyelidikan. Oleh karena itu, dipersoalkan
apakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari
kebenaran. Dengan segera timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan sampai
dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan
akal budi itu disebut Filsafat Akal Budi atau
Logika. Penyelidikan bahan dan aturan
brpikir disebut ilogica minor, adapun
yang menyelidiki isi berpikir disebut logica
mayor. Filsafat akal budi ini
disebut Epistimologi dan ada pula yang menyebut Critia, sebab akal yang menyelidiki akal.
Adapun objek Filsafat Islam ialah objek kajian filsafat pada umumnya yaitu realitas, baik yang
material maupun yang ghaib. Perbedaanya terletak pada subjek yang mempunyai komitmen Qur’anik. Dalam hubungan ini
objek kajian filsafat dalam tema besar adalah Tuhan, alam, manusia dan
kebudayaan. Tema besar itu hendaknya dapat dijabarkan lebih spesifik sesuai dengan perkembangan
zaman, sehingga dapat ditarik benang merah dari perkembangan sejarah pemikiran
kefilsafatan yang hingga sekarang. Setiap zaman mempunyai semangatnya
sendiri-sendiri.
Perlu
kita ketahui, hingga saat ini filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga
menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Beberapa
filusuf memberikan pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu. Diantara
filusuf-filusuf tersebut adalah:
a. Pater Anggeles
Sebagaimana
dikutip Liang Gie, dalam bukunya Dictionary of Philosohy, Pater Anggeles
membagi empat konsentrasi utama dalam filsafat ilmu :
1. Telaah mengenai beberaa konsep, pra anggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan dan penyusunannya untuk mendatakan pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangannya.
3. Telaah mengenai saling keterkaitan antara berbagai macam ilmu.
4. Telaah mengenai berbagai akibat pengtahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar manusia.
b. Cornelius Benjamin
Dalam pandangannya, pokok-pokok asal filsafat ilmu dibagi dalam tiga bidang, meliputi:
1. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari system berlambang ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang tanda.
2. Penjelasan mengenai konsep dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional dan ragmatis yang menjadi tempat tumpuannya.
3. Aneka telaah mengenai saling keterkaitan diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti idealisme, materialime, monisme dan pluralisme.
c. Arthur Danto
beliau menyimpulakan bahwa lingkupan filsafat ilmu mencakup:
1. Persoalan-persoalan konsep yang memiliki kaitan erat dengan ilmu itu sendiri sehingga pemecahannya dapat seketika dipandang sebagai sumbangan kepada ilmu dari pada kepada filsafat.
2. Persoalan-persoalan umum dengan pertalian umum yang filsafati sehingga pemecahannya merupakan suatu sumbangan kepada metafisika atau epistimologi seperti kepada filsafat ilmu yang sesungguhnya.
d. Israel Scheffier
Filsafat ilmu yang mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu, cakupannya ada tiga bidang, yaitu:
1. Peran ilmu dalam masyarakat, yang menelaah hubungan-hubungan antara faktor-faktor kemasyarakatan dan ide-ide ilmiah.
2. Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu, berusaha melukiskan asal mula dan struktur alam semesta menurut teori-teori yang terbaik dan penemuan-penemuan dalam kosmologi.
3. Landasan-landasan ilmu, menyelidiki metode umum, bentuk logis, cara penyimpulan, dan konsep dasar ilmu-ilmu.
e. Ensiklopedia Britanica,
Merangkum tentang cakupan filsafat ilmu sebagai berikut:
1. Sifat dasar dan lingkup filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang ilmu lain, aneka ragam soal dan metode-metode hampiran terhadap filsafat ilmu.
2. Berdasarkan sisi histories.
3. Unsur-unsur sisi ilmiah.
4. Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah, meliputi penemuan ilmiah, pembuktian keabsahan dan pembenaran dari konsep dan teori baru, dan penyatuan teori-teori dan konsep-konsep ilmu yang terpisah.
5. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah, yang terdiri dari: kedudukan proporsi ilmiah dan konsep entitas, hubungan antara analisis filsafati dan praktek ilmiah.
6. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman dan soal manusia.
f. Noeng Muhadjir
Dalam bukunya Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernimisme. Mengemukakan bahwa obyek studi filsafat minimal terdiri atas dua hal yang substansif, meliuti kenyataan dan kebenaran dan dua hal yang instrumentatif, meliputi konfirmasi dan logika inferensi.
Dengan memperhatikan perkembangan filsafat ilmu dewasa ini, John Loosee, seorang fisuf pengamat sejarah menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat dikelompokkan menjadi empat konsepsi:
1. Filsafat ilmu yang berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.
2. Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan pra-anggapan dan kecenderungan ilmuan.
3. Filsafat ilmu sebagai cabang pengetahuan yang menganalisis konsep dan teori dari ilmu.
4. Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis yang menelaah ilmu sebagai sasarannya
1. Telaah mengenai beberaa konsep, pra anggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan dan penyusunannya untuk mendatakan pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangannya.
3. Telaah mengenai saling keterkaitan antara berbagai macam ilmu.
4. Telaah mengenai berbagai akibat pengtahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar manusia.
b. Cornelius Benjamin
Dalam pandangannya, pokok-pokok asal filsafat ilmu dibagi dalam tiga bidang, meliputi:
1. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari system berlambang ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang tanda.
2. Penjelasan mengenai konsep dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional dan ragmatis yang menjadi tempat tumpuannya.
3. Aneka telaah mengenai saling keterkaitan diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti idealisme, materialime, monisme dan pluralisme.
c. Arthur Danto
beliau menyimpulakan bahwa lingkupan filsafat ilmu mencakup:
1. Persoalan-persoalan konsep yang memiliki kaitan erat dengan ilmu itu sendiri sehingga pemecahannya dapat seketika dipandang sebagai sumbangan kepada ilmu dari pada kepada filsafat.
2. Persoalan-persoalan umum dengan pertalian umum yang filsafati sehingga pemecahannya merupakan suatu sumbangan kepada metafisika atau epistimologi seperti kepada filsafat ilmu yang sesungguhnya.
d. Israel Scheffier
Filsafat ilmu yang mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu, cakupannya ada tiga bidang, yaitu:
1. Peran ilmu dalam masyarakat, yang menelaah hubungan-hubungan antara faktor-faktor kemasyarakatan dan ide-ide ilmiah.
2. Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu, berusaha melukiskan asal mula dan struktur alam semesta menurut teori-teori yang terbaik dan penemuan-penemuan dalam kosmologi.
3. Landasan-landasan ilmu, menyelidiki metode umum, bentuk logis, cara penyimpulan, dan konsep dasar ilmu-ilmu.
e. Ensiklopedia Britanica,
Merangkum tentang cakupan filsafat ilmu sebagai berikut:
1. Sifat dasar dan lingkup filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang ilmu lain, aneka ragam soal dan metode-metode hampiran terhadap filsafat ilmu.
2. Berdasarkan sisi histories.
3. Unsur-unsur sisi ilmiah.
4. Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah, meliputi penemuan ilmiah, pembuktian keabsahan dan pembenaran dari konsep dan teori baru, dan penyatuan teori-teori dan konsep-konsep ilmu yang terpisah.
5. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah, yang terdiri dari: kedudukan proporsi ilmiah dan konsep entitas, hubungan antara analisis filsafati dan praktek ilmiah.
6. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman dan soal manusia.
f. Noeng Muhadjir
Dalam bukunya Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernimisme. Mengemukakan bahwa obyek studi filsafat minimal terdiri atas dua hal yang substansif, meliuti kenyataan dan kebenaran dan dua hal yang instrumentatif, meliputi konfirmasi dan logika inferensi.
Dengan memperhatikan perkembangan filsafat ilmu dewasa ini, John Loosee, seorang fisuf pengamat sejarah menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat dikelompokkan menjadi empat konsepsi:
1. Filsafat ilmu yang berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.
2. Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan pra-anggapan dan kecenderungan ilmuan.
3. Filsafat ilmu sebagai cabang pengetahuan yang menganalisis konsep dan teori dari ilmu.
4. Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis yang menelaah ilmu sebagai sasarannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar