Rabu, 11 Februari 2015

FILSAFAT OLAHRAGA


TUGAS KELOMPOK
MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA


NAMA KELOMPOK IV:
AIDIL SYAPUTRA
ARIYANTO
FACTHUROCHIM
SLAMET RIYADI

DOSEN PEMBIMBING:
ADHE SAPUTRA S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014/2015



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
-          LATAR BELAKANG..........................................................................................1
-          RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
-          TUJUAN MAKALAH..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3
-          PENGERTIAN FILSAFAT..................................................................................3
-          OBJEK DAN RUANG LUNGKUP FILSAFAT................................................11
-          KONSEP JIWA DAN RAGA MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT.......16
BAB III PENUTUP.........................................................................................................20
-          KESIMPULAN ..................................................................................................20
-          SARAN...............................................................................................................20


 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
      Setiap manusia dalam kehidupannya memiliki filsafat, sekalipun ia
sendiri tidak menyadari tentang hal tersebut. Untuk dapat mengatakan dan
mengerti apa itu filsafat maka seseorang tidak harus seorang filsuf. Akan
tetapi untuk dapat menyebabkan orang lain menghayati tentang filsafat,
memang haruslah ia seorang filsuf.
      Banyak orang yang menganggap bahwa filsafat adalah sesuatu yang
menakutkan. Dan bahkan dapat menyebabkan orang menjadi gila apabila
filsafat dipelajari dengan serius. Sehingga sedikit orang yang berminat
mempelajarinya. Akan tetapi, semua itu hanya merupakan sebuah mitos
seputar filsafat yang tidak hanya beredar di kalangan awam saja. Sebagian
agamawanpun berpandangan bahwa filsafat tidak menjanjikan kebenaran
mutlak, sehingga filsafat tidak diperlukan. Mereka memegang erat-erat kitab
suci sebagai pegangan hidup.
      Namun, di sisi lain banyak pula orang yang termenung pada suatu
waktu. Oleh karena terdapat kejadian yang membingungkan dan kadang kadang
karena ingin tahu maka mereka berfikir dengan sungguh-sungguh
tentang soal-soal yang pokok.







1.2    RUMUSAN MASALAH
a.       Pengertian filsafat
b.      Objek dan Ruang lingkup kajian filsafat
c.       Konsep jiwa dan raga tubuh manusia


1.3    TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Adapun tujuan makalah ini di buat adalah untuk sebagai berikut :
a.       Memenuhi tugas mata kuliah filsafat olahraga
b.      Agar dapat memahami konsep jiwa dan raga tubuh manusia dalam kajian filsafat

 
















BAB II
PEMBAHASAN
ISI
2.1 PENGERTIAN FILSAFAT
     Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi :
1.      Arti secara etimologi
Kata filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah philoshopy dan berasal dari nahsa yunani philoshophia. kata philoshophia tersiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom) sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) seorang filsafat adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
2.      Arti secara terminologi
Secara terminology filsafat sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekannya. Poedjawijanta mendefinisikan filsafat sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran-pikiran belaka.
 Plato mendefinisikan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli (hakiki) dan murni., dan kata Aristoteles filsafat adalah ilmu peengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyeban dari realita yang ada. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis, radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses, proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan                                                            
 alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen, tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Pemahaman yang mendorong timbulnya filsafat  pada seseorang karena adanya sikap heran atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan jawaban dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran yang mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan untuk melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka keinginan untuk mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan lebih mudah.
Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Sócrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.


    Karakteristik Dasar Filsafat
Setidaknya ada tiga karakteristik berpikir filsafat atau ciri dari filsafat, yakni:
  1. Berfikir Radikal atau menyeluruh,
Berfilsafat berarti berfikir secara radikal atau luas yang meliputi beberapa sudut pandang. Para filosuf adalah para pemikir radikal, sehingga mereka tidak akan pernah terpaku hanya kepada fenomena suatu identitas atau realitas tertentu saja. Keradikalan berfikir mereka akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Radik atau akar sebuah realitas memang selalu dianggap penting oleh mereka karena menemukan akar atau radik tersebut membuat mereka paham akan sebuah realitas tersebut. Berpikir radikal akan memperjelas realitas lewat penemuan dan pemahaman akan realitas itu sendiri. Kegiatan berfikir untuk menemukan hakikat atau akar seluruh sesuatu itu dilakukan secara mendalam (radikal).
  1. Mencari asas (dasar)
artinya dalam memandang realitas, filsafat senantiasa mencari asas (dasar) yang paling hakiki dari keseluruhan realitas yang ada melalui pemikiran yang mendalam sampai pada hasil yang fundamental. Hasil pemikiran tersebut dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-masalah keilmuan (sains).
  1. Memburu kebenaran (berspekulatif)
artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya dan hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai media garapan (objek) yang baru pula. Berfilsafat berarti memburu kebenaran yang hakiki tentang sesuatu. Kebenaran yang diburu merupakan kebenaran hakiki yang tidak meragukan dan dapat dipertanggung jawabkan, maka setiap kebenaran harus senantiasa terbuka agar dapat diteliti ulang oleh filsuf yang lain untuk mencari kebenaran yang lebih hakiki.
Sir Isacc Newton, seorang ilmuwan yang sangat terkenal,President of the Royal Society memiliki ketiga karakteristik ini. Ada banyak penyempurnaan penemuan-penemuan ilmuwan sebelumnya yang dilakukannya. Dalam pencariannya akan ilmu, Newton tidak hanya percaya pada kebenaran yang sudah ada (ilmu pada saat itu). Ia menggugat (meneliti ulang) hasil penelitian terdahulu seperti logika aristotelian tentang gerak dan kosmologi, atau logika cartesian tentang materi gerak, cahaya, dan struktur kosmos. “Saya tidak mendefenisikan ruang, tempat, waktu dan gerak sebagaimana yang diketahui banyak orang” ujar Newton. Bagi Newton tak ada keparipurnaan, yang ada hanya pencarian yang dinamis, selalu mungkin berubah dan tak pernah selesai. “ku tekuni sebuah subjek secara terus menerus dan ku tunggu sampai cahaya fajar pertama datang perlahan, sedikit demi sedikit sampai betul-betul terang”.
Metode Kajian Filsafat
Metode berasal dari bahasa Yunani, methodeuo yang diambil dari kata methodos, artinya mengikuti jejak, mengusut, menyelidiki dan meneliti, akar katanya adalah meta (dengan) dan hodos (jalan). Dalam hubungan dengan kegiatan yang bersifat ilmiah, metode berarti cara kerja teratur dan sistematis yang digunakan untuk memahami suatu obyek yang dipermasalahkan, yang merupakan sasaran dari bidang ilmu tertentu. Metode tidak sekedar menyusun dan menghubungkan bagian-bagian pemikiran yang terpisah-pisah, melainkan juga merupakan alat paling utama dalam proses dan perkembangan ilmu pengetahuan sejak dari awal penelitian hingga mencapai pemahaman baru dan kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan.
Kegiatan kefilsafatan merupakan kegiatan berfikir yang dilakukan dengan melakukan perenungan-perenungan untuk menyusun suatu bagan secarra konseptual, artinya dalam mencari permasalahan harus dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang memiliki hubungan antara stu dengan yang lain secara logis dan harus memberikan penjelasan tentang pandangan dunia. Kerangka berfikir filsafat terdiri dari analisis dan sintesis. Analisis dalam kegiatan filsafat digunakan utuk melakukan pemeriksaan secara konseptual terhadap makna dan istilah yang dipergunakan dalam pernyataan yang kita buat. Dengan analisis, kita dapat memperoleh makna yang baru dan mengujinya dengan berbagai contoh-contoh, seperti; apakah impian itu sesuatu yang nyata?. Sedangkan Sintesis merupakan upaya yang dilakukan untuk mencari kesatuan dalam keberagaman, yaitu mengumpulkan suatu pengetahuan atau keterangan sebanyak-banyaknya karena hasilnya akan lebih baik dan akurat. Dalam bidang filsafat terdapat beberapa metode. Metode sering diartikan sebagai jalan berfikir dalam bidang keilmuan. Metode dalam bidang filsafat adalah:
  1. Metode kritis, yaitu bersifat analisis istilah dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan dengan jalan bertanya atau dialog secara terus-menerus kemudian di temukan kesimpulan yang hakiki. Dengan metode ini, Socrates menemukan logika induksi dan definisi. Logika induksi merupakan pemikiran yang bertolak dari pengetahuan khusus (contoh konkrit) lalu memberikan kesimpulan yang umum.
  2. Metode intuitif, Dengan jalan instrospeksi dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan pembersihan. Intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pikiran.
  3. Metode Analisis Abstraksi, yaitu dengan cara memisah-misahkan atau menganalisis didalam angan-angan(didalam pikiran) hingga sampai pada hakikat (ditemukannya jawaban).
  Cabang-cabang Filsafat
Filsafat sesungguhnya mencakup seluruh ilmu pengetahuan, kamudian berkembang menjadi semakin rasional dan sistematis. masalah-masalah pokok yang dihadapi filsafat tak pernah berkurang. Karena banyaknya masalah pokok yang harus dibahas dan dipecahkan, filsafat pun dibagi ke dalam bidang-bidang studi atau beberapa cabang.
Aristoteles membagi filsafat kedalam tiga bidang studi yaitu: 1) Filsafat spekulatif atau teoretis, yakni suatu cabang filsafat yang bersifat obyektif. Termasuk di dalamnya adalah fisika metafisika, biopsikologi dan sebagainya. Tujuan utama filsafat ini adalah pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. 2) Filsafat Praktis, yakni filsafat yang memberi petunjuk dan pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya, termasuk di dalamnya adalah etika dan politik. Sasaran terpenting bagi filsafat praktis ini adalah membentuk sikap dan perilaku yang akan memampukan manusia untuk bertindak dalam terang pengetahuan itu. 3) Filsafat Produktif, yaitu pengetahuan atau filsafat yang membimbing dan menuntun manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus, termasuk di dalamnya adalah kritik sastra, retorika dan estetika. Adapun sasaran utama yang hendak dicapai lewat filsafat ini adalah agar manusia sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam terang pengetahuan yang benar.
Wil Durant dalam bukunya yang berjudul the story of philosophy mengemukakan lima bidang studi filsafat, yaitu: 1) Logika, yakni studi tentang metode berfikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dn induksi, hipotesis dan eksperimen serta analisis dan sintesis. 2) Estetika atau disebut juga filsafat seni (philosophy of art), yakni filsafat yang membahas tentang bentuk ideal dan keindahan. 3) Etika, yaitu filsafat tentang studi perilaku ideal. 4) Politika, yaitu studi tentang organisasi sosial yang ideal, yakni tentang monarki, aristokrasi, demokrasi sosialisme, anarkisme dan sebagainya. 5) Metafisika. Metafisika ini terdiri dari ontologi, filsafat psikologi dan epitemologi.
  Filsafat dianggap sebagai suatu sumber dari segala kebenaran yang mengharapkan kebenaran atas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan hidup. Tetapi ada juga anggapan yang mengatakan bahwa itu merupakan omongan kosong belaka yang tidak ada artinya bagi kehidupan. Berbicara mengenai manfaat dan kegunaan filsafat tidak dapat dipisahkan dengan relevansi dalam kehidupan kita. Melalui pemikiran filsafat, dapat dirumuskan beberapa kegunaannya bagi kita, yaitu:
  1. Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan. karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pemikiran yang lebih luas. Filsafat dipelajari sebagai ilmu yang berawal dari permasalahan dan memiliki tugas untuk mempelajari, mendalami dan akhirnya mencoba untuk menanggapi masalah tersebut.
  2. Dasar semua tindakan adalah ide. Filsafat memuat ide-ide yang fundamental yang akan membawa manusia kearah suatu kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya sehingga dapat lebih hidup, lebih tangguh terhadap diri dan lingkungannya, serta hak dan kewajibannya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya.
  3. Filsafat mengarahkan kepada kebenaran. Untuk mencapai kebenaran diperlukan banyak refleksi tentang hidup. Melalui refleksi kita dilatih untuk berfikir cermat, kritis dan mendalam. Dengan berfilsafat maka kita dilatih untuk berfikir kritis dan melihat situasi konkrit  secara positif dan terbuka dalam menyelesaikan masalah secara dewasa.
  4. Filsafat dan pembentukan sikap. Melalui filsafat kita dapat melibatkan diri secara penuh dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Disini kita dapat mengambil dan memilih pandangan-pandangan filosofis tertentu tergantung pengalaman-pengalaman konkrit dalam hidup. Kita juga dapat melibatkan diri dalam berbagai kajian dan telaah filosofis melalui aktivitas intelektual.
  5. Filsafat merupakan suatu keinginan yang mendalam untuk mendapatkan cinta dan kebijaksanaan. Dengan berfilsafat, manusia dapat berfikir dengan teliti dan teratur untuk memecahkan problem-problem  dan memandang masalah dari sudut pandang yang hakiki. Maka dari itu filsafat pada hakikatnya mengemukakan pandangannya yang bersifat akar dari ilmu yang lain.
  6. Semakin berkembangnya ilmu, kita mempelajari bahwa bahwa baik asumsi, hukum alam, dan ilmu itu tidak bersifat mutlak atau absolut universal. Ilmu memang mengikuti hukum alam dengan pola tertentu namun kesemuanya itu bersifat probabilistik.
  7. Dalam mengembangkan ilmu, kita harus bertolak dengan mempunyai asumsi/anggapan yang sama mengenai hukum-hukum alam dan objek yang akan ditelaah oleh ilmu baik itu dalam ilmu alam ataupun ilmu-ilmu sosial. Ilmu alam membahas asumsi mengenai zat, ruang dan waktu. Ilmu sosial mengedepankan membahas asumsi mengenai manusia.
Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam – macam filsafat sebagai berikut :
a.      Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
b.     Manusia dengan unsur rasanya dapat melahirkan filsafat keindahan (estetika).
c.      Manusia dengan unsur monodualismenya (kesatuan jiwa dan raganya) dapat melahirkan filsafat antropologi.
d.     Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan.
e.      Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan filsafat sosial.
f.      Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir (logika).
g.     Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk dapat melahirkan filsafat tingkah laku (etika).
h.     Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
i.       Manusia dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi)
j.       Manusia dengan dan sebagai warga negara dapat melahirkan filsafat negara.
k.     Manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap supernatural dapat melahirkan filsafat agama.
Filsafat sebagai pandangan hidup (Weltsanschaung) merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari – hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan – persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pandangan hidupnya itu akan tercermin di dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara tersebut akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.
2.2 OBJEK DAN RUANG LINGKUP KAJIAN FILSAFAT
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada. ”Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff, yaitumeliouti segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dan mungkin ada menurut akal piirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan forma. Objek material ini banyak yang sama dengan objek material sains. Sains memiliki objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki onjek filsafat itu juga tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek forma filsafat tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Dari uraian yang tertera diatas, maka jelaslah bahwa:
1.      Objek materia filsafat ialah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok, yakni:
                   a.       Hakekat Tuhan
                   b.      Hakekat Alam, dan
                   c.       Hakekat Manusia.
     2.      Objek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).

      Penyelidikan dan Pembagian Filsafat Menurut Objeknya
Dalam buku Filsafat Agama: Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr. H. Hamzah Ya’qub dikatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya. Di sinilah diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang menjadi penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
      

      a.      Ada Umum
Adalah menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Erops, Ada Umum ini disebut “Ontologia” yang berasal dari kata Yunani “Onontos” yang berarti ada dan dalam bahasa arab sering menggunakan Untulugia dan ilmu kainat.
        b.      Ada Mutlak
Adalah sesuatu yang secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan dan harus terus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal segala sesuatu. Ini disebut Tuhan. Dalam bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam bahasa arab “Ilah atau Allah.
       c.       Comologia
Yaitu filsafat yang mencari hakikat alam, dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. Ada tidak mutlak, mungkin ada dan mungkin lenyap sewaktu-waktu pada suatu masa.
      d.      Antropologia
Antropolgia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk ada yang tidak mutlak, maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya. Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropolgia.
      e.       Etika
Adalah filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
      f.       Logika
Logika ialah filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi maka tidak akan ada penyelidikan. Oleh karena itu, dipersoalkan apakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran. Dengan segera timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan akal budi itu disebut Filsafat Akal Budi atau Logika. Penyelidikan bahan dan aturan brpikir disebut ilogica minor, adapun yang menyelidiki isi berpikir disebut logica mayor. Filsafat akal budi ini disebut Epistimologi dan ada pula yang menyebut Critia, sebab akal yang menyelidiki akal.
Adapun objek Filsafat Islam ialah objek kajian filsafat pada umumnya yaitu realitas, baik yang material maupun yang ghaib. Perbedaanya terletak pada subjek yang mempunyai komitmen Qur’anik. Dalam hubungan ini objek kajian filsafat dalam tema besar adalah Tuhan, alam, manusia dan kebudayaan. Tema besar itu hendaknya dapat dijabarkan lebih spesifik sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat ditarik benang merah dari perkembangan sejarah pemikiran kefilsafatan yang hingga sekarang. Setiap zaman mempunyai semangatnya sendiri-sendiri.
 
                  Perlu kita ketahui, hingga saat ini filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Beberapa filusuf memberikan pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu. Diantara filusuf-filusuf tersebut adalah:
a.       Pater Anggeles
Sebagaimana dikutip Liang Gie, dalam bukunya Dictionary of Philosohy, Pater Anggeles membagi empat konsentrasi utama dalam filsafat ilmu :
1. Telaah mengenai beberaa konsep, pra anggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan dan penyusunannya untuk mendatakan pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangannya.
3. Telaah mengenai saling keterkaitan antara berbagai macam ilmu.
4. Telaah mengenai berbagai akibat pengtahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar manusia.
            b. Cornelius Benjamin
Dalam pandangannya, pokok-pokok asal filsafat ilmu dibagi dalam tiga bidang, meliputi:
1. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari system berlambang ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang tanda.
2. Penjelasan mengenai konsep dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional dan ragmatis yang menjadi tempat tumpuannya.
3. Aneka telaah mengenai saling keterkaitan diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti idealisme, materialime, monisme dan pluralisme.
            c. Arthur Danto
beliau menyimpulakan bahwa lingkupan filsafat ilmu mencakup:
1. Persoalan-persoalan konsep yang memiliki kaitan erat dengan ilmu itu sendiri sehingga pemecahannya dapat seketika dipandang sebagai sumbangan kepada ilmu dari pada kepada filsafat.
2. Persoalan-persoalan umum dengan pertalian umum yang filsafati sehingga pemecahannya merupakan suatu sumbangan kepada metafisika atau epistimologi seperti kepada filsafat ilmu yang sesungguhnya.
            d. Israel Scheffier
Filsafat ilmu yang mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu, cakupannya ada tiga bidang, yaitu:
1. Peran ilmu dalam masyarakat, yang menelaah hubungan-hubungan antara faktor-faktor kemasyarakatan dan ide-ide ilmiah.
2. Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu, berusaha melukiskan asal mula dan struktur alam semesta menurut teori-teori yang terbaik dan penemuan-penemuan dalam kosmologi.
3. Landasan-landasan ilmu, menyelidiki metode umum, bentuk logis, cara penyimpulan, dan konsep dasar ilmu-ilmu.
            e. Ensiklopedia Britanica,
Merangkum tentang cakupan filsafat ilmu sebagai berikut:
1. Sifat dasar dan lingkup filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang ilmu lain, aneka ragam soal dan metode-metode hampiran terhadap filsafat ilmu.
2. Berdasarkan sisi histories.
3. Unsur-unsur sisi ilmiah.
4. Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah, meliputi penemuan ilmiah, pembuktian keabsahan dan pembenaran dari konsep dan teori baru, dan penyatuan teori-teori dan konsep-konsep ilmu yang terpisah.
5. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah, yang terdiri dari: kedudukan proporsi ilmiah dan konsep entitas, hubungan antara analisis filsafati dan praktek ilmiah.
6. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman dan soal manusia.
            f. Noeng Muhadjir
Dalam bukunya Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernimisme. Mengemukakan bahwa obyek studi filsafat minimal terdiri atas dua hal yang substansif, meliuti kenyataan dan kebenaran dan dua hal yang instrumentatif, meliputi konfirmasi dan logika inferensi.
Dengan memperhatikan perkembangan filsafat ilmu dewasa ini, John Loosee, seorang fisuf pengamat sejarah menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat dikelompokkan menjadi empat konsepsi:
1. Filsafat ilmu yang berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.
2. Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan pra-anggapan dan kecenderungan ilmuan.
3. Filsafat ilmu sebagai cabang pengetahuan yang menganalisis konsep dan teori dari ilmu.
4. Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis yang menelaah ilmu sebagai sasarannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar